PART 4 (B)

5.3K 300 0
                                    

Di dalam rumah, Zidane dan Alexi sedang bermain game. Ya, seperti cowok pada umumnya, jika sedang berkumpul, tentu saja akan bermain game.

"Al, lo gaada niatan nyatain perasaan lagi ke Tania?"

"Mau gue bilang gue suka dia sampai seribu sekali juga dia bakal nolak gue. Gue selama ini aja cuma dianggap temen sama dia."

"Kalau lo tau dia cuma nganggep lo temen, kenapa ga lo cari cewek lain? Kenapa tetap Tania? Ga mungkin kan gaada yang deketin lo?" pancing Zidane.

"Karena gue ngerasa nyaman-nya cuma sama Tania aja. Buat apa gue sama yang lain kalau gue ngerasa ga nyaman?"

"Lagian nih ya, dia ga suka gue balik gapapa deh. Yang penting dia tau gue suka dia udah lebih dari cukup," lanjutnya lagi.

"Nice, Al." Zidane sebenarnya tadi berencana memberitau bahwa Tania sebenarnya suka menyukainya. Tapi, Zidane rasa itu tidak sebaiknya dibicarakan olehnya. Karena ini urusan antara Alexi dan Tania saja.

"Lo yakin Tania cuma anggap lo temen?"

"Iyalah. Selama ini dia perlakuin gue sama kayak dia perlakuin temannya yang lain."

"Kalau dia nganggep lo lebih dari temen gimana?"

"Ya, baguslah. Seandainya emang gitu, tapi susah kali ya?"

Zidane memberi jeda pada game-nya. "Gimana kalau lo ngelakuin sesuatu buat liat reaksi Tania? Kalau misalnya dia cemburu atau ga seneng, berarti dia suka sama lo kan?"

"Ya, harusnya gitu sih. Tapi gimana caranya?"

Zidane menghentikan permainan mereka selama beberapa saat, mengalihkan pandangannya menghadap Alexi. "Emang lo gaada saudara perempuan apa? Atau sepupu gitu yang ga pernah Tania liat sebelumnya?"

"Ada. Kebetulan dia tinggal di sini juga, jadi bisa dihubungin nanti. Terus gue harus ngapain?" Malam itu, keduanya menyusun banyak rencana. Rencana untuk mendekatkan Alexi dan Tania.

Di lain tempat, Angel dan Tania sedang berada di kamar yang sama. Mereka punya kamar yang berbeda, tapi lebih sering tidur di kamar yang sama. Salah satu dari mereka pun tidak ada yang keberatan, jadi tidak masalah.

"Oh iya, Angel. Lo pernah cerita tentang James belum?"

"Belum. Kenapa harus cerita? Masa lalu kan harus dilupakan," sahut Angel bercanda.

"Tapi menurut gue lo harus cerita. Soalnya kalau nanti Zidane salah paham gimana? Kita gatau James bisa ngapain aja, lo kan tau James itu licik.

"Lo ga inget alasan lo sama gue pindah rumah dan pindah sekolah karena apa? Beruntung ini udah semester kedua dan ga lama lagi kita lulus. Jadi kita ga sering ketemu sama dia."

Angel berpikir apa yang Tania katakan itu benar. Sebaiknya dia memang harus cerita tentang James ke Zidane. Tapi, di satu sisi juga dia takut melihat reaksi Zidane saat mendengar ceritanya.

Angel terus berpikir dan berpikir untuk waktu yang cukup lama. Angel tersadar saat Tania melambaikan tangan di depan wajanya sambil mengatakan, "Back to earth, Angel. Kenapa malah bengong?"

"Oke, gue harus cerita ke Zidane. Thank you udah ngingetin, Tan."

"Sekalian kasitau Zidane juga, beberapa hari ini lo ngobrol gitu sama James."

"Harus ya, Tan? Tapi kan gue sama dia gaada hubungan apa-apa?"

"Tapi kan lebih baik kalau Zidane udah tau. Daripada dia tau dari orang lain. Lo gatau cerita dari orang lain itu kadang-kadang sedikit berlebihan? Cari aman aja."

"Oke, oke. Besok gue bakal cerita semuanya ke Zidane."

"Pilihan yang bagus. Udah ah gue ngantuk, tidur duluan ye."

"Ih ngapain tidur awal-awal? Besok kan libur, malemin dikit tidurnya gapapa dong."

"Emang mau ngapain coba?"

"Temenin gue nonton drama korea ya, Tan, pasti lo bakal suka dengan pilihan gue."

Tania menggeleng cepat. "Ga deh. Drama korea gaenak. Malah nonton drama korea bikin gue ngantuk. Mending nonton yang lain aja."

"Yaudah, boleh. Lo yang pilih aja."

Malam itu, Tania dan Angel nonton bersama. Nonton berbagai jenis genre. Ternyata, Tania cukup mahir dalan memilih film.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang