(Namakamu) melangkahkan kaki dengan gusar menyusuri koridor demi koridor kelas yang masih sepi. Karena aktifitas belajar-mengajar masih terjadi di kelas lain yang belum bebas untuk istirahat lebih awal. Dirinya baru selesai mengikuti pelajaran olahraga di pagi menuju siang hari ini. Panas, jelas panas. Karena matahari mulai bergerak menuju ke atas ubun-ubun.
Beruntung olahraga hari ini hanya sekadar main bola. Tentu saja karena isi kelas yang ceweknya lebih sedikit, menjadikan mereka boleh duduk-duduk di pinggir lapangan. Tidak ikut main bola, tapi tidak boleh pergi dari pinggir lapangan. Panas harus bareng, ngadem juga bareng. Begitu semboyan dari guru olahraga mereka hari ini.(Namakamu) sendiri belakangan memang merasa tidak fit, bahkan sebetulnya sudah ada tanda-tanda sejak hari di mana dirinya harus dihukum lari-larian bersama Iqbaal kala itu. Selepasnya, ia tidak sesemangat hari-hari sebelumnya. Begitupula dengan detik ini, dirinya sudah ditinggalkan oleh Nadya yang berambisi untuk cepat-cepat pergi ke kantin karena lapar. Namun, (Namakamu) merasa enggan mengikutinya karena kelelahan.
Jadilah akhirnya ia memilih untuk segera masuk ke dalam kelas saja. (Namakamu) meminum air mineral yang ia bawa di botol bekal kesayangannya. Satu faktor lain yang membuat dirinya enggan ke kantin, adalah karena hari ini mamanya membuatkan bekal nasi goreng untuknya. Makan ntar aja kalau udah siangan pas istirahat ke dua, makan sekarang malah nanti jadi ngantuk.
"Ngga ke kantin, (Namakamu)?"
- DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN -
KAMU SEDANG MEMBACA
4. Senior Playboy • IDR
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT Apa jadinya kalau gadis bernama (Namakamu) yang polos dan lugu-lugu anjing, dan paling membenci semua jenis hal perkelahian itu, bertemu dengan senior bernama Iqbaal yang kelihatan alim, tapi kenyataannya playboy dan anak dari penjual m...