[Kalyca]
Wise man said, Life is the most difficult exam. Many people fail because they try to copy others, not realizing that everyone has a different question paper. Dan aku setuju. Setuju bagian bahwa hidup itu memang ujian tersulit, karena terkadang apa yang kita anggap baik justru dapat menjatuhkan kita sedalam-dalamnya ke dalam lautan kesedihan dan kekecewaan. Tidak butuh banyak orang untuk menjadikan hidup itu sebagai hal yang mengerikan atau hal yang disesali, tapi lucunya, aku hanya butuh satu orang untuk bisa bilang bahwa 'my life is an absolute perfect.'
Se perfect jalan kaki dari starbucks menuju kantorku, dengan secangkir kopi panas di tangan kanan dan ponselku di tangan kiri. Jangan lupakan mulutku yang tidak berhenti bicara sejak tadi karena manusia ini terus ribut di sana dan bukannya tidur.
"You really need to sleep." Kataku. Masih sambil mengatur nafas yang mulai terengah, karena ternyata berjalan kaki sambil menelfon, apalagi mengenakan sepatu hak tinggi, itu tidak mudah.
"Why should I?"
"It's midnight there, correct?" Dia bergumam, mengiyakan pertanyaanku, "Itu tandanya kamu harus tidur, istirahat." Jelasku.
"Hmm."
"I'll hung up, then."
"No, wait." Aku berhenti berjalan, "Where's my goodnight kisses?"
"What am I supposed to do? kiss my phone? in the middle of the crowd?"
"Fine, let's postpone." Wajah ngambeknya itu bisa terdengar jelas di ujung telfon, aku tahu betul kalau dia sudah sangat menyerah dengan jarak dan waktu, "Kalyca." Aku bergumam mengiyakan, sambil tersenyum lebar karena masih membayangkan wajahnya.
"I love you nya juga nggak?" Senyumku makin melebar. Memang ya dia ini.
"I love you, sayang."
"Ih cie pake sayang." Aku terkekeh pelan, "siapa tuh yang di panggil sayang, pasti dia ganteng."
"Yah, sayangnya dia nggak ganteng." Aku bisa dengar ia mengendus sebelum akhirnya terkekeh juga.
"I love you." Katanya, "so, so much." Lanjutnya, menambah banyak jajaran gigi yang terlihat di tengah ramainya trotoar Jakarta pagi ini.
Aku bergumam bangga, iya bangga, karena bisa mendengar dia bilang "i love you." dan "sayang" setiap saat yang aku mau.
Terhitung setelah hari itu, hari dimana akhirnya aku mendapatkan jawaban untuk tinggal disini, di dunianya. Menjadi bagian dari hidup seorang manusia yang ternyata juga menyemogakan untuk menjadi bagian dari hidup seorang Kalyca. Aku senang? Wah bukan main.
Sudah tak terhitung berapa kali aku bersyukur karena akhirnya aku pergi ke sana untuk menghampirinya. Membuang kata 'gengsi' yang ku junjung tinggi dan menggantinya dengan sebuah keyakinan yang masih mengambang di udara. Namun sekarang sudah tidak mengambang ya, kan sudah jelas ada dimana.
Jelas tidak ya?
—
"Bu, ada paket." Khansa tiba-tiba muncul di balik pintu. Aku hanya mengangguk sambil menunggunya untuk masuk dan membawakan paket yang ia maksud. Tapi ia hanya berdiri di ambang pintu dengan tangan kosong.
"Mana paketnya?" Aku masih melihat ke sekitar Khansa, tapi tidak menemukan satu box ada di sana.
"Katanya ibu suruh ambil sendiri ke bawah." Ia menggigit bibir bawahnya. Sedangkan aku hanya menautkan alisku.
"Siapa yang bilang?"
"Receptionistnya. Tadi kata yang antar, ibu suruh ambil ke bawah." Merepotkan. Siapa sih yang iseng. Ini pasti kalau bukan mama ya Gibran, kebiasaan sukanya aku repot.
Aku mengendus sebelum berdiri, meninggalkan ruangan menuju ke lift. Menekan tombol turun dan menunggunya untuk sampei di lantai 20. Cukup lama, membuatku mengetuk-ketukan kakiku sambil mengirim pesan pada mama dan Gibran. Karena tidak ada yang lain yang senang membuat Kalyca repot setiap harinya selain dua manusia yang suka bersekongkol mengganggu ketenangan hidupku.
Satu panggilan bisa terlihat di layar handphone. Itu Gibran, setelah aku kirimkan pesan untuk berhenti merepotkanku dengan hal-hal seperti ini. Baru saja akan ku angkat dan mengeluarkan omelan, pintu lift terlebih dulu terbuka. Sepasang tangan memegang bahuku, lalu mendorongku masuk dan menekan tombol yang kuyakini untuk menutup pintunya.
Mataku terbuka sempurna, sepasang tangan ini menempatkan masing-masingnya di kedua pipiku, menjatuhkan satu kecupan di atas bibirku. Cukup lama membuatku terdiam kaku di tempat. Baru saja ingin ku layangkan tanganku ini, tapi harus berhenti ketika senyuman lebar terlihat beberapa senti di depan mataku.
"Bintang?!"
"Surprise!!!"
"What are you doing?!" Teriakanku pada waktu yang hampir bersamaan. Cukup keras, sama kerasnya dengan dia yang ikut berteriak. Bedanya, ekspresinya penuh kebahagiaan, beda dengan aku yang habis di buat terkejut dengan hebat.
"Getting my goodnight kisses?" Ia mencondongkan tubuhnya ke sisiku lebih dekat lagi. Aku terus mundur hingga kepalaku sudah menempel di dinding lift, lalu mengangkat tanganku untuk menutup bibirnya.
"Cctv." Bisikku sambil menunjuk ke atas kepalaku. Memperlihatkan kamera bulat yang terpasang di sudutnya. Aku bisa rasanya bibirnya yang tertarik ke atas, lalu mencium jari-jariku yang masih menutupinya.
"Can I have a hug then?" Aku tersenyum seraya mengangguk. Membiarkan tangan panjangnya menarikku mendekat, lalu kepalanya yang menyusup masuk ke antara pundak dan leherku. Sama seperti aku yang melingkarkan tanganku, lalu menumpukan dagu pada pundaknya. Lalu mencium aroma parfum serta pesawat yang jadi satu dan sukses membuatku sedikit lebih tenang setelah serangan yang tak terduga.
"Je suis à la maison, ma chérie." —I'm home, sweetheart. Suaranya terdengar pelan namun tegas, jadi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
"Bienvenue à la maison." —Welcome home. Aku bisa dengar ia terkekeh sebelum mempererat pelukannya.
Ah. Aku rindu.
***
This is a short chapter for another chapters.
Setelah bergelut panjang dengan diri sendiri dan pesan kalian akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan yang tertunda hahah. Jadi ini sempat tertunda ya, aku mau buat cerita baru dari perjalanan Bintang dan Kalyca. Ceritanya akan menyenangkan, jadi kalo mau sedih jangan baca. Coba baca Epoch mungkin akan terasa sedih, tapi nggak juga sih, akan ada menyenangkannya juga kok.
Dengan chapter ini saya umumkan, berasa pengumuman kuis di tivi ya, bahwa b'shert resmi keluar.
Ini alasan kenapa aku nggak lanjut di sini dan buat buku baru, karena cerita ini sudah panjang menurutku, dan aku mau buat cerita yang panjang lagi setelah ini. Jadi setelah berfikir panjang, sepertinya lebih baik untuk membuat buku yang baru. Or should I not? Tell me if you have something in mind. I'll gladly listen to you.
Sekalian. TOLONG DI BACA INI PENTING.
Aku mau berterima kasih untuk semua yang membaca cerita iseng ini, I might not be a great writer since I'm still learning, tapi somehow kalian membuat aku sebegini senangnya. Makasih ya!
DAN mungkin cerita ini akan ada yang aku edit lagi karena setelah aku baca ulang seperti ada yang aneh.. TAPI ini masih rencana, but I'll tell you guys once I did edit them.
Hope you'll like another journey!
lots of love, H xxx
KAMU SEDANG MEMBACA
Félicité [KTH]
RomanceBe careful because butterfly can be wasps. When your stomach flutters and your hand shakes and your cheeks flush, sometimes it's not love, it's pain. - a.r. [book 1] In BAHASA INDONESIA.