PART 23

3K 188 4
                                    

Veena dan Angel sudah berada di Cafe yang sudah Veena tentukan sebelumnya. "Maaf lama, tadi Zidane perlu dibujuk dulu," jelas Angel tidak enak.

Sebenarnya tadi Zidane itu menolak mengantar Angel, karena dia dilanda rasa malas besar-besaran. Tapi karena mendengar Angel akan pergi dengan taksi, jika dia tidak mau mengantarnya, Zidane langsung berdiri dan menghidupkan mobil.

Karena Zidane tidak ingin Angel pergi tanpa dirinya. Zidane juga paling tidak suka Angel naik taksi, karena Zidane takut ada bahaya yang bisa saja menimpa Angel tapi dia tidak ada di sana.

Selama ini, meskipun sibuk, Zidane memang selalu meluangkan waktunya untuk mengantar Angel kemana pun dia pergi. Entah itu dengan sukarela atau terpaksa.

"Gapapa. Zidane-nya udah pulang?" Angel mengangguk.

Mereka hanya memesan makanan ringan. Angel memesan red velvet dan Veena memesan cheese cake. Mereka makan sambil mengobrol cukup banyak.

Tak perlu waktu lama bagi Angel untuk akrab dengan orang baru. Selama Angel merasa percakapannya cocok dengan orang baru tersebut, Angel bisa langsung akrab dengannya.

"Veena, gue mau nanya dong."

Veena mengalihkan pandangannya dari cake-nya dan menatap Angel. "Tanya apa?"

"Dari yang gue perhatiin waktu kita di Indonesia, kenapa lo kayaknya seneng banget ada di dekat Zidane? Dari tatapan lo ke Zidane bisa menjelaskan semuanya."

Veena terdiam selama beberapa saat. "Sebenarnya, Angel. Zidane itu adalah pacarku."

"Apa?"

Veena mengangguk dan melanjutkan kalimatnya. "Dulu saat aku dan Zidane bepergian, kami mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu mengubah segalanya, Zidane menjadi lupa ingatan dan benar-benar tidak mengingatku. Jadi kemarin, saat bertemu dengannya, aku benar-benar bahagia."

"Veena, maaf. Gue kayaknya pulang duluan ya? Gue tiba-tiba pusing banget."

"Oh, iya. Kamu pulang sama siapa nanti?"

"Nanti gue bisa telfon Zidane. Yaudah, gue duluan ya." Veena mengangguk dan melambaikan tangannya.

Melihat kepergian Angel, Veena hanya terdiam. Terbersit rasa bersalah dan rasa bahagia di saat yang bersamaan. Setelah itu, Veena memutuskan untuk kembali ke rumahnya, lagipula dia punya banyak hal yang harus diurus.

Setelah membayar sesuai tagihan, Veena meninggalkan Cafe itu dengan taksi. Saat sampai di rumahnya, Veena langsung masuk ke kamarnya dan mengambil laptopnya. Veena memindahkan beberapa file ke laptopnya untuk diedit. Ada sesuatu yang akan Veena lakukan.

Di lain tempat, Angel baru saja sampai di apartemennya. Mantra yang terus diucapkannya sedaritadi adalah: "Gue gaboleh percaya sama orang lain gitu aja. Gue harus tanya Zidane."

Tapi itu hanyalah kata-kata yang keluar dari mulutnya, karena dalam hatinya, Angel mulai ragu. Tapi, jika memang terjadi seperti itu, sejak kapan kejadiannya? Apakah sebelum Zidane masuk ke sekolahnya?

Karena tidak fokus, Angel tidak tau ada seseorang yang berdiri dihadapannya. Jadi Angel tidak sengaja menabrak orang itu. Angel mengangkat kepalanya dan bisa melihat dengan jelas ada Zidane dihadapannya.

"Kenapa ga bilang mau pulang?"

"Tadi gue buru-buru."

"Kan gue sering bilang ke lo, jangan pernah pergi dengan taksi."

"Iya, maaf. Lain kali ga gitu lagi."

"Iya, gue maafin. Maaf kalau gue kasar, gue cuma khawatir."

Angel tidak menjawab dan malah menatap Zidane lama. "Zidane," panggilnya.

"Kenapa?"

"Gue peluk lo, boleh?" Tanpa banyak bicara, Zidane tentu saja langsung membawa Angel ke dalam pelukannya. Angel merasa sangat aman dan nyaman di dalam pelukan Zidane, untuk sesaat Angel bisa melupakan semua ucapan Veena tadi.

"Kenapa, Angel? Ada masalah apa?" tanya Zidane.

"Tidak ada. Semuanya baik-baik saja."

"Gue gamau lo sembunyiin apa-apa dari gue loh."

"Iya, nanti gue cerita."

"Katanya semuanya baik-baik aja tadi?"

"Yaudah gajadi cerita."

"Gaboleh gitu lah." Zidane merangkul Angel dan mengajaknya masuk ke dalam. Karena tidak mungkin mereka terus berpelukan dan berbicara di depan pintu rumah seperti tadi.

"Zidane, ceritanya besok aja ya? Gue pengen istirahat."

"Lo sakit?" Angel menggeleng.

"Terus kenapa?"

"Gapapa."

"Gapapa-nya lo itu selalu ada apa-apa. Kalau ada sesuatu yang menganggu lo, kasitau gue." Angel mengangguk.

"Tapi sekarang lo istirahat aja. Gue siap 24 jam buat dengar cerita lo. Oke?" Angel mengangguk lagi.

Zidane menemani Angel di kamarnya. Angel terus menggenggam tangal Zidane, tidak ingin melepasnya. Sedaritadi Angel tentu saja mau menceritakan apa permasalahannya, tapi kalimat yang ingin diucapkannya itu seakan tertahan di tenggorokannya. Angel tidak bisa menceritakan apapun.

"Angel, tidur aja ya? Daripada lo mikir sesuatu yang sangat mengganggu terus."

"Iya, gue tidur ya?" Zidane mengangguk. Setelah memastikan Angel sudah tidur, Zidane keluar dari kamar Angel karena tidak ingin mengganggunya.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang