Jika esok masih ada
Aku ingin
Seperti ini⭐⭐⭐
Leony bingung buku apa yang cocok untuk ulang tahun keponakannya yang baru berusia lima tahun. Tidak mungkin novel. Komik bisa jadi, tapi terlalu beresiko. Andai saja ada komik untuk balita, Leony akan membeli komik itu sekardus.
Leony menyerah. Ia tak tahu lagi harus memberi keponakannya dengan buku jenis apa. Ia mengetikkan sebuah pesan untuk tantenya, berharap sang tante mampu memberi saran. Leony tak mau memberi keponakan-keponakannya mainan, baginya buku lebih penting. Buku dapat membantu pembentukan karakter.
Belum sempat pesan itu terkirim, ada yang mengambil ponsel Leony dengan cepat.
"Hei!" Leony menoleh pada si pencuri ponsel. Bukan pencuri. Lelaki yang mengambil ponsel Leony masih berdiri di sampingnya sambil mengetikkan sesuatu di ponsel Leony. Lelaki itu adalah Verlian. Untuk kesekian kalinya ia berurusan dengan Verlian.
"Nih. Aku sudah menghapus pesan yang belum terkirim itu." Leony menerima ponselnya dengan tatapan heran bercampur curiga. Lelaki ini selalu muncul di sekitarnya dengan cara tak terduga.
"Jika kau mau mencari buku untuk keponakanmu yang masih berusia lima, aku tahu buku yang cocok." Setelah kalimat itu tuntas, Verlian langsung berlalu meninggalkan Leony yang masih bingung dengan kehadirannya.
Tak lama kemudian Verlian berbalik dan segera menarik lengan Leony agar mengikutinya.
"IQ mu berapa? Kau sangat lambat dalam berpikir."
"Hei! Jangan berani meremehkanku ya. IQ ku tinggi kok." Leony menghentakkan tangannya agar lepas dari cekalan Verlian. Leony menghentikan langkahnya sambil memasang wajah murka.
"Aku tidak meremehkanmu. Hanya bertanya, apa salahnya?" Verlian berkata santai sambil menarik lengan Leony lagi. Perlahan tangannya turun dan mulai menggenggam tangan Leony. Keringat dingin mulai tampak di kening Leony. Jantungnya juga berdetak sedikit lebih kencang.
Leony mencoba melepaskan genggaman Verlian. Namun Verlian menahannya.
"Ver, Lepasin. Malu tuh dilihat sama orang." Leony masih berusaha melepas genggaman Verlian.
"Gak usah peduli sama penilaian orang. Toh aku begini bukan ada maksud apapun. Hanya agar kamu gak kabur atau berhenti tiba-tiba kayak tadi."
Leony hanya diam saat Verlian menarik tangannya menuju kubikel toko buku yang rumit dan padat. Sebenarnya ia bingung, ia bukanlah seseorang yang mudah akrab dengan orang baru. Butuh waktu lama untuk merasa nyaman. Namun kali ini Verlian berhasil membuatnya nyaman dalam kurun waktu yang sangat singkat. Bahkan dulu proses pendekatan Jeff pada Leony cukup sulit, apalagi Jeff telah mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu. Membuat Leony risih.
"Nih, semua buku ini cocok untuk keponakan kamu." Verlian berhenti dan melepas genggamannya. Membuat Leony menghentikan putaran masa lalunya.
"Ih... Kok tebel gitu. Mana mau anak kecil kaya Keno baca." Leony menatap sebal pada buku yang super tebal itu. Sampulnya memang menarik, namun Leony meramal jika isinya adalah deretan kalimat tanpa gambar. Balita labil macam Keno tak mungkin mau membacanya.
"Keno ya namanya? Dia pasti mudah bosan." Verlian memasang ekspresi seperti berpikir sambil memegang dagu dan menganggukkan kepalanya.
"Ih, kok kamu tahu? Cenayang ya?" Leony terkejut saat Verlian mengetahui sifat dominan Keno.
"Hahaha...." Verlian yang melihat wajah penasaran Leony langsung tertawa terbahak-bahak. Bahkan ia tak malu saat pengunjung lain dan para karyawan melirik ke arahnya. Bahkan ada yang rela berlari dari bagian depan toko hingga ketempat Leony dan Verlian berada saat ini demi melihat ada apa sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello From Me
RomanceSemua tahu bahwa cinta gak pernah terduga.. Cinta bisa membawa kebahagiaan Cinta juga bisa membawa kekecewaan Namun hakikat cinta adalah kebahagiaan itu sendiri Jikalau kecewa yang didapat, bukanlah cinta penyebabnya Melainkan bagaimana kita mencint...