PART 8 (B)

3.9K 249 4
                                    

Alexi mengajak Tania mendekati gadis yang sering dibicarakan Tania. "Tania, kenalin dia ini sepupu gue. Namanya Bella."

"DEMI APA DIA SEPUPU LO?" tanya Tania tidak percaya.

Bella mendekat, memberi Tania pelukan. "Iya, aku sepupu-nya Alexi. Semoga Kak Tania ga salah paham, ya? Aku disuruh sama Kak Alexi sama Kak Zidane buat ngelakuin ini. Maaf, ya, Kak. And by the way, happy birthday."

Bella melepas pelukan mereka saat mendengar ucapan terima kasih dari Tania. Tania menatap Alexi dan Zidane secara bergantian, menatap mereka seakan-akan dia ingin menerkam mereka berdua.

"Alexi, Zidane! Awas aja ya lo pada," ancam Tania.

"Ampun, Tan, ampun. Bukan sepenuhnya salah gue kok. Gue ngelakuin ini kan buat bantuin Alexi. Jangan apa-apain gue. Lagian juga lo pasti seneng kan?"

"Iya gue seneng, tapi gue ga bakal tinggal diam. Awas aja lo."

"Jangan dong, Tan, kalau gaada gue, semuanya ga kaya gini loh. Lo yakin masih mau marah sama gue?" tanya Zidane dengan wajah memelas.

Tania menghela nafasnya. "Yaudah, karena ini hari ulang tahun gue, gue maafin lo."

"Makasih, Tan."

Zidane menarik tangan Angel membawanya pergi. Zidane membawa Angel duduk di taman yang disediakan restoran ini. Tamannya bagus dengan hamparan bunga di sekitarnya.

"Mereka lucu ya? Gemes banget."

Zidane menjawab, "Iya. Tapi lebih banyak nyebelinnya. Lo gatau aja tuh berapa lama Alexi baru bisa sadar."

"Tau ga? Gara-gara kalian, Tania galau. Bener-bener galau. Tapi kayanya worth it sih penderitaannya sama hari ini."

"I know right?" Angel mengangguk dan tertawa pelan. Melihat Angel tertawa, Zidane juga ikut tertawa.

"Eh gue ambilin cake-nya buat lo ya? Lo tunggu di sini aja, jangan kemana-mana." Angel mengangguk.

Angel duduk diam sambil menikmati angin sepoi-sepoi saat tiba-tiba ada yang menutup matanya. "Zidane? Ngapain sih tutup mata gini? Gausah sok romantis gitu."

"Aku James, bukan Zidane." James duduk di sebelah Angel, membuat Angel langsung beranjak dari duduknya.

"Kenapa lo di sini? Kenapa lo tau gue di sini?" tanya Angel.

"I know everything about you, Angel."

"Lo gatau apa-apa tentang gue, kalau lo tau apa-apa tentang gue, lo pasti lebih milih buat ga tunjukin muka lo di hadapan gue."

"Anggap aku ga tau hal yang satu itu. Hanya satu kekurangan. Kamu masih gamau terima aku dan lebih milih Zidane?"

"Iyalah. Zidane lebih baik dari lo berkali-kali lipat. Udahlah, James, gue udah muak. Lebih baik lo pergi. Pergi, James. Gue butuh Zidane, bukan butuh lo."

James berdiri dan mengatakan, "Lupain Zidane. Kamu pasti lebih bahagia sama aku, bukan sama Zidane. Kembalilah pada-ku, Angel."

Angel menggeleng cepat. "Gak! Ga akan! Gue ga akan pernah balikan sama lo."

James bisa mendengar ada langkah kaki yang datang ke arah mereka. "Oke, aku bakal nyerah. Aku bakal relain kamu. Tapi biarkan aku peluk kamu, untuk yang terakhir kalinya." Tanpa menunggu jawaban Angel, James memeluknya.

Zidane yang baru saja sampai terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Apa ini?

Angel melepas paksa pelukan mereka. "Sekarang senyum. Thankyou for everything and that second chance," ujar James. James menghapus air mata Angel yang mengalir di pipinya.

James berbalik dan Angel bisa melihat dengan jelasnya, Zidane berdiri tak jauh dari tempatnya. Cake yang sudah dibawanya bahkan jatuh begitu saja. Zidane memutuskan pergi dari sana.

Angel tentu saja tidak tinggal diam. Angel mengejar Zidane. "Zidane, tunggu. Gue bisa jelasin semuanya."

James yang melihat semuanya berjalan sesuai dengan rencana-nya, tersenyum menyeringai. Kali ini dia yakin dia bisa lebih mudah mendapatkan Angel.

Angel terus memanggil Zidane, tapi yang dipanggil terus mengabaikannya. Langkah kakinya bahkan semakin lama semakin cepat.

Angel tidak tau harus kemana saat Zidane tiba-tiba sudah menghilang dari pandangannya. Beberapa saat kemudian, Zidane bisa melihat Angel berlari lurus ke arah depan. Zidane menyandarkan tubuhnya ke dinding di belakangnya.

Angel, gue bakal jadi cowok pertama yang ninggalin lo cuma buat lo bahagia. Thankyou for everything, batin Zidane.

Tanpa pamit, Zidane pergi dari sana. Meninggalkan semuanya di sana. Zidane bahkan tak mau repot-repot mendengar apa yang ingin Angel katakan, karena kata-kata James tadi saja sudah cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi di antara mereka.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang