sembilan

286 57 0
                                    

[Bintang]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




[Bintang]

"Kamu beneran langsung pulang ke Bandung?" Sudah sekitar 50 kali pertanyaan ini dilontarkan Kalyca. Dari mulai seminggu yang lalu, saat dia duduk di atas kasur kamar gue, menemani gue packing barang-barang untuk kembali ke Indonesia, sampai sekarang kita sudah di bandara.

"Iya, Kalyca, nggak bosen nanya itu terus? Nggak ada pertanyaan lain?"

"Yaudah," Dia berdeham sebelum akhirnya melanjutkan, "Kamu nggak mau stay di Jakarta dulu beberapa hari gitu?" Gue ketawa, gemesin banget Kalyca ini.

"Itu sama aja dong jawabannya?" Gue mengacak rambutnya pelan, tapi dia malah menekuk bibirnya ke bawah. Jari-jarinya masih bertau erat dengan jari-jari gue. Dari tadi berangkat, Kalyca ini nggak mau jauh-jauh. Di bus maunya duduk sama gue, padahal biasanya sama Sinta, sekarang juga maunya jalan sama gue, padahal biasanya nempelnya sama Sinta. Takut kangen ya, Kal?

"Danen.." Panggilnya pelan saat setelah kita duduk di ruang tunggu bandara, "Nanti kita bisa ketemu lagi nggak, ya?"

"Jakarta-Bandung nggak sejauh itu, Kal."

"Aku takut susah cari kamu kayak waktu itu."

"Nggak usah nyari saya, Kal, saya aja yang cari kamu. Kamu nggak usah repot." Kalyca mengetuk-ketukan jemarinya yang bertaut dengan gue.

"Kalo kamunya males nyari, gimana?"

"Kata males lagi saya hapus dulu dari kamus kalo menyangkut kamu." Kalyca tersenyum, "Gitu dong senyum, kamu gak tau kan gimana jeleknya waktu bibir kamu itu kayak bulan sabit kebalik?" Lalu dia tertawa.



Banyak-banyakin ketawa deh, Kal. Saya masih mau liat senyum kamu sekarang, sebelum nanti akhirnya gak ketemu entah sampai berapa lama.



Aneh ya, gue dan Kalyca ini belum bisa di bilang official. Gue belum sepenuhnya mengutarakan perasaan gue sama dia, ngasih tahu dia bagaimana dia berefek besar dalam mengatur perasaan gue sekarang, tapi dengan sendirinya, hal-hal seperti ini terjadi. Gue udah ngerasa punya hak milik atas Kalyca, tapi gue nggak tahu ya Kalyca begini juga atau nggak. Tapi kayaknya sih iya ya, lihat aja sekarang.

Hingga di pesawat pun begini. Sampai Kalyca minta tuker seat sama yang duduk di sebelah gue, untungnya dia mau. Sekarang, sama seperti saat berangkat, kita duduk bersebelahan, diem-dieman juga. Tapi bedanya, sekarang udah nggak canggung lagi, sekarang tangannya ada di dalam tangan gue, sekarang kita sama-sama dengerin playlist lagu dia, seperti yang sempat kita lakukan waktu di Paris kemarin, sambil duduk-duduk santai di bangku taman.



"Om kamu tinggal disini?" Tanyanya setelah gue nggak sengaja bilang adik ibu gue tinggal disini.

"Sama keluarganya?"

"Sendiri, Kal, dia belum nikah." Terang gue, "Dia punya prinsip, 'pantang menikah sebelum sukses.' Padahal udah tua dan sukses juga." Om gue yang ini memang sangat kekinian, kayaknya dia bukan nggak mau nikah karena belum sukses, dia masih mau senang-senang aja dan nggak mau di ganggu.

Félicité [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang