The LIES-6

9.6K 684 46
                                    

Happy Reading Minna-san😘

---

"Dasar tikus tak berguna!" Gumamnya sebelum mengakhiri percakapannya dengan penelpon disebrang sana.

***

"Kau tahu akibat dari perbuatanmu ini, Tobi?" Suara penuh intimidasi itu memecah kesunyian di ruangan yang berserakan tiga mayat yang masih mengeluarkan darah dari tubuh masing-masing.

"Ampuni sa-ya Naruto-sama, saya benar-benar menyesal melakukannya." Suara penuh ketakutan itu memohon, berharap tak bernasib sama dengan mayat-mayat yang berada disamping kiri dan kanan tubuhnya.

"Tak ada pengampunan bagi penghianat sepertimu, kecuali mati! Sayang sekali.., padahal kau sangat berbakat di kelompok ini," Naruto kembali bersuara sambil menggelengkan kepalanya, "Tapi itu tak menjamin kau setia padaku, bunuh dia!"

"Naruto-sama kumoh-"

Kembali tersenyum, lelaki yang baru saja mengeksekusi tikus-tikus kecilnya itu menatap datar pada tubuh-tubuh manusia yang telah menghianatinya, "Urus mayat-mayat itu," Ujarnya kemudian memerintah pada anggota-anggotanya yang berada diruangan terMelangkahkan kakinya untuk menduduki kursi yang ada diruangannya, "Ini menjadi pelajaran untuk kalian semua, sebelum kalian berhianat, kalian harus memikirkan apa akibat dari perbuatan kalian!"

Naruto menyalakan pematik untuk membakar rokok yang terselip diantara jari-jarinya, menghisap kuat-kuat rokok itu, lalu menghembuskan asapnya keudarah. Matanya beralih pada handphone miliknya yang bergetar, sebuah pesan dari orang yang sangat dicintainya membuat atensi sang mafia beralih penuh untuk melihat pesan itu.

"Naru-chan, aku merindukanmu! Kau tak pernah menjenguk Okaa-san lagi. Apa kau sudah melupakan orang yang melahirkanmu didunia ini? Tega sekali kau! " Naruto yang membaca pesan dari wanita yang telah melahirkannya itu tersenyum tulus, ia memang sangat mencintai dan menyayangi wanita yang telah berjuang hidup dan mati untuknya.

Semenjak kematian ayahnya, Naruto memang jarang sekali bertemu apalagi bersama sang ibu, Kushina yang memilih berada di Hokkaido  untuk mengurus panti asuhan miliknya, tak ayal selalu mengirimi pesan pada sang putra satu-satunya demi mengubur rasa rindunya pada sang anak.

Naruto memasukan handphone miliknya kedalam saku jaket miliknya, mengambil kunci mobil yang ada diatas meja, lalu berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan yang masih berbau amis darah itu.

.
.
.

Naruto mengemudikan mobil sport kuning miliknya kini melaju sedikit cepat di jalanan kota Tokyo yang padat dengan kendaraan lainnya. Ia sesekali mengumpat akibat lampu merah, dan pengendara mobil yang sangat lambat menurutnya.

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam lebih, Naruto memarkirkan mobil miliknya itu didepan sebuah rumah yang lumayan besar dengan pagar-pagar yang menjulang tinggi.

Berjalan keluar dari mobil miliknya sambil memperhatikan rumah yang sangat jarang didatanginya, matanya yang menangkap sosok sang ibu membuatnya tak dapat menahan senyum bahagia dibibir merah kecoklatan miliknya.

"Kaa-san." Panggilnya pelan, membuat sosok yang dipanggilnya itu berbalik dan seketika senyum membahagiakan terpatri diwajah paruh baya miliknya, namun tak mengurangi sedikitpun kecantikan yang dirinya pancarkan.

"Naruu-chan!" Balas Kushina yang dengan cepat berlari kearah sang Putra dan memeluknya sangat erat. "Aku merindukanmu nak." Lanjutnya lagi sambil menggesek-gesekkan hidung mancungnya didada bidang sang putra layaknya gadis kecil yang sedang bermanja-manja pada ayahnya. Jika dulu dirinya yang melakukan hal tersebut, maka saat ini ia harus berganti posisi dengan wanita hebatnya itu. Tertawa pelan, ibunya yang sudah berumur lebih dari kepala empat itu benar-benar bertingkah layaknya anak kecil.

Your LIES [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang