Hello-15

8 3 0
                                    

Kau tahu tidak
Mungkin hujan saat ini
Tengah menertawakanku
Yang terlalu berandai akan situasi ini

⭐⭐⭐

"Aku belum sempat ucapin terimakasih ke kamu, Leony." Riri berkata sambil tersenyum lembut.

Sekarang Leony tahu apa yang membuat Randyaz–seorang kritikus bagi perempuan–jatuh hati pada Riri. Baru sekali bertemu saja Leony langsung merasakan nyamannya berada di dekat Riri.

Tutur katanya lembut, terpancar aura optimis dari matanya, matanya juga indah, dan tak lupa Riri sangat cantik. Cantik khas Indonesia. Ia bersikap seperti kakak bagi Leony.

'Nih orang kalem banget. Kayak putri solo. Pantes abang suka.'

Randyaz kadang keceplosan tentang kriteria wanita idamannya. Dan hampir semua itu ada pada Riri. Pantas saja Randyaz tidak pernah bisa santai jika bicara dengan Leony, karena dia sangat berkebalikan dengan Riri. Randyaz suka yang kalem-kalem menyejukkan. Sedang Leony malah brutal entah mendapat gen dari mana.

"Iya, Kak. Itu juga udah kewajiban aku kok."

"Kamu baik banget. Kamu tahu gak kenapa aku mencoba menemui kamu lagi selain ingin berterimakasih?" Riri memajukan badannya ke meja.

"Gak tahu, Kak." Leony nyengir karena jawaban polosnya.

"Saat pertama kali ketemu kamu. Aku lihat mata kamu, dan aku suka mata kamu. Indah dilihat. Ngingetin aku sama mata seseorang." Riri tersenyum kecut.

Leony sangat tahu siapa seseorang yang dimaksud Riri. Randyazlah orangnya. Banyak orang juga yang bilang bahwa salah satu kemiripan Leony dengan Randyaz adalah mata mereka.

"Oh ya? Siapa tuh, Kak? Sampai inget bener." Leony terkekeh. Mencoba tidak menimbulkan kecurigaan. Mungkin menggali mulai sekarang tidak masalah, karena Riri terlihat sangat baik padanya.

Sebuah notif pesan masuk membuat Leony mengalihkan tatapannya pada ponsel.

Nala : "Woy... Ati-ati, Leony... Kamu emang udah kenal dia? Main nyuruh kita pulang. Kamu butuh mata-mata, lho."

Reply

"Tenang aja, Nal. Aku jago karate. 😂"

Leony hampir tertawa melihat pesan dari Nala. Pasti saat ini Nala dan Febri tengah bersama.

"Maaf, Kak. Teman nanya tugas." Leony berbohong.

"Iya, gak papa. Lagian aku yang ganggu kamu. Kamu pasti banyak kerjaan."

"Lagi longgar kok sekarang."

"Oh iya. Kamu bukannya kerja ya di sini?" Leony dan Riri berbincang di Cafe Rabraham. Di meja bekas nongkrong Leony, Nala, dan Febri tadi.

"Ambil jam malam, Kak." Leony menjawab seadanya sambil mengedikkan bahu.

'Pengertian bener.'

Tiba-tiba ada kain lap yang meluncur tepat mengenai kepala Leony.

"Aduh!" Leony berseru sapai beberapa pelanggan menoleh padanya.

"Ngapain lo di sini kurcil?" Suara Ben. Tak salah lagi. Bekerja di sini membuatnya hafal dengan suara dua senior somplak itu.

"Ih. Jahat banget sih, Bang. Untung kain lap bersih. Masih wangi loundry." Leony menggerutu. Matanya tak sengaja melirik Riri yang ada di depannya. Pucat.

Astaga! Leony lupa. Riri adalah teman SMA Randyaz. Otomatis teman Ben dan Rafli juga. Sepertinya Ben belum sadar akan siapa perempuan yang berbincang dengan Leony. Ben mengira Nala atau Febri yang sedang bersama Leony.

Hello From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang