Hello-12

4 3 0
                                    

Jika ada peramal yang benar-benar handal di dunia ini
Maka pasti ia tahu bahwa hari ini
Adalah hari terbahagiaku

⭐⭐⭐

Berkeliling pasar malam dengan Randyaz adalah salah satu kenikmatan dihidup Leony. Karena ia akan dengan bebas berceloteh di depan Randyaz, walaupun selalu ada ejekan di akhir cerita. Randyaz menebus kesalahan pulang telatnya pada Leony dengan jalan-jalan. Leony sempat mengamuk tadi saat tahu Randyaz sudah sampai di Jogja pagi hari kemarin, namun sampai rumah baru hari ini, sore pula. Dan yang membuat Leony jengkel, Randyaz tidak memiliki alasan yang jelas. Saat Leony marah dan mengomel panjang lebar, sibuk menyalahkan Randyaz, Randyaz hanya diam. Dan itu cukup menjadi bukti bahwa Randyaz mengaku bersalah.

"Sebenarnya, kemarin gue-" Perkataan Randyaz terhenti karena melihat Leony senyum-senyum sendiri sambil melihat ponsel.

"Woy! Dasar bocah. Gue lagi ngomong. Tadi gue bohong dimarahin. Giliran mau jujur dicuekin. Ini kakak lo, bocah. Kakak." Randyaz menoyor kepala Leony hingga membuat gadis itu meringis. Randyaz paling tidak suka dicuekin, Leony tahu itu. Ia ingin membalas dendam. Tidak ada yang menarik di layar ponselnya, hanya ingin membuat Randyaz sebal saja.

"Ih... Iya iya. Leon dengerin." Akhirnya Leony juga ikut sebal malahan. Namun ia segera terkekeh mengingat wajah sebal Randyaz tadi.

"Gak jadi. Ntar aja di rumah." Randyaz mengalihkan perhatiannya pada pemandangan di luar bianglala yang terlihat indah dari atas sini.

"Yah, baper nih?" Goda Leony.

"Ya udah. Leony aja yang cerita. Leony ketemu cowok, Bang. Orangnya menarik, baik sebenarnya, kadang aneh, Leony seneng beberapa kali terlibat sama dia." Leony ikut memandang keluar bianglala. Matanya menerawang. Randyaz langsung menoleh pada Leony sambil menautkan alis, tanda ia sedang berpikir.

"Siapa? Gue kenal nggak?"

"Pertama liat dia, mungkin Abang bakal ngira kalo Abang kenal banget sama dia. Bahkan Kak Ben dan Kak Rafli pun bakal kaya gitu. Aku pun awalnya kaget banget ngelihat dia, sebenarnya sampai sekarang Leony masih penasaran sama dia."

"Siapa?" Randyaz menuntut sambil memegang kedua pundak Leony.

"Namanya Verlian." Leony mengucap nama itu sambil tersenyum. Selalu seperti itu. Apapun tentang Verlian, Leony akan tersenyum dan memasang mata menyenangkan.

Randyaz mematung di tempat, sempat beberapa detik menahan nafas. Nama yang sama dengan nama kekasih Roseline. Situasi yang digambarkan Leony sama persis dengan situasi saat Randyaz melihat foto Verlian untuk pertama kalinya, merasa sangat mengenal. Jelas saja, karena Randyaz seperti melihat seseorang di foto itu. Seperti melihat Ilham, sahabatnya yang sudah meninggal.

"Ntar kapan-kapan kenalin ke gue." Randyaz berkata lalu menyandarkan tubuhnya pada dinginnya dinding bianglala.

"Lo... Bukannya lo punya pacar ya?" Randyaz meneruskan kalimatnya. Memastikan sesuatu yang selama ini hanya diketahuinya dari memo dan riwayat chatting Leony, dari situ Randyaz tahu Leony memiliki kekasih.

Leony sedikit terusik dengan pertanyaan Randyaz. Maka ia hanya mengedikkan bahu dan mendengus tak peduli.

"Jangan jadi playgirl. Coba pahami situasi. Kalo emang gak cocok ya gak usah diterusin." Randyaz mencium bau kebimbangan Leony.

"Leony... Ketemu sama Kak Riri." Leony menyesal telah mengucapkan kalimat itu. Sekarang Randyaz tengah menatapnya dengan mata melotot dan tangan yang mencengkram lengan Leony. Meminta penjelasan.

"Ponsel Kak Riri ketinggalan di suatu cafe. Terus waktu Leony mau balikin, Kak Riri udah ilang aja. Akhirnya Leony mencoba menghubungi salah satu kontaknya. Tapi... Tapi... Udah gitu aja kejadiannya." Leony tidak memberi tahu Randyaz bahwa ia bekerja di cafe milik Ben dan Rafli. Karena bekerja di Cafe Rabraham adalah salah satu pengorbanan Leony demi membeli hadiah untuk Randyaz. Dan ia juga tidak memberi tahu tentang nomor yang dihubungi Leony di ponsel Riri adalah nomor milik Randyaz.

Hello From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang