Zidane dan Angel baru saja kembali dari ruangan dosen mereka. Dia terlihat senang dengan keputusan Zidane dan Angel.
Tania juga sudah masuk hari ini. Sekarang, seperti biasa, mereka berkumpul bertiga, menunggu lonceng berbunyi dan masuk ke kelas.
"Tanggal berapa lomba-nya?" tanya Tania.
"Tanggal 15, bulan ini."
"Ini bulan apa ya? Kok gue lupa?"
"Dasar pelupa, kayak kakek-kakek aja. Sekarang kan bulan Juli."
"Kebetulan banget sama ulang tahun gue. Wajib menang nih, hitung-hitung hadiah ulang tahun buat gue,"
"Oh iya, ulang tahun lo ya, Zi. Jadi ga dirayain dong?"
Zidane mengangguk. "Gapapa. Yang penting barengan sama lo, jadi ga rayain pun gue ga masalah."
"Gausah sok romantis. Image romantis di lo tuh ga cocok, Zidane," protes Tania.
"Jomblo, diem aja. Atau gue panggilin Alexi aja kesini ya? Biar pas gue sama Angel tampil lo ga kesepian hehe."
"Halah, lo kira Alexi mau ke tempat begituan? Bisa-bisa tidur dia." Tapi, jujur, Tania dengan senang hati menerimanya kalau Alexi ada di sana bersamanya.
"Cie yang tau segala hal tentang Alexi," ejek Zidane.
"Tenang aja, kalau gue yang ngajak, pasti setuju kok," ujar Angel sambil melirik Zidane sesekali. Ingin melihat reaksinya.
"Gue aja, Angel. Lo tinggal liat dia datang aja udah cukup. Jangan macem-macem."
"Halah, lo jadi cowok protektif banget," komentar Tania lagi.
"Daripada lo. Udah galak, jomblo, hidup lagi. Ga guna banget, Tan."
Angel melerai keduanya setelah tawanya mereda. Mereka ini benar-benar ajaib jika sudah bertemu. Angel bahkan kewalahan jika mereka sudah berdebat.
"Kalian sekali aja akur bisa ga sih?"
"Gak!" jawab Zidane dan Tania bersamaan. Angel tertawa lagi saat melihat mereka masih berdebat hanya karena mereka mengatakan hal yang sama di saat yang bersamaan.
Bel sudah berbunyi. Jadi mereka masuk ke kelas mereka masing-masing. Meskipun sama-sama mendapat kelas pagi, sayangnya kelas mereka berbeda.
***
Sekarang waktunya istirahat dan semua orang buru-buru mencari tempat kosong. Jika tidak mereka bisa tidak kebagian bangku.
Untungnya Tania, Angel, dan Zidane sudah menemukan meja untuk mereka. "Ambil makanannya gantian aja ya?" usul Zidane. Tania dan Angel mengangguk setuju.
Zidane menyuruh Tania dan Angel untuk pergi lebih dulu mengambil makanan mereka. Zidane memilih duduk sambil mendengarkan musik, menunggu keduanya kembali.
"Tan, gue males makan deh. Gimana ya?"
"Makan aja males. Makan aja sih, nanti Zidane ngomel. Lo gatau apa dia itu kayak emak kos-kosan yang suka nagih uang itu loh. Astaga!" Angel tertawa pelan.
Angel dan Tania sudah selesai mengambil makanan mereka. "Angel?" Langkah mereka terhenti saat Angel mendengar ada yang memanggilnya.
Angel berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Dia James. Seorang sahabat, cinta pertama, sekaligus mantan Angel. Angel langsung mengenalinya dalam sekali lihat karena James benar-benar tidak berubah.
"Oh, James?"
"Bagaimana kabar-mu?"
"Baik. Kuliah di sini?" James mengangguk.
"Ini semester kedua-ku. Kenapa baru bertemu sekarang?" tanya Angel bingung sambil tertawa pelan.
"Entahlah. Tapi aku pernah beberapa kali melihat-mu, karena tidak yakin itu kamu, aku memutuskan untuk tidak mendekati-mu. But, here I am, now."
Tania menyenggol bahu Angel pelan. "Angel, Zidane udah nunggu. Ayo balik kesana." Angel mengangguk.
Tania memanggil Angel karena dia tidak suka jika Angel dekat dengan James. Tania kenal dengan James. Tania tau apa perbuatan James. Itulah sebabnya Tania memanggilnya agar dia tidak disana berlama-lama.
"James, aku pergi dulu ya." James melihat kepergian Angel dengan senyuman.
"Finally, Angel. Tenang, Angel, aku akan mendatangi-mu dan membuat-mu kembali pada-ku," gumam James.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boy #2 : Stay With Me
Teen Fiction"Gimana caranya gue bisa bahagia sedangkan lo ga sama gue? Padahal bahagianya gue itu ada sama lo." My Coldest Boy Series: Stay With Me ps. [c o m p l e t e d]