Thirteen

1.6K 101 0
                                    

~

Sekarang Ranum sedang berada di rumah Riri, tepatnya dikamar Riri, untuk mendengarkan penjelasan dari Riri, tentang kejadian dikantin tadi pagi.

"Jadi tadi Devi dan kawanan nya ngapain nyamperin luh? Terus juga pipi luh kenapa merah gitu?" Ranum tuh udah penasaran banget, tapi Riri seperti mengulur waktu.

"Gue ambil minum dulu ya, nanti baru gue ceritain." Ranum menghebus nafas pelan, dan menganggukan kepalanya, Lalu Riri meninggalkan Ranum dengan rasa penasarannya. Melihat Riri yang kembali dengan 2 gelas es jeruk yang di taruhnya di nakas tempat tidur, Ranum menghujani pertanyaan lagi kepada Riri.

"Jadi kenapa Ri?! Anjir lah penasaran nih."

"Yaelah Ra, sabar dong, minum dulu Ra." Riri memberikan segelas es jeruk kepada Ranum.

"Bangsat! Lu mah ngulur waktu!" Ranum langsung meminum es jeruk tersebut, Riri hanya terkekeh dan menghembuskan nafas kasar.

"Okee, jadi gini, pas tadi luh lagi mesen makanan dikantin, tiba-tiba Devi dan temen - temennya dateng, dan langsung duduk didepan gue, Ya gue sih biasa aja, kirain gue kenapa gitu kan." Jelas Riri

"Terus.. Teruss.." Ranum mulai menatap Riri intens.

"Ternyata dia ngelabrak gue, karena Ridho."

"HAH? Ridho? Kenapa jadi Ridho? Gajelas banget deh." Ranum membulatkan matanya.

"Luh tau kan.. Akhir - akhir ini gue tuh deket sama Ridho? Dia tuh kayaknya nggak suka kalau gue deket sama Ridho." Riri menghindari tatapan Ranum yang membuatnya salting, gimana nggak? Jarak Wajah Ranum dan dirinya cukup dekat, dan Ranum menatap tajam Riri. Kan jadi salting tapi mengarah ke takut sih.

"DIH?! ATAS DASAR APA COBA?!" Ranum menghentakan gelas yang dia pegang ke meja.

"ANJIR! NANTI PECAH GELAS GUE!"

"BODO! Ini alasan si Devi apa ngelabrak lu anjir?!"

"DIA SUKA SAMA RIDHO BODOH!"

"HAH?!"

"HAH HOH HAH HOH! Udah kek tukang keong lu!"

Ranum tidak habis pikir. Dia menatap tidak percaya kearah Riri. Devi itu yang suka make up tebel percis kayak jablay kab ya? Dulu pernah jegat dia juga kayaknya.

"Wah nggak bisa di biarin ini! Wah nyari masalah tuh anak, kayak Ridho mau aja sama modelan kayak dia!" Ranum mulai memikirkan rencana untuk membalas Devi.

"Heh! Nggak boleh gitu!"

"Lagian gajelas banget, tapi pipi lu masih sakit nggak?"

"Lumayan, tapi udah better kok tenang aja." Ranum mengangguk pelan.

"Oke Good, tenang aja Ri, lo masih punya gue! Lihat aja gue bakalan bales!" Ucap Ranum dengan semangat menggebu - gebu.

"Okey, Thank Bestie! Tapi jangan bilang ke si kembar ya Ra." Riri sih iya - iya aja, paling juga Devi kena semprot Ranum kan?

"Siap, Happy to help you bestie!"

"Btw, lo nggak mua nginep aja?" Riri terlihat membereskan gelas yang bekas mereka minum.

"Boleh juga, gue balik dulu, ambil baju seragam sama buku mapel deh." Ranum langsung bersemangat.

"Okey!"

~

Keesokan harinya...

Ranum berdiri di koridor sambil sesekali melihat jam tangan yang melingkar di pergelengan tanganya, mengundang banyak perhatian siswa dan siswi yang kebetulan lewat disana. Gimana nggak? Ada Bidadari di koridor mereka? Hehehe.

"Mana deh? Gue yakin banget, pasti lewat sini tuh sekumpulan badut sirkus." Ranum menggerutu lalu melingkarkan kedua tangannya di depan dada. Dia sedang menunggu seseorang.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya yang perempuan itu tunggu tunggu akhirnya datang.

"Woy Badut Sirkus!" Teriak Ranum memberhentikan ketiga sekumpulan perempuan yang berjalan bersamaan.

"Siapa??kita??" Tanya si ketua geng, Devi.

"Ya. Lo Bertiga." Jawab Ranum ketus.

"Ada apa? Kalau nggak penting, mendingan gue ke kelas." Devi menatap sinis Ranum, sambil memainkan rambutnya yang panjang dan berwarna ungu tersebut. Ranum memutar bola mata malas.

"Ehh Dev, gue kayak kenal ni orang, dia tuh anak baru itu kan??" Bisik Intan kepada Devi.

"Iyaa bener Dev, dia lagi deket sama Rizki kalau nggak salah, deket sama Riri juga" Vita ikut berbisik.

"OHH LO temennya Riri, Iya? Mau apa lo, Hah? Oh Ya, sekalian bilangin temen lo! Nggak usah kegatelan sama Ri-" Tangan Ranum membekap mulut Devi dengan telapak tangannya.

"Ssst! Bacot! Gue cuman mau bilang sama lo! Nggak usah ganggu Riri, urusan lo sama Ridho, bukan Riri! Tapi gue juga nggak yakin sih, Ridho mau gubris perempuan modelan lo kayak gini hahaha." Ranum tersenyum miring.

Devi menghentakan tangan Ranum dari mulutnya, "Lohhh!!" Tangan Devi sudah siap menampar pipi Ranum, namun dengan sigap, Ranum menahannya.

"Kenapa?? Heum?" Tanya Ranum masih memegang tangan Devi dan mencengkram nya kuat, membuat Devi meringis kesakitan.

"Gue peringatin sekali lagi. Sekali lo berani nyentuh Riri, gue nggak segan buat cakar wajah lo ya!" Ranum semakin mencengktam lengan Devi, menunjukan bahwa diirnya memiliki kuku tajam yang siap mencakar wajahnya kapanpun.

Devi hanya terdiam, dia tidak bisa berbicara. Ranum melepaskan cengkramannya dan langsung pergi meninggalkan Devi dan teman - temannya.

"Lu gapapa Dev??" tanya Intan.

"Nggak!" Devi menggenggam tangannya kuat, tidak memperdulikan lengannya yang memerah akibat ulah Ranum.

"Gue punya tugas buat kalian berdua! Dan kalian harus pastiin semunya berjalan lancar!" Devi memberi perintah kepada Intan dan Vita, laly meninggalkan keduanya.

~

Ranum bergegas memasuki kelas, bel mata pelajaran pertama sudah berbunyi. Ranum membuang nafas pelan di pintu kelas. Huftt, belum ada guru. Tukasnya dalam hati. Ranum langsung memasuki kelas, dan terlihat Rizki yang sedang memainkan ponsel di mejanya. Ranum langsung menghampiri Rizki.

"Pagii!" Sapa Ranum pada Rizki.

"Pagi! Heh! Darimana ajah luh?? Tumben Telat." Tanya Rizki yang sudah menaruh ponsel nya di loker mejanya.

"Hmmm.. Tadi ada urusan sebentar." Jawab Ranum berbohong. Ranum tidak mungkin bilang yang sebenarnya pada Rizki, bisa kena omel Riri nanti.

"Lu gapapa kan?" Rizki menatap Ranum. Yang di tatap salah tingkah.

"Hah?" Yah malah cosplay keong.

"Ya gue tanya, lu gapapa? Ada masalah kah? Riri juga gapapa kan?"

Ranum tersenyum kecil, "It's Okay! Kita gapapa kok, tenang aja." Ranum berusaha untuk tidak terlihat berbohong.

"Seriuss?? Gue nggak mau ada rahasia diantara kita Ra. Pokoknya apapun itu, tolong cerita ya sama gue, tolong bilang ke Riri juga." Rizki melembutkan ucapannya.

"Hmm.. Pasti!" Ucap Ranum dan tersenyum. Rizki masih menatap Ranum dan mencari kejujuran disana.

"Okeyy.." Ucap Rizki berusaha percaya.

"I'm Sorry for lying Ki. Gue udah janji sama Riri, gue juga masih nggak tahu respon lu bakalan kayak gimana kalau tahu masalah ini." Batin Ranum

Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa Akhir -akhir ini mereka berempat semakin dekat. Dan mereka berjanji tidak akan ada rahasia diantara mereka. Namun, ada kalanya dalam sebuah hubungan pengkhianatan sering sekali terjadi.

~~~

Jangan Lupa buat Vote dan Komen ya! Sebagai salah satu bentuk support kalian untuk book ini!

See You!

The Love Story Of The Twins [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang