[Bintang]"Udah belum? Pegel nih." Keluhnya, gue cuma bisa senyum aja liat dia yang masih duduk di posisi yang sama selama setengah jam terakhir.
"Yailah, dari tadi kan duduk doang. Kok pegel?"
"Kan aku nggak gerak, Bin, pegel jadinya." Iya ya, biasanya kamu hyperactive, sekarang malah harus diam untuk waktu yang lama.
"Udah nih." Kalyca langsung mengambil sketchbook yang gue gunakan untuk menggambar. Kalyca ini mau lihat hasil karya gue, tapi maunya gambar wajahnya, emang suka banyak mau anaknya.
"Iiiii bagus!" Matanya membesar sekaligus berbinar, segitu excitednya dia lihat gambar gue, "kayaknya kamu harus coba ikut exhibition gitu deh, Bin. Worth to try."
senyum kamu itu loh, Kal, lebar banget. Nggak pegel?
"Itu yang bagus bukan gambar saya, Kal, tapi kamunya." Kalyca terkekeh sambil memukul pelan lengan gue.
"Bercanda mulu, masih siang nih."
"Udah jam 3, udah sore, Kal." Kalyca tertawa lagi, kayaknya dia nggak bisa berhenti tertawa sedetik saja. Nggak tau apa ketawanya dia itu bikin gue berhenti nafas? Lancang banget Kalyca ini.
"Bin, kamu kenapa sih manggil aku Kalyca?"
"Emang kamu ganti nama?"
"Bukan, maksudku, temen-temen yang lain manggilnya Kale, biar akrab. Tapi kamu nggak."
"Emang kita temenan?" Gue mengernyitkan dahi gue yang hanya mendapat tatapan datar dari Kalyca.
"Terus, musuhan?" Wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun itu membuat gue tertawa secara otomatis lalu mencubit pipinya yang katanya massa nya nambah itu.
"Bukan gitu maksud saya. Yaudah kita temenan ya, nggak musuhan." Gue berhenti sejenak, menarik nafas lalu mengeluarkannya perlahan, "Manggil kamu Kale itu nggak bikin kita jadi lebih akrab, Kal. Buktinya selama ini saya panggil kamu Kalyca, kita akrab-akrab aja, kan?" Bahkan menurut saya kita jauh diatas kata akrab, Kal. Lanjut gue dalam hati.
"Lagian ya, orangtua kamu udah kasih kamu nama bagus, Kalyca, ngapain di singkat-singkat? Saya lebih suka panggil kamu Kalyca, Kalyca." Dia tersenyum, lalu memfokuskan pandangannya kembali pada sketsa gambar yang gue buat untuknya. Gue bisa lihat pipinya mulai berubah merah muda dan gue suka.
Hari ini, kita lagi nggak ada jadwal apapun, jadi tidak ada hal penting yang harus di kerjakan. Jadi hari ini, gue memutuskan untuk mengajak Kalyca jalan-jalan santai dan berakhir duduk di bangku taman dekat Eiffel Tower. Ini sudah hampir dua minggu setelah gue, secara tidak sengaja, bilang kalau gue suka sama dia. Meskipun hanya butuh waktu lima detik untuk gue bilang hal itu ke dia, tapi berhasil bikin gue terjaga semalaman. Gue di paksa berfikir keras tentang bagaimana caranya gue menjelaskan ke Kalyca supaya dia nggak salah paham dan jeleknya, memilih untuk menjauh. Malam itu, Bintang menjadi manusia tertolol sepanjang sejarah 21 tahun hidup di dunia.
"Soal kemarin.." Gue diam sejenak, tanpa sengaja menelan ludah yang keluar saking gugupnya, sambil menerka ekspresi wajah Kalyca, "Kamu keberatan, nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Félicité [KTH]
RomanceBe careful because butterfly can be wasps. When your stomach flutters and your hand shakes and your cheeks flush, sometimes it's not love, it's pain. - a.r. [book 1] In BAHASA INDONESIA.