Delapan Belas

371 49 1
                                    

[Bintang]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Bintang]

Hidup gue ini bisa di bilang mirip dengan hidupnya Ryan Bingham di film up in the air. Bisa dihitung jari berapa banyak waktu yang gue habiskan di rumah selama satu tahun, hanya bedanya, Ryan menghabiskan 322 harinya untuk terbang dan berada di udara, travel ke berbagai belahan dunia hanya untuk memecat orang-orang karena memang itu pekerjaannya. Tapi gue, gue menghabiskan entah berapa hari dan jam di depan komputer, serta kertas-kertas yang telah penuh dengan berbagai jenis sketsa bangunan beserta hitungannya. Memastikan bagaimana sebuah gedung yang bentuknya biasa hingga unik itu dapat berdiri dengan kokoh dan tahan hingga bertahun-tahun lamanya.

Ada banyak hal yang gue sebenarnya suka dari Mr. Bingham ini. Pekerjaannya ini sulit banget, gimana nggak, setiap hari dia harus di hadapkan dengan puluhan bahkan bisa ratusan orang dari berbagai perusahaan di dunia, dan yang ia lakukan harus memecat mereka. Dari mulai makian hingga ancaman dia terima setiap harinya. Dia juga harus melihat ekspresi yang penuh dengan emosi, kesedihan serta kekecewaan di setiap karyawan yang ia pecat. Tapi ia tetap menikmati pekerjaannya, karena satu hal, ia lebih suka ada di atas awan daripada ada di rumahnya sendiri. Dia juga punya goals untuk mencapai 10 juta mil frequent-flyer, semacam loyalty program yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan. Berbeda dengan gue yang kerjaannya jauh lebih mudah dari melihat hal menyeramkan itu, tapi gue masih banyak ngeluh meskipun nggak banyak orang yang tahu.

Kebahagiaannya itu sebatas pergi naik pesawat aja, sama kayak kebahagiaan gue yang sebatas minum teh di pagi hari. Karena biasanya minum kopi demi menunjang terbukanya mata semalam suntuk. Karena kembali lagi ke Paris sama saja dengan kembali dengan realita kehidupan yang nggak seindah di sinetron-sinetron, atau kerennya, nggak seindah kayak di serial tivi yang biasa kita tonton sampai senyum-senyum sendiri. Semenjak gue kembali menginjakkan kaki disini, nggak ada satu menit pun gue buang untuk sekedar santai dan menikmati udara Paris, yang ada malah memanfaatkan waktu sesedikit apapun untuk menyelesaikan project yang gue harap akan segera selesai dan mengakhiri masa kerja gue di Paris.

Nggak beda dengan hari ini, gue masih di kantor juga. Masih liatin gambar-gambar di komputer dan hitungan-hitungannya. Memang nggak ribet, hanya saja banyaknya itu yang bikin mabuk. Nggak perlu minum wine dan teman-temannya itu lah, kerjaan ini udah cukup bikin gue melayang-layang.

"Lunch time." Seseorang tiba-tiba datang, kepalanya muncul dari atas sekat-sekat yang sengaja di buat untuk menutup setiap individunya. Gue melihat jam yang ada di tangan kiri gue, sadar bahwa sekarang sudah jam makan siang.

"Duluan aja, nanti saya nyusul." Gue kembali fokus pada pekerjaan yang masih muncul di layar pc gue. Tapi bisa gue dengar suara heelsnya yang bukan menjauh, namun mendekat masuk ke dalam sekat ruangan gue.

"Kamu selalu gitu. Abis itu malah bablas kerja sampe sore." Katanya yang sudah masuk sampai ke dalam, lalu duduk di kursi seberang meja gue. "Hari ini aku tunggu di sini, sampe kamu mau makan siang."

Félicité [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang