enam

416 65 3
                                    

[Kalyca]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kalyca]

Aku pikir ada banyak hal  yang dapat ku pelajari selama stay di Paris. Dari mulai pelajaran  sejarah yang biasanya lebih banyak ku tinggal daydreaming selama dua jam  penuh dari pada memberi perhatian pada slide atau papan tulis yang  sudah penuh dengan tulisan guruku, karena tidak semua hal pantas  mendapat perhatian Kalyca loh.

Tapi tiga minggu ini, pria ini  mengajarkanku lebih dari sekedar hal-hal bersejarah di Paris, dia bahkan  sukses mendapat perhatianku, sepenuhnya. Bahkan mungkin jalan-jalan  keliling kota ini sekaligus belajar budayanya akan lebih menarik dan  menyenangkan jika ada dia. Cara bicaranya yang semau dia itu, membuatku  harus lebih teliti membedakan, kapan ia sedang bercanda, kapan ia  serius. Karena terkadang, yang serius bisa ia jadikan candaan, begitupun  sebaliknya.

Tiga minggu aku mengenal  pribadinya, berhasil membuatku merasa nyaman dan cukup terbuka.  Maksudku, kami tak butuh waktu banyak untuk menjadi dekat, tak butuh  waktu banyak juga untuknya mengetahui hal-hal tentangku, begitupun aku.  Meskipun belum banyak hal yang sama-sama kami ketahui, tapi aku merasa  sudah cukup terbuka denganya. Seperti kebiasaan yang selalu aku lakukan  dan selalu ia permasalahkan, meskipun sebenarnya bukan hanya dia yang  mempermasalahkannya, namun ia sangat strict tentang hal itu. Seperti  beberapa hari yang lalu, saat kami bertemu di gedung karantina,

"Kalyca, kenapa hobi banget bengong, sih?"

"Nggak tau ya, enak aja gitu rasanya, kayak istirahat sejenak tanpa tidur?"

"Jangan kebanyakan bengong, Kal. Apalagi sendirian."

"Kenapa gitu?"

"Ya kalo sendirian nanti  ilang, gimana? kayak waktu itu. Bengongnya kalo lagi sama saya aja,  biar nggak ilang." Saya. Itu yang selalu ia ucapkan sebagai pengganti  namanya. Kenapa harus saya coba, kenapa nggak aku atau gue aja.

"Lagian kebanyakan bengong itu nggak bagus, kalo kesurupan gimana? Bahaya loh, Kal."

"Yaudah, bengongnya kalo lagi sama kamu aja ya, biar nggak bahaya."

"iya, kalo lagi sendiri  terus mau bengong, bilang saya dulu ya, nanti di temenin." Aku terkekeh.  Lihat? Bagaimana obrolan serius ini dia buat bercandaan?

dan sekarang. aku sedang  melaksanakan kebiasaan aku yang dia permasalahkan itu, melamun. Tapi  kali ini sesuai perjanjian, dia ada disini, menemaniku melaum biar nggak  bahaya. Tidak bisa disebut menemani juga ya, lebih tepatnya dia yang  jadi objek melamunku. Untuk kesekian kalinya kami duduk di kafe pertama  yang kami kunjungi bersama saat di Paris, hanya untuk sekedar ngobrol  santai sambil menikmati udara Paris. Aku, yang hanya mendengarkannya  berbicara dengan bahasa prancis ini, duduk di hadapannya, meletakkan  kedua tanganku di atas meja dan menumpukan wajahku di atasnya.  Memandanginya sambil melamun. Aksennya memang nggak kental, tapi aku  selalu senang mendengarkannya berbicara, jangan tanya kenapa, aku juga  nggak tahu.

Félicité [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang