sepuluh

285 58 2
                                    

[Kalyca]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kalyca]

Banyak hal berbeda yang setiap pribadi lakukan saat menunggu. Ada yang  mondar-mandir sambil membunuh waktu, ada yang membaca buku atau majalah  yang sengaja di sediakan di ruang tunggu, dan aja juga yang menatap ke  layar ponselnya sambil meminum secangkir coklat panas di sebuah Kafe.  Yang terakhir adalah aku.

Banyak juga alasan bagi setiap orang untuk menunggu, menunggu di panggil dokter, menunggu giliran masuk ke ruangan dosen, dan menunggu pujaan hati untuk datang menghampiri. Yang terakhir juga aku, hanya bedanya, aku belum tahu apakan orang ini memang sudah jadi si pujaan hati atau belum.

Tapi yang pasti bagiku, menunggu adalah hal yang paling ingin ku tenggelamkan di samudra pasifik sana. Menunggu itu tidak pernah menyenangkan, apalagi dihantui dengan perasaan cemas yang berkelanjutan. Ini sudah cangkir coklat panas ketiga yang ku minum malam ini hanya untuk menunggu seseorang yang tadi siang tiba-tiba mengirimkanku pesan yang sudah kutunggu sejak kemarin.


Bintang :

Kalyca, bisa ketemu di kafe depan kampus kamu? saya mau bicara sebentar.

Kalyca :

Bisa. Kapan? Sekarang? Kamu nggak jadi balik ke Bandung?

Bintang :

Nanti malem ya, jam 7.

Kalyca :

Bin, is everything okay? I thought you won't be staying in Jakarta.

Bintang :

talk to you later? :)

Kalyca :

Sure :)



And here I am. Duduk sendiri di bangku persis samping jendela, supaya aku bisa melihatnya saat dia datang. Tapi ini sudah lebih dari 2 jam, bahkan ujung rambutnya pun tidak menampakkan tanda-tanda kedatangannya. Aku masih mencoba sabar, mengetuk-ngetukkan jariku di samping cangkir coklat panas yang ku pesan.



Kalyca :

Bin, kamu dimana? Is everything okay?



Sekali lagi aku kirimkan pesan padanya. Itu sudah pesan kelima yang ku kirim selama 2 jam terakhir. Tapi masih belum mendapat balasan apapun. Apa dia baik-baik saja? Apa sesuatu terjadi di jalan hingga dia tidak bisa datang? Tapi kenapa telfonku tidak di angkat? Pesanku juga tidak di balas? Apa mungkin dia nyasar? Terus lupa jalan ke kampus ku? atau lupa jalan ke kafenya? Dia kemana?

"Kale!"seseorang memanggilku, tapi bukan orang yang sedang ku tunggu. Dia Refa, temanku, sekaligus barista kafe ini. "Udah mau tutup nih, lo masih nunggu?" Tanyanya.

Félicité [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang