"Angel, lo kenapa sih? Daritadi diem banget?" tanya Zidane.
"Lo beneran gatau gue kenapa?"
"Yaiyalah, kalau gue tau kenapa gue nanya?" sahut Zidane dengan wajah tanpa dosanya.
"IH LO NYEBELIN BANGET."
"Angel, tolong. Gue ini sama sekali ga punya bakat baca pikiran orang lain, jadi
kalau emang gue ada salah, langsung kasitau aja. Jangan ditutup-tutupin terus malah marah sendiri.""Gatau ah. Sebel."
Alexi dan Tania datang menyusul mereka berdua yang sedang duduk di halaman belakang rumah Zidane. Alexi dan Tania sama-sama bertanya-tanya kenapa mereka berdua malah diam-diaman seperti itu? Biasanya jika Zidane bertemu Angel, tentu akan langsung bertingkah.
Alexi duduk di sebelah Zidane dan Tania duduk di sebelah Angel. "Kalian kenapa kok diem-dieman?" tanya Tania kepada Angel.
"Soalnya gue sebel sama dia. Jadi manusia ga peka banget," jawab Angel.
"Lo ga peka kenapa lagi sih?" Kali ini Alexi yang bertanya kepada Zidane.
"Gue aja gatau masalahnya apa, Al. Tiba-tiba cuekin gue, marah sama gue," sahut Zidane.
"Minta maaf gih. Lo tuh harus ngalah sama cewek," saran Alexi yang sudah berpengalaman bertahun-tahun.
"Yaudah, gue minta maaf karena ga paham sama perasaan lo."
"Gamau minta maaf lo ga tulus."
"Bisa ga ngambekan jangan kayak anak TK yang mesti dikasi balon atau permen baru bisa baikan?" tanya Zidane gemas melihat Angel.
"Gimana bisa dimaafin, cowoknya ngeselin gitu," kata Tania.
"Ah, lo hidup cuma buat ngomporin orang mulu, Tan. Bukannya dibantuin baikan, malah ngomporin," protes Zidane.
Zidane menarik tangan Angel membuat Angel berdiri. "Mau kemana?" tanya Angel.
"Udah ikut aja, jangan ngomel mulu."
Zidane membawa Angel berjalan ke taman yang tak jauh dari rumahnya. Biasa ada mas-mas penjual es krim di sana. Zidane menyuruh Angel duduk di kursi kosong. "Jangan kemana-mana, gue cuma bentar kok, ga lama." Angel mengangguk.
Zidane membeli dua es krim rasa vanilla. Yang satu untuk Angel dan yang satu lagi untuknya. Zidane kembali ke kursi tadi dan memberikannya tepat di hadapan Angel.
"Nih, sogokan dari gue. Jangan ngambek kaya anak TK lagi." Angel menerima es krim yang Zidane berikan.
"Makasih."
Zidane masih bisa melihat muka bete Angel. "Kalau masih bete gitu, gue ambil balik nih es krimnya. Jatah gue jadi dua."
Angel menunjukkan senyumnya. "Udah nih udah senyum, jangan macam-macam lo sama es krim gue." Angel kembali melanjutkan kegiatannya, makan es krim, tentu saja.
Zidane tertawa. "Lo kenapa ketawa?"
"Makan aja belepotan. Kayak Caithlyn aja lo," ejek Zidane sambil membersihkan ujung bibir Angel yang terkena es krim dengan ibu jarinya.
"Jadi tadi lo badmood gitu karena apa?"
"Karena lo."
"Emang gue kenapa?"
"Lo tadi deket banget sama Veena. Gue gasuka liatnya. Padahal dia orang yang baru lo kenal, tapi lo deket banget gitu sama dia."
Zidane menatap Angel takjub. "Lo yakin ga salah liat? Gue sama Veena ga deket, lo ga liat gue sama dia debat terus?"
"Iya, gue denger kalian debat. Tapi kenapa harus lo gendong dia? Kan dia bisa jalan."
"Karena gue males nunggu dia. Jalannya lama banget tau, kaya siput tuh. Yaudah, langsung gue gendong aja."
"Oh, lo cemburu ya?" lanjut Zidane lagi.
"Gak. Ngapain gue cemburu sama lo? Kayak kurang kerjaan aja."
"Sayangnya lo emang kurang kerjaan. Lo cemburu kan? Hayoo. Ngaku aja sih, gausah malu-malu."
"Siapa juga yang cemburu? Gausah kepedean deh."
"Yaudah kalau ga cemburu, gue deketin Veena lagi deh. Mau liat kondisinya."
"Jangan lah!"
"Kenapa gitu?"
"Ga kenapa-kenapa. Nanti gue ngambek lagi nih."
"Gampang, tinggal di kasi es krim kayak tadi."
"Ih, nyebelin!" Angel memukul bahu Zidane tanpa perasaan. Ponsel Zidane berbunyi, mamanya yang meneleponnya.
"Kenapa, Ma?"
"Zidane lagi di mana?"
"Lagi di taman. Kenapa?"
"Pulang dulu sini. Ajakin Caithlyn jalan-jalan. Dia bilang mau jalan sama kamu daritadi."
"Otw, Ma."
Zidane kembali menyimpan ponselnya di dalam saku celana-nya. "Kenapa?" tanya Angel.
"Veena sakit. Jadi gue mau pulang."
"Zidane! Tukang modus banget sih, udah punya pacar juga!"
Zidane menarik tangan Angel dan mengatakan, "Udah, ayo cepat!"
"Gamau, lo aja sana." Angel tidak berpindah, bahkan satu langkah pun dari tempatnya. Terlihat jelas dari mukanya bahwa Angel memiliki mood yang sangat buruk.
Zidane menangkup wajah Angel, menatap matanya, dan mengatakan, "Aduh, jangan ngambek lagi. Tadi gue becanda aja kok. Mama telfon nyuruh kita bawa Caith jalan-jalan."
"Seriusan?"
Zidane mengangguk. "Ya iyalah. Ngapain juga bohong? Kalau gamau, yaudah gue berdua aja sama Caith."
"Ih, mau ikut!"
"Yaudah buruan." Zidane dan Angel berjalan dengan santai kembali ke rumah untuk menjemput Caithlyn jalan-jalan.
Zidane langsung membawa Caithlyn ke dalam gendongannya sesampainya di rumah. "Pa, Ma, kami pergi dulu." Orang tuanya mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Alexi sama Tania ga diajak?" tanya Angel.
"Boleh sih kalau mau, tapi merekanya aja ga keliatan daritadi."
"Tadi Alexi sama Tania bilang ke mama kalau mereka mau jalan-jalan. Mereka ga bilang ke kalian?" Zidane dan Angel sama-sama mengangguk.
"Nah yaudah, kalau gitu kita jalannya bertiga aja," ajak Zidane. Angel mengangguk setuju. Mereka bertiga pergi ke taman dan juga pergi ke mall untuk menonton dan bermain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boy #2 : Stay With Me
Ficțiune adolescenți"Gimana caranya gue bisa bahagia sedangkan lo ga sama gue? Padahal bahagianya gue itu ada sama lo." My Coldest Boy Series: Stay With Me ps. [c o m p l e t e d]