prolog

7.3K 395 105
                                    

Desc: masashi kishimoto

Pair: sasunaru, mitsuboru dll

Rated : T

========happy reading=======

Naruto bersama anak sulungnya —menma— dan boruto—anak bungsunya— berjongkok di hadapan makam sai. Sudah 10 tahun berlalu sejak kejadian itu. Kejadian dimana naruto harus mendapati menma menjadi seorang pemimpin organisasi berbahaya karena perbuatan sai. Sejak menma kembali tinggal bersamanya, kini naruto telah memiliki tiga anak, menma, naruko dan boruto. Dan sekarang, disinilah ia, mengunjungi makam sahabat sekaligus musuhnya bersama menma dan boruto, sementara naruko tengah menjalani program pertukaran pelajar beberapa bulan di amerika sana, dan sasuke yang menemani putrinya itu. Walaupun umur naruko baru 9 tahun, putrinya itu sudah duduk di bangku kelas dua SMP. karena otaknya yang jenius, naruko selalu loncat kelas.

"Kaachan, kenapa kita harus mengunjunginya? Dia sudah membuatmu menderita.." menma menatap naruto yang tengah menggendong adik bungsunya yang baru berumur beberapa bulan. "Apapun yang telah dia lakukan pada kita, sai tetaplah sahabatku, menma.. Aku memang membencinya. Tapi sai sudah meninggal, tidak ada alasan lagi bagiku untuk tetap merasa dendam." naruto mengusap nisan sai sembari tersenyum lembut. "Jadi, kaachan tidak membencinya lagi?" menma kembali bertanya tanpa menatap naruto. Tatapannya tengah fokus keaeah lain. "Dendam dan kebencian adalah perasaan negatif dalam diri kita yang akan menuntun kita pada kegelapan dan kehancuran. Dengan membenci, hidup kita tidak akan pernah tenang. Dan untuk menghilangkan perasaan tidak tenang itu, kita akan membalaskan dendam kita. Hingga membuat orang lain menderita." menma termenung mendengar penuturan naruto. "Lalu, orang yang telah kita renggut kebahagiaannya, akan merasakan perasaan benci dan dendam pada kita. Dan penderitaan kitapun kembali akibat pembalasan dendam orang itu bersama perasaan dendam kita. Begitu seterusnya bagai lingkaran. Lingkaran kebencian.." sambung naruto lagi.

Menma tersenyum, "kaachan benar" gumamnya. Senyum menma tidak bertahan lama saat matanya menangkap beberapa orang yang mencurigakan. Sekilas orang - orang itu terlihat seperti pengunjung makam biasa, tapi menma tahu, orang - orang itu tengah mengawasi mereka. Firasat buruk yang pernah menma rasakan di toko bunga yamanaka kembali hinggap di hatinya. "Kaachan," panggil pria berusia 27 tahun itu pada naruto. "Aku tahu," bisik naruto bersikap sebiasa mungkin. "Menma, kita harus segera pulang, beberapa jam lagi ayah dan adikmu akan pulang kerumah, kita harus menyiapkan beberapa sambutan untuk mereka." naruto bangkit dari jongkoknya dan sedikit membenarkan letak bayi mungilnya. Menma ikut berdiri, "baiklah kaachan, aku sudah tidak sabar bertemu mereka." menma meregangkan ototnya yang kaku. Mereka berjalan meninggalkan makam sai, menma melirik orang - orang itu dari ekor matanya, mereka mengikuti.

"Kaachan, kita harus lari" bisik menma. Bukannya takut, masalahnya saat ini ia sedang bersama ibu dan adiknya yang masih bayi, menma tidak mungkin menyeret mereka dalam bahaya. Naruto mengangguk, "begitu kita berbelok di depan sana, kita lari" naruto ikut berbisik. Mereka sedikit memperlebar langkahnya. Begitu mereka berbelok, dan pandangan orang - orang mencurigakan itu terhalang, mereka lari. Tapi belum jauh mereka berlari, mereka terpaksa harus menghentikan langkah mereka. "Kita terkepung" gumam menma sembari bersikap waspada, ia mengambil pistol yang selalu ia bawa. Naruto mendekap anaknya erat. Matanya dengan awas menatap pada beberapa musuh yang mengepung mereka berdua. "Siapa kalian?! Apa yang kalian inginkan?!" seru naruto. "Ck!" decak naruto meraih penutup tempat sampah berbentuk bersegi yang terbuat dari besi saat melihat orang - orang mencurigakan itu mengacungkan dan menembakan timah panasnya tanpa menjawab pertanyaan naruto.

Naruto menggunakan besi berbentuk persegi itu untuk melindungi dirinya dan kedua anaknya dari serangan peluru. Begitu ada celah, menma balas menembak mereka. "Jangan sampai terbunuh, menma" wanti naruto. Menma mengangguk paham. Sembari terus menghindar dari tembakan para musuhnya, menma dan naruto perlahan menggeser tubuhnya mendekati tikungan menuju gang yang terhubung dengan sebuah dusun kecil sebelum berakhir di jalan utama. Begitu dekat, menma menyerang beberapa orang yang menghalangi jalannya itu. "Kaachan, ayo!" menma merah tangan ibunya itu dan berlari memasuki gang. Orang - orang itu mengikuti.

missing child 2: the chain hateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang