[Kalyca] -editedDari sekian banyak kalimat yang kubaca, mungkin yang menyangkut kesenanganku adalah yang paling diingat kepala. Someone once said, "If you have a garden and alibrary, you have everything you need." Everyting. Yes, everything.
Aku juga ingat kata-kata Neil Gaiman, dia bilang, "Google can bring you back 100,000 answers, a librarian can bring you back the right one." Dan aku sangat setuju. Setuju kalau mencari jawaban mata kuliahku dari google itu mungkin bisa membuatku bimbang karena sumbernya sangat banyak dan terkadang tidak berdasar dari ahlinya. Maka dari itu aku memilih untuk duduk di sini, di salah satu meja perpustakaan dengan dua menara buku di masing-masing sisinya.
Suasana perpustakaan memang identik dengan kesunyiannya. Bukan karena tidak banyak yang datang berkunjung, hanya saja yang datang itu punya etika. Mereka tahu bahwa ini bukan restoran yang bisa mereka kunjungi untuk mengobrol sambil menikmati santapan siang, melainkan tempat singgah bagi mereka yang butuh tempat pelarian, aku contohnya.
Pelarian dari riuhnya kantin ketika aku harus belajar untuk ujian besok pagi. Jangan tanya kenapa aku tidak pulang ke rumah, karena yang ada hanya akan jadi yang disuruh mama akibat si bibi sedang pulang ke kampungnya dan baru kembali besok malam.
Boleh pinjam penghapus?
Sebuah tulisan tangan yang seadanya di atas kertas kuning ditempelkan seseorang beberapa senti di atas buku tulisku. Lalu jari telunjuknya itu ia ketukkan beberapa kali, untuk menarik perhatianku.
Aku mendongak, melihat seseorang menunjuk ke arah kertas tersebut, sambil tersenyum canggung. Aku hanya mengangguk, lalu mengambil barang yang ingin ia pinjam dari tempat pensil kuningku yang sudah lusuh. Maklum, sudah dipakai sejak SMA dan belum di ganti hingga semester 5.
Makasih ya :)
Kertas kuning lain aku temukan menempel di sebelahnya, dengan penghapusku yang ia pinjam. Aku tersenyum, lucu juga kupikir. Aku mendongak untuk mendapatinya sedang bersandar santai ke sandaran kursinya, dengan sebelah kakinya ia tumpukan pada ujung meja untuk menopang buku tulisnya.
Lebih lucu ekspresinya, karena matanya yang fokus pada kertas putih dan lidahnya yang ia gigit di sela-sela bibirnya itu sukses membuatku menggeleng heran. Ternyata ada juga yang lebih serius dariku siang ini. Mungkin tugasnya lebih sulit dari tugas merangkum bahan ujianku.
--
Lagu yang sengaja ku pasang tiba-tiba berhenti, diganti kesunyian identik yang membuatku menjatuhkan kepalaku ke atas buku. Perlahan, supaya tidak menimbulkan suara dan jadi perhatian manusia lain di ruang utama.
Saat itu aku mengambil iPodku, untuk memastikan apa tebakanku benar. Ya meskipun tanpa di pastikan juga pasti sudah benar.
Mati. iPodku mati. Habis baterai sudah pasti. Mungkin jadi isyarat jugakalau Kalyca ini harus pulang, perpustakaannya sudah bosan ku jadikan tempat pelarian. Bahkan sepertinya pulpenku juga sudah lelah menulis berlembar-lembar kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Félicité [KTH]
RomanceBe careful because butterfly can be wasps. When your stomach flutters and your hand shakes and your cheeks flush, sometimes it's not love, it's pain. - a.r. [book 1] In BAHASA INDONESIA.