Hello-13

6 3 0
                                    

Dia adalah prioritasku
Karena dia merupakan
Salah satu alasan aku tetap berijak

⭐⭐⭐

"Kau! Lama sekali sampai ke sini. Kau tahu aku menunggu berapa lama?" Roseline terus memaki Randyaz yang membuatnya menunggu. Selalu begitu, jika keduanya bertemu maka sekitar mereka seakan akan terjadi badai berkepanjangan.

"Hei! Gue udah berusaha tepat waktu. Bahkan gue ninggalin adik gue sendirian di rumah saat ini. Lihat! Macet! Salahin aja gue terus sampai bego." Randyaz menggebu-gebu menyemprotkan kekesalannya. Bahkan ia menarik tangan Roseline agar berdiri di sebelahnya dan melihat kemacetan dari luar lobi hotel.

Sepertinya Roseline menyadari bahwa ia sedikit berlebihan. Tapi inilah kebiasaannya, selalu menginginkan segala sesuatu dihidupnya sempurna. Bahkan ia memiliki kebiasaan memaki pelayan dan bodyguardnya. Namun saat Roseline melihat keresahan terpancar di mata Randyaz yang mengungkap tentang dirinya yang meninggalkan adiknya sendirian, Roseline menyadari bahwa Randyaz telah berkorban. Randyaz tulus menolongnya.

Roseline tidak pernah terbiasa dengan meminta maaf, maka ia tidak tahu cara yang tepat untuk meminta maaf. Dan hanya meninggalkan Randyaz yang masih mengatur nafasnya di luar lobi, menuju mobil Randyaz yang terparkir di halaman depan hotel.

Randyaz menepati janjinya. Sudah beberapa kali ia menemani Roseline mencari Verlian. Sebenarnya ia ingin menanyakan pada Leony tentang lelaki yang diceritakannya, karena selama ini feeling Randyaz mengatakan bahwa Verlian dalam cerita Leony dan Verlian dalam cerita Roseline adalah orang yang sama.

"Kita mau cari ke mana lagi? Udah keliling ke semua kantor besar yang ada di Jogja, ke toko buku besar yang ada di Jogja, dan ke semua tempat yang aku nggak ngerti ada hubungannya atau nggak sama pacar kamu. Ke mana lagi, Ros?" Randyaz melunak pada Roseline. Sudah seharian ini mereka mencari Verlian dan nihil, tidak ketemu. Randyaz bisa saja menghentikan usahanya mencari Verlian, melihat sepertinya jika dihitung hutangnya-perasaan bersalah menghilangkan benda berharga di bandara-pada Roseline sudah lunas.

Namun, Randyaz bukan lelaki kejam yang tega pada seorang wanita. Melihat wajah muram Roseline sekarang membuat Randyaz ingin berusaha menemukan Verlian.

"Apa cinta selalu begini? Siapa yang berjuang, maka ia yang tersakiti." Roseline menatap air mancur di hadapannya. Perkataannya membuat Randyaz yang tengah mengamati ramainya taman menoleh. Randyaz meyakini, gadis di sebelahnya ini sedang patah hati. Patah hati karena cinta.

🍂🍂🍂

"Jadi perusahaan tempatmu bekerja sedang dalam masa tenang. Dan karena posisi perusahaan sudah di atas kau memutuskan untuk istirahat sejenak?" Leony bertanya sambil menyeruput minuman dingin berwarna merah itu. Leony dan Verlian memutuskan melanjutkan obrolan mereka di taman agar suasananya lebih santai dan tidak ada Ben dan Rafli yang akan menjahili. Selain itu Leony tidak mau melihat Ben dan Rafli pingsan melihat Verlian yang berwajah persis dengan Ilham.

"Hmm... Namun aku malah ketemu manusia macam kau. Menyebalkan. Ceroboh. Bermulut cablak pula." Verlian berkata tanpa mau melihat ekspresi Leony saat ini.

"Apa-apaan sih? Aku juga gak pernah ketemu orang yang bawaannya pengen bunuh diri terus. Laki-laki pula." Leony membalas sambil mengerucutkan bibirnya.

"Aku tidak pernah mencoba bunuh diri. Kamu saja yang terlalu khawatir padaku. Iya kan?"

"Gak usah kepedean." Leony mencibir, namun mulutnya menyunggingkan seulas senyum.

"Aku mau cari cimol dulu. Kamu tunggu di sini aja ya?" Leony beranjak dari duduknya sambil menoleh pada Verlian. Yang ditatap hanya menganggukkan kepala.

Hello From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang