PART 1 (B)

9.3K 467 2
                                    

"Taniaaaa! Are you feeling beter?" tanya Angel begitu sampai di rumah. Angel benar-benar heboh.

"Gue udah baikan, Angel. Gausah heboh gitu. Besok juga gue udah bisa masuk," jawab Tania.

"Oh iya, Tan, gue butuh pendapat lo." Tania menatap Angel dengan pandangan tanya. Angel mengeluarkan kertas yang diterimanya tadi dan menunjukkannya kepada Tania.

"Menurut lo kita ikut apa ga?"

Tania mengangguk cepat. "Lo masih perlu nanya yang beginian ke gue? Of course!"

"Justru ini bagus buat lo. Supaya makin banyak orang yang kenal sama lo pada, biar cepet terkenal juga." Angel tertawa.

Tania tersenyum senang. "Ikut aja, gue bakal duduk di kursi depan buat liat penampilan kalian berdua."

"Bener ya? Awas lo ga duduk di kursi depan nanti," ancam Angel sambil tertawa.

Angel mengalihkan pandangannya, menatap Zidane yang duduk dengan tenang tanpa berkomentar, di sampingnya, "Zidane, gimana? Kita ikut, ya? Please?"

"Lo pikir gue bisa nolak permintaan lo? Kalau gue nolak, gue ga bisa hidup dengan tenang. Karena diteror sama lo terus," sahut Zidane.

Baik Angel maupun Tania tertawa ngakak mendengarnya. Angel memeluk Zidane erat. "Thankyou, Zidane."

Tania dengan cepat memisahkan keduanya. "Tidak ada peluk-pelukkan. Karena ada jomblo di sini. Dilarang keras."

"Makanya siapa suruh nolak Alexi. Kalau ga kan lo bisa ngajak dia kesini," ujar Angel.

Zidane juga menambahkan, "Ga jomblo dan ga ganggu acara peluk-pelukkan gue sama Angel."

"Lo pikir gue mau nolak Alexi?"

"Kalau lo gamau, kenapa lo tolak kemarin? Padahal kan Alexi baik. Ganteng, terus tinggi juga. Sayang kalau disia-siain."

Zidane terus menatap Angel yang sepertinya tidak sadar bahwa dirinya terus menerus ditatap. "Kalau gitu lo sama Alexi aja. Kan kata lo dia ganteng terus tinggi, baik juga. Udah, gih, sana."

Angel menatap Zidane dengan pandangan menggoda. "Cie, Zidane cemburu, cie. Tenang aja, gue tetap bakal pilih lo apapun keadaannya kok. Meskipun lo ga sebaik Alexi hehehe."

"Tan, masa katanya gue ga sebaik Alexi. Padahal gue udah kasi semua yang dia mau, bahkan hati gue pun udah gue kasi, Tan." Tania menatap Zidane jijik.

"Gausah lebay. Lagian jelas-jelas Angel suka sama lo, gue suka sama Alexi."

"Nah tuh kan. Lo udah ngaku lo suka sama Alexi terus kenapa lo tolak?"

"Karena gue gamau putus." Zidane dan Angel sama-sama menatap Tania bingung. Tidak terlalu mengerti dengan maksud Tania.

"Kalau pacaran bisa putus. Tapi kalau sahabatan ga bakal putus. Gue gamau putus sama dia, gamau pisah sama dia," jelas Tania.

"Ya, kalau gitu jangan sampai putus," sahut Zidane cuek. Tania menatap Zidane sinis mendengar jawabannya.

"Tapi kalau nanti, Alexi malah suka orang lain karena lo tolak terus gimana?" tanya Angel sebelum akhirnya ada perang dunia ketiga.

"Ya, gue takut juga sih. Tapi harus gimana lagi? Gue bener-bener gamau putus dan berakhir pisah dengan Alexi."

"Sebelum terlambat sih mending dicoba aja dulu. But, it's up to you." Zidane mengangguk setuju dengan apa yang Angel katakan.

"Eh lo ngangguk-ngangguk aja daritadi. Jadi gimana? Oke kan ikut acaranya?" Zidane mengangguk.

"Kalau gitu besok kita bilang ke Sir ya?"

"Iya, Tuan Puteri. Kenapa bawel banget sih? Tenang aja. Sana mandi, jangan lupa makan. Lo tuh kaya nenek-nenek, pelupa." Tania tertawa mendengar ejekan Zidane.

"Oke, Pangeran."

"Ih kenapa kalian berdua menjijikkan gitu sih. Ew! Heran gue kenapa temenan sama kalian berdua."

Zidane dan Angel bersamaan mengatakan, "Sama."

"Jawab yang kaya gitu aja barengan," komentar Tania.

"Suka-suka gue dong." Kali ini mereka mengatakannya secara bersamaan lagi.

"Jangan ngikutin mulu, Angel. Udah ah mau balik ke sebelah. Eh, Tan, Alexi di jaga baik-baik tuh."

"Udah sana pergi aja lo," usir Tania. Zidane berdecak kesal tapi tetap pergi ke rumah sebelah juga.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang