[Bintang]
"Bintang." Panggil Kalyca yang berjalan di depan gue lalu sedetik kemudian berhenti dan menghadap ke gue.
"hm?"
"Kamu yakin kita nggak nyasar?" Gue menggeleng, "udah 1 jam jalan loh, Bin."
Iya, Kal, saya sengaja cari jalan yang lebih jauh biar bisa lama-lama sama kamu. Biar bisa ngobrol banyak sama kamu, biar saya bisa tahu lebih banyak tentang kamu, biar bisa lihat kamu lebih lama sebelum akhirnya kita harus sama-sama istirahat dan bertemu lagi besok, syukur-syukur bisa ngobrol, kalo kayak biasanya? Cuma sekedar sapa-sapaan aja nggak ada interaksi lanjutan? Karena saya se nggak pandai itu untuk mengumpulkan keberanian hanya untuk bertanya, 'Kamu sibuk? Jalan yuk?'
"Sebentar lagi-"
"Udah dekat, I know." Kalyca memotong kalimat gue, "Kamu udah ngomong itu dari satu jam yang lalu."
"Kamu capek? mau istirahat dulu?"
"Boleh?" dengan polosnya Kalyca mengeluarkan pertanyaan itu. Gue nggak jawab pertanyaannya, hanya otomatis langsng mengambil tangannya, lalu menariknya untuk berjalan beriringan dengan gue. Ya tuhan, udah berapa kali ya gue gandeng tangannya hari ini? Kalyca hanya diam dan mengikuti tanpa protes atau bertanya, kayaknya dia udah se capek itu untuk ngomong.
Beruntungnya, kita lagi nggak di jalan raya, melainkan di jalan kecil yang sekitarannya berjejer toko-toko termasuk kafe. Sampai akhirnya kita ada di ujung pertigaan, ada kafe yang nggak bisa di bilang kecil tapi juga tidak terlalu besar, gue memutuskan untuk membawa Kalyca masuk dan duduk di jajaran kursi terasnya.
"Maaf ya kita jadi mampir begini." Katanya setelah sekian lama diam, mungkin mengistirahatkan dirinya sejenak. Ekspresinya terlihat tidak senang, mungkin kelamaan jalan kaki?
Saya yang harusnya minta maaf udah bikin kamu muter-muter. Maaf ya, Kal."Biasa aja mukanya, nggak usah sedih gitu." Kalyca tersenyum kecil sambil melihat ke arah cangkir coffee panas yang sengaja ia pesan.
"Tapi serius, kita nggak nyasar kan?"
"Kalo nyasar ya cari hotel aja, Kal." Jawab gue santai.
"Ih, Bintang!" Kalyca melayangkan pukulan kecil ke lengan gue, nggak lupa dengan iringan tawa lucu yang sukses membuat gue ingin cubit pipinya yang mulai memerah itu.
Kamu lucu, Kal. Saya jadi betah liatnya."Eh iya, sebelum aku lupa. Nama lengkap kamu siapa? Kamu kuliah fakultas apa?"
"Lengkap banget nanyanya, buat apa?" Gue terkekeh, ekspresinya itu terlihat sangat antusias.
"Biar nanti aku gampang cari kamu. Jadi aku nggak perlu masuk ke semua fakultas lagi nyariin yang namanya Bintang."
"Oh, kirain Kalyca ini agen asuransi mana gitu," Kalyca tertawa sesaat setelah meneguk coffeenya, lalu meletakkan cangkirnya kembali di atas meja, "Kamu nyarin saya ke semua fakultas di kampus kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Félicité [KTH]
RomanceBe careful because butterfly can be wasps. When your stomach flutters and your hand shakes and your cheeks flush, sometimes it's not love, it's pain. - a.r. [book 1] In BAHASA INDONESIA.