The LIES-16

7.1K 501 55
                                    

Happy Reading Minna-san

---

"Tunggu aku Hime, maaf membuatmu kecewa." Naruto berucap lirih, masih tetap fokus menyetir, setelah memikirkan semuanya baik-baik, keputusannya sudah bulat. Dirinya akan berjuang, yah itu pasti.

***

Hinata's POV.

"Terimakasih dokter, kalau begitu kami permisi." Ujar Miku pada dokter cantik didepanku, mereka menjabak tangan sekilas lalu pamit. Tangannya membantuku berjalan, sejak semalam dan pagi ini aku tak henti-hentinya muntah, membuat Miku bersikeras untuk membawaku kerumah sakit.

"Kau dengar kata dokter itu bukan? Jangan minum alkohol dulu dalam waktu dekat ini." Kembali ia memberitahuku agar tak meminum alkohol untuk sementara waktu. Miku benar-benar khawatir dengan kondisiku saat ini, semua itu jelas terlihat dimata coklat karamel miliknya, ditambah lagi saat dokter cantik itu memberitahu kami alasan kenapa aku muntah-muntah hebat seperti itu, ternyata karena aku yang meminum alkohol dalam jumlah besar disaat perutku masih kosong, dan pikiran kacauku tentu ikut andil dalam hal ini.

Aku mengangguk lemas membalas perkataannya, kami berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit mewah itu.

"Kita ke apotik dulu untuk menebus obatmu." Miku kembali berbicara, aku hanya mengangguk mengiyakan, aku masih lumayan pusing dan lemas saat ini.

Naruto-kun, aku merindukanmu. Batinku berbisik, tatapanku kosong menatap lantai keramik didepanku. Aku berjalan lemas mengikuti langkah Miku, aku benar-benar merindukan sosok pria kuning itu, cengiran khasnya, senyumannya, dan tatapan mengintimidasi miliknya. Tanpa terasa air mataku jatuh, merembes membasahi kedua pipiku.

"Hinata ada apa?" Miku berjalan cepat kearahku, menyadari bahwa aku tak berjalan disampingnya, membuatnya menoleh kebelakang. Dan melihatku sedang menangis, bodoh.

Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku, tanganku terangkat untuk menghapus jejak air mata itu, kemudian tersenyum pada Miku. Namun sepertinya Miku tahu senyuman itu adalah senyuman paksa yang aku perlihatkan padanya.

Kulihat Miku menghembuskan nafasnya panjang, mungkin sekarang Miku mengerti bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk membagi ceritaku padanya. Aku memang masih perlu waktu.

"Kau tunggu aku disini, biar aku sendiri yang ke apotik." Miku menuntunku untuk duduk di kursi yang ada di koridor rumah sakit. "Jangan kemana-mana." Lanjutnya, sebelum melangkah meninggalkanku sendiri di koridor rumah sakit itu.

Lama aku terdiam, tatapan mataku masih kosong menatap lama lantai tempat kakiku berpijak.

"Hinata?" Kudengar seseorang memanggilku, namun tak aku gubris sedikitpun, pikiranku benar-benar kacau saat ini, "Hinata?" Panggilnya lagi dan sedikit lebih keras, membuatku sedikit jengkel dan mendongak menatap siapa orang yang memanggilku itu. Mataku seketika terbelalak kaget.

"Ga-Gaara-kun?" Aku masih tak percaya dengan penglihatanku sekarang, benarkah? Benarkah itu pria yang aku tunggu selama ini? Hatiku berdesir hebat, setitik rasa hangat merambat mengalir didalam hatiku.

"Gaara-kun!" Aku dengan cepat memeluknya, menumpahkan rasa rindu yang membuncah dihatiku saat pria berambut merah ini tak berada di sisiku.

"Maafkan aku princess, aku membuatmu menunggu lama?" Gaara-kun berucap setelah lama terdiam, dapat kurasakan dia menghirup rakus Wangi rambutku, apa dia juga benar-benar merindukanku, seperti aku merindukannya? Dia.. Pria pertama yang berhasil mengukir namanya dihatiku, pria yang terpaksa meninggalkanku demi menjadi sosok pria yang pantas untukku, walau yang aku tahu dia sudah sangat pantas untukku bahkan jika dia tak memiliki apapun, namun tetap saja dia bersikeras.

Your LIES [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang