[Kalyca]
"Jadi dia yang minjemin kamu hoodie?" Aku mengangguk, meniyakan pertanyaan Sinta, sesaat setelah selesai meneguk air dari botol air mineral yang ku bawa, "Dia yang kamu cari sampe ke semua fakultas tapi tetep nggak ketemu orangnya?"
Aku mengangguk lagi. Memang benar aku mampir ke semua fakultas yang ada di universitasku untuk mencarinya. Karena aku belum tahu nama lengkapnya, tepatnya fakultas apa yang ia ambil, atau lebih ekstrim nya aku tidak tahu dia tinggal di mana. Jadi aku putuskan untuk mengunjungi semua fakultas, yang sangat banyak, di universitasku, yang sangat luas, hanya untuk mendapat jawaban bagi sebuah pertanyaan singkat,
"Ada yang kenal Bintang?"
Tanpa ada spesifikasi lebih lanjut, karena hanya nama panggilannya yang aku tahu.
"Susah-susah nyari di Jakarta, malah ketemu disini ya, Le." Aku mengangguk lagi, setuju dengan pernyataan Sinta, yang sekarang masih sama kagetnya denganku.
"Kamu udah tanya nama lengkapnya belum? Fakultas apa dia?"
"Ah Right, belum." Aku baru sadar bahwa duduk disebelahnya selama belasan jam masih belum mebuatku sepintar itu untuk bertanya. "Nanti deh ya, sekarang lagi ribet, nanti kalo udah santai aku tanya." Mengingat sekarang semua orang sedang fokus mencari koper masing-masing, jadi akan lebih baik untuk bertanya saat semuanya sudah selesai dan lebih santai.
"Kebiasaan banget sih, Le." Cetus Sinta yang sudah sangat tidak heran dengan kebiasaanku, "Tapi ya, Le. Kalo di liat-liat dia ganteng juga." Entah pikiran dari mana yang membuat temanku ini mengubah topik pembicaraan.
"Ya masa cantik, Ta." Celetuk Rama yang sedari tadi sibuk mengutak-atik ponselnya yang tiba-tiba mati total, "kamu kenapa sih sayangku?" Rama mengetuk-ketukan ponselnya ke tangannya, membuatku tertawa heran.
"Yaudah lah Ma, kalo nyala juga nggak ada yang chat. Mending mati." Tanggap Sinta yang langsung mendapat tatapan tajam dari Rama. Meraka memang selalu begini, akur kalau ada gosip saja, sisanya ya kayak tom and jerry.
Aku hanya tersenyum dan memalingkan pandangaku, harusnya ke arah koper-koper sedang lewat, tapi pandanganku harus mampir ke tempat Bintang berdiri. Lima menit yang lalu ia berdiri sendirian, masih fokus mencari koper miliknya, namun sekarang seorang gadis berdiri di sampingnya. Tingginya kira-kira sama denganku, dia cantik, rambutnya hitam sebahu. Mereka terlihat cukup akrab, apa itu pacarnya?
Ah sudahlah, lagi pula bukan urusanku mau mereka pacaran atau tidak, toh itu hidupnya. Aku mencoba mencari keberadaan koperku lagi, namun masih tidak dapat mengelak bahwa aku masih ingin melihat ke aran Bintang, dan tentu saja gadis itu. Semakin diperhatikan, mereka terlihat memang akrab, bahkan sangat akrab. Memang bukan urusanku jika gadis itu benar pacarnya, tapi entah kenapa aku masih ingin melihatnya. Entah apa tujuanku, tapi ada rasa penasaran yang timbul akibatnya. Hingga mata gadis itu memandang ke arahku. Secepat mungkin aku menengok ke arah Sinta dan Rama yang masih perang dingin itu, mencoba mengajaknya bicara, seolah Sinta baru saja memanggilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Félicité [KTH]
RomansaBe careful because butterfly can be wasps. When your stomach flutters and your hand shakes and your cheeks flush, sometimes it's not love, it's pain. - a.r. [book 1] In BAHASA INDONESIA.