Seventeen

1.6K 96 6
                                    

~

Kringgg

Kringgg

Kringgg

Bel istirahat pun berbunyi, seluruh siswa dan siswi mulai berhambur keluar kelas dan menuju kantin, begitu juga dengan FouR Pillars yang sekarang sudah lebih dahulu berada di kantin.  Namun, kemana Ridho? Dirinya belum bergabung dengan Rizki, Ranum dan Riri saat ini.

"Nahh! Jadi tuh kemarin-" Ucapan Riri terpotong oleh perkataan Ranum. Sekarang mereka sedang berkumpul di kantin, seperti janji Riri tadi pagi.

"Heh! Tunggu Ridho dulu!" Dengan santainya Ranum menyela Riri sambil memakan tahu gejrot.

Riri terdiam sesaat, "Hmmm oke.." Ucap Riri pelan yang masih terdengar oleh Rizki dan Ranum.

Setelah beberapa menit menunggu kedatangan Ridho, terlihat Ridho dari lorong kelas yang dekat dengan kantin, berlari kearah sahabatnya. Ridho ada urusan dengan Ketua OSIS tadi, maka dari itu dia datang terlambat.

"HAI GUYS!" Sapa Ridho dan duduk di samping Rizki.

"Weh Hai! Atur nafas dulu!" Balas Rizki, dan memberikan Ridhi Es the manis miliknya.

"Huftt! Sorry ya telat! Biasa anak OSIS wkwk" Ridho tersenyum manis kepada para sahabatnya.

"Santai Do!" Ranum membalas Senyuman Ridho.

"Ayo Ri cerita! Udah full member nih!" Akhirnya Rizki bersuara.

"Intinya, Kemarin mamah gue telfon, ngabarin kalau kakek gue sakit, gue disuruh ke rumah kakek secepatnya, itu bertepatan waktu gue mau nyamper Ranum.  Karena gue panik, Gue langsung pergi gitu aja, tanpa ngabarin kalian, naik angkutan umum, bahkan tas gue juga ketinggalan di kelas kan? Syukurnya nggak ada barang berharga di tas itu." Riri pintar sekali mengarang cerita ternyata.

Riri berusaha membuat tampang meyakinkan, agar para sahabatnya mempercayaii ceritanya barusan.

"Gue turut prihatin ya." Terlihat Ranum iba kepada Riri, dia langsung mengelus bahu Riri pelan.

Riri tersenyum kearah Ranum, "Makasih ya."

Rizki juga ikut iba, "Yang sabar ya Ri, lain kali lo harus bilang sama kita loh!" Ucap Rizki tulus, disusul anggukan oleh Riri.

"Gue juga turut prihatin ya Ri." Ridho berusaha memegang tangan Riri yang berada di atas meja dan di hadapannya.

"Jangan sentuh gue." Ucap Riri ketus. Rizki dan Ranum saling tatap, kenapa ni?

"Lo- loh kenapa?" Tanya Ridho bingung.

Riri bangun dari duduknya, "Gapapa, gue nggak suka." Riri pergi meninggalkan ketiga sahabatnya yang terdiam terpaku.

"Kenapa deh? Nggak biasanya dia kayak gitu kek gue." Banyak pertanyaan yang muncul dalan otak Ridho sekarang.

"Lo ada masalah sama dia kali?" Tanya Rizki ikut kebingungan.

"Masalah apa Ki? Nggak ada! Ah bangsat!" Ridho juga ikut meninggalkan kedua sahabatnya yang semakin kebingungan.

"HEH! LO MAU KEMANA DO?!" Rizki ikut bangkit dari duduknya dan ingin mengejar Ridho tapi ditahan oleh Ranum.

"Udah Ki, biarin dia sendiri dulu." Ranum menahan tangan Rizki agar tidak mengejar Ridho.

"Kenapa sih Ra? Gue bingung nih, kenapa jadi kayak gini deh?" Rizki memijat dahinya pelan.

"Iya tenang ya, nanti gue coba tanyain ke Riri, oke?"

Ranum terdiam sambil mengelus pelan rambut belakang Rizki. Dia juga bingung, kaget, dan banyak sekali pertanyaan di otaknya. Ada apa ya? Batin Ranum.

Dilain tempat, Devi dan teman - temannya, menyaksikan kejadian tersebut, sambil tersenyum miring, dan berpikir bahwa rencananya berhasil, dan Riri menepati janjinya.

~

Riri berjalan menuju kelasnya, dengan air mata yang sedari tadi dia tahann. Jujur, sakit hatinya. Bagaimana jika kalian ada di posisi Riri? Harus merelakan orang yang di cintai begitu saja? Harus gagal bahkan sebelum perang tiba?

Setelah menahan begitu lama, cairan bening itu pun turun dari matanya membasuhi pipi begitu saja. Sesekali, Riri terlihat memegang dadanya, sesak.

Ketika Riri hendak memasuki kelas, sepasang tangan memegang pergelengan tangan kirinya, menahannya masuk kedalam kelas. Riri sangat tahu betul, siapa orang yang memegang tangannya, Riri juga masih sangat hapal bau Parfum orang tersebut.

"Riri!" Ucap Ridho. Dengan tampang yang acak - acakan Ridho berusaha meminta kejelasan atas sikap Riri tadi kepadanya,

"Lepas." Balas Riri dingin, dia berusaha menghapus air matanya kasar.

"Lo kenapa sih? Gue ada salah?"

"Gue bilang Lepas ya Lepas!"

"Nggak! Lo aja gajelas! Jelasin dulu kena-"

"LEPAS DO!" Teriak Riri membuat Ridho tersentak kaget lalu melepaskan tangannya dari Riri.

"LO KENAPA SIH, HAH? JANGAN TIBA - TIBA KAYAK GINI! GUE NGGAK TAU LU KENAPA!" Ridho menaikkan nada bicaranya, jujur dia capek, dia bingung, kenapa sih?

"DIEM KAN LO? NGGAK TAU MAU JAWAB APA, IYA?"

Riri menatap nanar orang di hadapannya, dia mengepalkan tangannya, "MULAI DETIK INI! JANGAN TEMUIN GUE LAGI! NGGAK ADA ALASAN!"

"OKE FINE!" Ridho meninggalkan Riri begitu saja, bersamaan itu, tangisan Riri memuncak.

~

Ridho baru saja menyesali perbuatannya, bagaimana bisa dia membentak orang yang dia sayangi dengan mudah begitu saja? Iya, Sayang. Ridho sudah lama memendam perasaan itu, dia sadar, bahwa dia sayang dan cinta kepada Riri, namun selama ini dia terus - terus membatah perasaan tersebut, karena tidak ingin merusak persahabatan di antara mereka berdua.

Dia berjalan lesu kearah kelasnya, dia bingung, apakah ada sikap dan perkataan yang membuat Riri menjauhinya saat ini? Jujur, hal ini membuat Ridho tidak bersemangat menjalani hari - harinya. Beberapa kali Ridho mengacak - ngacak rambutnya frustasi.

Sekarang banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam otaknya? Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana cara membujuk Riri? Mengapa Riri melakukan hal ini kepadanya? Dimana kira - kira letak kesalahannya? Pokoknya banyak.

Ketika Ridho mulai sibuk dengan lamunan serta perang dengan isi pelanya, tiba - tiba dia merasakan ada yang menggandeng tangannya. Dia sih berharap itu Riri, namun nihil.

"Haiii!" Ucap Devi dengan gaya centilnya. Ridho memutar bola mata malas. Dia ini sedang lelah, kenapa juga harus berhadapan dengan tante girang sih?

"Apaan?!" Balas Ridho sarkas.

Devi terlihat cemberut, "Kamu kok gitu sih sama aku, heum?"

Ridho tertegun, ajaib banget nih orang, batin Ridho. Aneh.

"Lo ngapain pegang - pegang gue sih?"

"Ya pengen aja, kenapa emangnya? Kita kan satu kelas, yaudah sekalian aja."

"NGGAK GITU KONSEPNYA!" Dia menoyor kening Devi pelan.

"Ke kelas tinggal jalan! Nggak usah pegang - pegang!"

"kamu kok jahat sama aku?" Jujur Ridho sudah muak dengan perempuan ini.

"Lepasin gue!"

"Nggak mau!"

"LEPAS NGGAK!"

"NGGAK!"

"LEPAS ATAU GUE BERTINDAK KASAR KE LU?!"

"…."

"LEPAS ANJING!" Ridho melepaskan gandengan Devi dari tangannya.

Ridho menatap tajam Devi, "LO! JANGAN GANGGU GUE!"

Ridho berjalan meninggalkan Devi begitu saja, dengan amarah yang menggebu - gebu. Devi hanya menghentak - hentakan kaki, kesal. Kenapa Ridho tidak pernah menengok nya sebentar saja? Apa yang kurang dari dirinya?

~~~

Jangan Lupa buat Vote dan Komen ya! Sebagai salah satu bentuk support kalian untuk book ini!

See You!

The Love Story Of The Twins [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang