Ada kalanya
Perasaan sukaku pendam sendiri
Ada kalanya juga
Perasaan sakitku ku pendam sendiri
Namun aku rasa percuma
Karena aku tak pernah pandai dalam hal menutupi⭐⭐⭐
Hujan yang tiba-tiba turun membuat semua orang berlari mencari tempat berteduh. Termasuk Leony dan Verlian. Padahal beberapa puluh meter di depan sudah jalan raya. Namun hujan semakin menderas. Terpaksa Verlian menarik Leony menuju stand di taman yang bisa dijadikan tempat berteduh.
"Kok malah berteduh di sini, Ver?" Leony mendongak agar bisa melihat raut wajah Verlian. Jika sedang berjajar dengan Verlian, Leony merasa sangat kecil. Verlian seperti tiang, Leony seperti sapu mungkin.
"Itu hujannya tambah lebat. Bahaya, kamu bisa sakit kalau nekat. Banyak petir juga." Verlian menjawab sambil menundukkan kepalanya agar bisa balas menatap Leony.
Leony segera mengalihkan pandangannya ke depan. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ada sesuatu yang ia rasakan, namun tidak pernah dirasanya saat bersama orang lain.
"Aku pengen cepet pulang. Ini kaki udah perih banget." Leony merajuk pelan. Namun Verlian masih dapat mendengar suara Leony yang disamarkan oleh hujan.
Verlian mendengus pasrah. Leony ada benarnya. Luka Leony bisa infeksi jika dibiarkan berlama-lama tanpa penanganan. Luka itu juga sudah terkena air hujan. Terbukti dengan sapu tangan yang membebat luka itu sudah basah oleh air.
"Baiklah. Kita pulang sekarang. Tapi kamu harus berlari ya?" Verlian memberi tawaran.
"Lari?" Leony menatap Verlian tak percaya. Bagaimana ia bisa berlari jika kakinya seperti ini. Luka di kakinya cukup dalam rupanya. Sampai membuatnya kesulitan berjalan.
"Mana bisa aku lari? Kamu tahu kalau jalan aja aku susah." Mata Leony berkaca-kaca. Verlian hanya diam. Dia sendiri sebenarnya juga bingung bagaimana mengatasi masalah kecil ini. Padahal dia memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.
Berpikir lama. Akhirnya Leony berani untuk berlari.
"Oke. Aku lari. Tapi jangan kencang-kencang ya?"
"Iya. Aku di belakangmu." Verlian meyakinkan Leony.
Mereka berlari menembus hujan yang mulai menderas. Verlian menepati janjinya. Ia terus berada di samping atau di belakang Leony. Tidak pernah sekalipun ia mendahului langkah Leony.
"Ish... Jauh banget sih jalan rayanya?" Leony menggerutu sambil berlari terseok-seok.
'Mana nih orang gak peka lagi. Nawarin gendong kek. Eh gendong? Jangan deh.'
Ada yang menarik tangan Leony dari belakang hingga ia sedikit terjengkang namun tidak sampai jatuh.
"Ada apa? Aku hampir jatuh tau." Leony menatap Verlian yang memasang wajah datar.
"Ada aku. Aku kan kuat. Gak kaya kamu, jatuh dikit aja uring-uringan kaya macan laper." Leony melotot mendengar tuturan Verlian.
"Ayo berhenti dulu di bawah pohon itu." Verlian menunjuk sebuah pohon yang terletak sepuluh meter di kanannya. Hanya itu pohon yang paling dekat. Dan untungnya tidak ada orang lain yang berteduh di sana. Taman ini luas sangat.
Leony berlari menuju pohon itu. Jujur dia kedinginan. Bajunya sudah basah tak bersisa. Namun jika menunggu hujan reda, sepertinya hujan masih mau turun sampai pagi.
"Hhh... Setidaknya di sini tidak perlu desak-desakan." Leony sedikit tenang. Tidak ada ancaman copet di sini. Juga ancaman untuk lukanya.
Leony jongkok. Kaki kanannya diselonjorkan agar lukanya tidak perih. Leony sedikit mengabaikan Verlian karena dari tadi lelaki itu hanya diam tak menanggapi omongan Leony. Leony berpikir bahwa Verlian bosan jalan dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello From Me
RomansaSemua tahu bahwa cinta gak pernah terduga.. Cinta bisa membawa kebahagiaan Cinta juga bisa membawa kekecewaan Namun hakikat cinta adalah kebahagiaan itu sendiri Jikalau kecewa yang didapat, bukanlah cinta penyebabnya Melainkan bagaimana kita mencint...