PART 8 (A)

4.2K 274 2
                                    

Sore harinya, Alexi mengajak Tania bepergian. Hanya mereka berdua. Tanpa Zidane ataupun Angel.

"Ngapain kesini?" tanya Tania bingung saat mereka sampai tepat di depan toko perhiasan.

"Udah ikut aja." Tania mengikuti langkah kaki Alexi. Melihat Alexi berhenti, Tania juga berhenti.

"Pilih yang lo suka," kata Alexi sambil menatap Tania.

Tania tersenyum senang dan memilih yang dia suka. Pilihannya jatuh ke sebuah kalung yang terlihat simple. Tapi sangat indah.

Kalung itu berbentuk mahkota dengan permata besar di tengahnya dan dikelilingi permata kecil di sekitarnya.

"Pilihan yang bagus," puji Alexi.

"Saya beli yang itu, bungkus dengan rapi, terima kasih." Karyawannya membungkus kalung itu dengan rapi seperti permintaan Alexi.

"Untuk apa dibungkus, Al?" tanya Tania heran. Dia kan ada tepat di hadapan Alexi, kenapa repot-repot dibungkus?

"Iyalah. Gue kan mau kasi adik kelas yang kemarin itu, masa langsung dikasi gitu aja? Hari ini dia ulang tahun, dia ngundang kita-kita," jelas Alexi.

Senyum di wajah Tania tadi hilang begitu saja saat mendengar apa yang Alexi katakan. Tidak cukup sampai disitu, Alexi menambahkan, "Gue gapernah beliin cewek barang. Dia yang pertama. Jadi gue pikir lo kan cewek, pasti bisa bantu gue dong buat pilih hadiah yang bagus. Thanks ya."

Tania hanya bisa mengangguk. Dia sudah berpikir bahwa Alexi akan membelikannya, ternyata Alexi membelikan gadis itu. Dan itu kali pertamanya membelikan seorang gadis sebuah barang. Betapa beruntungnya gadis itu.

Mereka kembali ke rumah setelah selesai berbelanja. "Lo kasitau Angel juga ya, nanti jam 7 malam gue sama Zidane kesini jemput kalian berdua. Pakai yang cantik-cantik ya." Tania mengangguk lemah.

Angel menghampiri Tania yang baru masuk. "Tania kenapa? Kok galau gitu? Kan baru jalan sama gebetan."

Tania lalu menangis, terlihat benar-benar sedih. "Loh, Tan? Kenapa malah nangis?" Kali ini Angel benar-benar tidak tau apa yang salah dengan Tania.

"Masa tadi gue kan jalan sama Alexi, terus Alexinya suruh gue pilih perhiasan gitu," ceritanya sambil sesegukan.

Alis Angel bertaut, bingung. "Bagus dong. Terus kenapa lo nangis?"

"Soalnya kalungnya itu bukan buat gue, tapi buat cewek yang suka nempel di dia terus, yang kaya parasit tuh," jelas Tania. Tangisannya semakin bertambah.

"Udah, jangan nangis. Masa gitu aja nangis?"

"Masalahnya itu kali pertamanya dia beliin cewek barang. Masa gue gaada di posisi cewek pertama yang dibeliin barang. Berarti bisa diliat kan betapa spesialnya adik kelas itu buat Alexi. Huaaa~"

"Aduh, lo jadi cewek tuh gaboleh cengeng. Masa gitu aja nangis? Lagian kenapa juga Alexi kasi cewek itu perhiasan yang lo pilih?"

"Katanya cewek itu ulang tahun hari ini. Terus jam 7 malam nanti mereka bakal datang buat jemput kita. Gue yakin pasti ke acara cewek itu. Kalau Alexi tembak dia gimana? Huaaa.."

"Dia ingat ulang tahun orang lain tapi ga ingat ulang tahun lo? Demi apapun, Alexi itu menyebalkan. Padahal kan ulang tahun lo hari ini juga."

"Nah itu juga yang buat gue sedih. Yaudahlah, lo yang pergi aja sana. Gue ga siap buat liat semua ini."

Angel menggeleng tidak setuju dan mengatakan, "Kalau lo ga pergi, gue juga ga pergi. Gue kan setia kawan."

"Yaudah, ayo siap-siap," ujar Tania akhirnya.

"Fighting, Tania!" Kedua gadis itu bersiap-siap, yang satu galau, yang satunya lagi ceria seperti biasa. Karena akan ada senyuman dibalik air mata Tania hari ini.

Tepat jam 7 malam, Zidane dan Alexi benar-benar mendatangi mereka. Keduanya terlihat rapi.

"Stunning as always, Angel," puji Zidane saat melihat Angel keluar. Angel memakai off shoulder dress selutut berwarna biru muda. Zidane dan Angel terlihat sangat serasi dengan pakaian yang sama-sama biru.

"Kalian jahat banget sih. Ga terlalu kejam, ya? Liat tuh, Tania nangis-nangis. Tanggung jawab ya lo pada ntar," bisik Angel.

"Gue tanggung jawab buat lo aja ya, Tania udah ada yang punya soalnya hehe."

"Yatuhan! Kenapa punya pacar yang gini-gini banget?" Angel terlihat sangat stress dan penyebabnya tentu saja Zidane.

Dalam perjalanan ke salah satu restoran yang sudah di reservasi sebelumnya, semua diam. Tidak ada yang berbicara. Hanya alunan lagu yang menemani perjalanan mereka.

Akhirnya mereka sampai. Tania sudah deg-degan daritadi. Tania bahkan bisa menebak apa yang akan terjadi di dalam nanti. Dan Tania tidak siap melihat Alexi jadian dengan orang lain.

Sedangkan Zidane dan Angel terus tersenyum di belakang mereka. Sebisa mungkin membuat senyuman itu terlihat natural, agar Tania tidak curiga.

Saat mereka masuk sudah ada gadis itu di sana. Ada teman-temannya di sekelilingnya. Tania sudah tidak mood begitu melihat wajah gadis itu.

Saat melihat Alexi berdiri di atas panggung, Tania langsung ingin pergi saja dari tempat itu. Karena Tania tidak ingin melihat semua ini.

"Happy birthday, I wish your days filled with warm sunshine, thousands of happy smiles and laughter, and the priceless loves." Setelah mengucapkan beberapa kalimat, Alexi berjalan menuruni panggung.

Tania yang tidak bisa pergi dari sana, memutuskan untuk menutup mata. Setidaknya jika dia tidak melihatnya, tidak akan sesakit itu, bukan?

Alexi berjalan lurus, langkah kakinya menuju ke arah Tania. Teman-teman kampus dan teman dekat Tania semua akhirnya terlihat setelah bersembunyi tadi. Ini semua sudah direncanakan dari awal.

Alexi berhenti tepat di hadapan Tania dengan kue di tangannya. Dan mengatakan, "And I hope, it will be the beginning of a wonderful year for you, with new label. My Dearest, Tania, will you be my girlfriend?"

Tania merasa pendengarannya mungkin salah, Tania membuka matanya dan melihat Alexi berdiri tepat di hadapannya. Di belakang Alexi berdiri banyak orang-orang yang tentu saja Tania kenal. Serempak mereka mengatakan, "Happy birthday, Tania!"

"Alexi?"

"Will you be my girlfriend, Tania?" Tania mengangguk. Kali ini Tania tidak akan menolak. Kali ini Tania tidak akan melepas Alexi. Kali ini Tania akan sebisa mungkin menjaga hubungan mereka agar tidak ada kata putus.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang