Twenty Four

1.5K 91 6
                                    

~

Tadi di telfon, Ranum mengabari Rizki untuk datang ke salah satu Caffe dekat sekolah mereka, di karenakan Rizki lumayan penasaran sekaligus ingin meminta penjelasan atas hilangnya Ranum tadi siang, langsung saja Rizki bergegas kesana.

Sebenarnya, Ranum ingin membicarakan tentang kondisi Riri dengan Ridho. Ranum pikir, permasalahan ini tidak bisa di diamkan terlalu lama, bagaimanapun harus segera diselesaikan, terlebih ketika Ranum mendapati temannya di siksa bahkan di ancam oleh orang gila seperti Devi dan teman - temannya itu.

Setelah menunggu hampir setengah jam, Rizki datang sambil sedikit berlari kearah meja Ranum.

"Ada apa Ra? Lo baik - baik aja kan?" Terlihat Raut kepanikan di wajah Rizki bahkan nafasnya pun terlihat naik turun tidak beraturan.

"Santai - santai Ki, duduk dulu coba, gue gapapa kok." Ranum menarik tangan Rizki untuk duduk di hadapannya, sambil sesekali mengelus tangan Rizki pelan menyalurkan ketenangan.

"Gue pesenin minum dulu ya?" Rizki hanya mengangguk menanggapi.

Ranum memutuskan untuk memesan minuman, lalu memberikannya pada Rizki.

"Lo seriusan gapapa kan?" Rizki menatap Ranum khawatir.

Ranum tersenyum pelan, "Gue gapapa kok, tapi ada hal yang harus lo tau Ki tentang Riri."

Ranum berusaha memastikan bahwa keadaan saat ini aman, dia memindai keseluruh penjuru café memastikan tidak ada seseorang yang mencurigakan, "Hmmm.. Riri di bully sama geng nya Devi." Ranum berbicara dengan intonasi yang rendah.

Entah kenapa, Ranum merasakan ada yang sedang mengintainya saat ini, mungkin itu cuman perasaan Ranum saja.

"Hah? Kok bisa? Kenapa?" Rizki ikut menurunkan intonasi suaranya.

"Gara - gara dia deket sama Ridho, Si Devi suka sama Ridho."

"DIH? Gila tuh anak-" Ucapan Rizki terpotong oleh Ranum.

"Ssttt... Jangan keras - keras." Ranum memberikan isyarat untuk Rizki mengecilkan suaranya.

"Terus kondisi Riri gimana?" Rizki mulai terpancing emosi.

"Tadi sih pas gue bawa balik lumayan not good, tapi sekarang udah better." Ranum menghembuskan nafas pelan.

"Lo bolos gara - gara nyelamatin dia?" Ranum mengangguk merespon pertanyaan Rizki.

"Terus sekarang mau gimana? Lo mau gue ngelabrak Devi?!!" Rizki terlihat emosi.

"Ssstt.. Bentar! Devi ngasih ancaman ke Riri, kalau sampai dia tahu Riri cerita ke kita, keluarga Riri dalam masalah Ki, lu tau kan power keluarga Devi juga lumayan besar?" Ranum berbicara sambil terus menatap keseluruh Café memastikan bahwa tidak hal yang mencurigakan.

"Lo takut sama Devi?" Rizki mengerutkan dahinya.

"Ya nggak lah gila! Masalahnya ini demi kesalamatan Riri dan keluarganya juga, gue nggak bisa bertindak gegabah lah gila." Ranum mendecih pelan.

"Aman Ra sama gue, sekarang focus kita ke Ridho sama Riri aja, kita harus ngelurusin hubungan mereka berdua." Rizki menatap Ranum memberikan keyakinan.

"Emangnya lo bakal ngelakuin apa buat mastiin bahwa Riri dan keluarganya bakal baik - baik aja?" Ranum menatap Rizki dan mengangkat alisnya.

Rizki tersenyum miring, "Bokap gue pembisnis Ra, dia punya banyak backingan buat jaga dia dari para pesaing bisnisnya."

"Terus?" Ranum menangkup pipinya dan masih menatap Rizki.

"Salah satu orang yang bekerja sama bokap gue, itu temen taekwondo gue sama Ridho." Rizki menyungingkan senyumannya.

"Lo mau minta bantuan dia buat jaga keluarganya Riri? Sampai masalah ini clear?" Ranum memberikan tampang bertanya.

"Correct! Sekarang kita beresin dulu Riri sama Ridho, mereka harus ketemu, ngobrol dan coba saling terbuka, masalah Devi, kita urus belakangan." Rizki berucap santai sambil meminum minuman yang di beli oleh Ranum.

Saat Ranum hendak berbicara, namun dia mengurungkan niatnya, saat melihat seseorang lelaki dengan postur tubuh tinggi dengan pakaian serba hitam, serta masker hitam, jalan memasuki Café. Ranum mencurigai orang tersebut. Rizki yang menyadari perubahan ekspresi Ranum, ikut menatap objek yang menjadi perhatian Ranum sekarang.

"Kenapa?" Tanya Rizki.

"Gapapa, tuh orang mencurigakan." Ranum memutar sendok yang ada di gelasnya.

"Heh! Nggak boleh suudzon. Nanti malam, ajak Ridho sama Riri ketemuan nggak sih?" Rizki membawa Ranum menatapnya dengan menarik dagu Ranum.

"Alibi gue ajak diskusi masalah ekskul kali ya? Lu juga, tapi jangan bilang, kalau kita mau ketemuan berempat, gimana? Biar mereka nggak curiga?" Ranum memberikan idenya.

"Oke setuju! Ayo balik, gue anter balik, nanti ketemuan di café deket angkringan tengah kota jam 8 malam, deal?" Rizki bangun dari duduknya.

"Oke Deal! Ayo bayar dulu!"

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengintai pembicaraan mereka sedari tadi, dan saat ini orang tersebut sedang menelfon seseorang.

"Bosss.. Mereka bakalan ketemuan malam ini di cafe, gimana boss??" Tanya orang tersebut.

"....."

"Yang ceweknya??"

"....."

"Okee boss.. Laksanakan!!" Orang tersebut keluar dari tempat persembunyiannya, dan pergi meninggalkan Café tersebut.

~
Misi selanjutnya Ranum dan Rizki adalah untuk mempertemukan Ridho dan Riri. Seperti yang sudah di rencanakan oleh mereka berdua tadi, malam ini mereka langsung bergegas untuk melakukan aksi. Ranum yang berusaha membujuk Riri untuk datang ke salah satu Café dekat angkringan tengah kota dengan alibi mencari udara segar sambil membicarakan soal ekskul.

Begitu pula dengan Rizki, dia berusaha membujuk Ridho yang mood nya masih belum membaik.

"Ayo dong temenin gue!" Rizki merengek kepada Ridho yang masih asik memainkan gitar di balkon kamar mereka.

"Ngapain anjir?! Udah malem! Males ah!"

"Healing kita healing bro!"

"Healing - healing tai kucing!"

"Bacot ah! Ayo buruan!" Rizki menarik paksa Ridho dan membawanya pergi keluar kamar.

"Ini pemaksaan anjir namanya!" Ridho berusaha memberontak.

"Kalau nggak gini, lo nggak bakal mau ikut!"

"Bentar! Gue ambil jaket dulu!"

"CEPETAN!"

~~~

Jangan Lupa buat Vote dan Komen ya! Sebagai salah satu bentuk support kalian untuk book ini!

See You!

The Love Story Of The Twins [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang