PART 27 (A)

3.8K 206 0
                                    

Dua tahun berlalu. Waktu berjalan dengan cepat, banyak yang sudah berubah. Sekarang Zidane sudah menjadi pengusaha sekaligus pemusik yang sangat terkenal.

Alexi dan Tania juga sudah menikah. Mereka bahkan sudah mempunyai anak yang sangat menggemaskan.

Dalam dua tahun itu, bukan berarti Zidane tidak pernah mencari Angel. Zidane terus mencari, mencari, dan mencari. Tapi, usahanya itu tidak pernah berhasil.

Sulit sekali mencari Angel. Berbagai cara dia lakukan, tapi sepertinya, benar-benar tidak ada satu cara pun yang berhasil dilakukannya.

Sekarang, Zidane duduk di Cafe bersama Veena. Zidane lelah harus terus menerima ajakan dari Veena yang sudah sering ditolaknya. Zidane pastikan ini pertemuan terakhir mereka.

"Cepat ngomong. Gue banyak urusan."

"Kamu ga berubah ya? Masih aja cuek kalau ketemu aku."

"Masalah?"

Veena hanya bisa menanggapinya dengan senyuman. Zidane berdeham karena Veena tak kunjung berbicara.

"Jadi aku selalu minta waktu kamu buat ngomongin sesuatu."

"Gausah basa-basi."

"Aku minta maaf buat semuanya yang pernah terjadi di antara kamu dan Angel. Sebenarnya gara-gara aku semua itu terjadi." Zidane menaikkan sebelah alisnya, masih belum mengerti apa yang Veena bicarakan.

"Aku yang buat hubungan kalian jadi renggang. Aku yang buat kalian berpisah. Aku pernah kirim rekaman ke Angel."

"Rekaman apa?" Veena mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. Veena membuka rekaman yang tidak pernah dihapusnya itu.

Zidane bisa mendengar semuanya. Tapi Zidane masih kurang memahami apa maksud dari semua ini.

Seakan mengerti arti dari tatapan Zidane, Veena mengatakan, "Gara-gara rekaman ini, kalian berpisah. Semuanya bertambah jelas bagi Angel, saat aku memelukmu di hari kamu datang menemuiku untuk menolongku dari pria-pria itu yang sebenarnya adalah suruhanku."

"Maksud lo apa ngelakuin semua ini?"

"Aku ga bakal ngelakuin semua ini kalau bukan karena permintaan dan perjanjian dari James."

"James?" Veena mengangguk.

"Pertemuan pertama kita itu sebenarnya adalah suruhan James. Tentang keseleo itu, aku berbohong kepadamu. Aku menipumu, Zidane."

"Kenapa melakukannya?"

"Karena kamu mengingatkanku kepada seseorang yang sudah lama tiada. Hanya kamu yang bisa memperlakukanku bagaimana seseorang itu memperlakukanku. Karena egoisku itu, aku mengacaukan semuanya."

"Tepat sekali. Karena lo semuanya berubah. Angel ninggalin gue karena kesalahpahaman ini."

"Angel tinggalin kamu, karena mau kamu bahagia."

"Kenapa dia bisa pikir dengan cara ninggalin gue gini, gue bisa bahagia?"

"Karena ada kebohongan lain."

"Apa?"

"Aku mengatakan kepada Angel bahwa kamu sebenarnya adalah kekasihku. Dan dia percaya akan hal itu. Apalagi saat mendengar rekaman yang sudah aku edit dan saat kamu menolongku hari itu."

"Gimana caranya gue buat bahagia, saat dia gaada di samping gue? Dia ga bakal tinggalin gue kalau mau buat gue bahagia."

"Justru karena mau kamu bahagia, dia tinggalin kamu. Dia pikir hanya dengan cara itu kamu bisa bahagia. Dia pikir bahagiamu itu saat kamu bisa kembali kepadaku."

"Puas lo buat semuanya jadi kayak gini?"

"Aku minta maaf, Zidane."

Zidane marah, sangat marah dengan semua ini. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Zidane dulu pernah berjanji kepada mamanya untuk tidak menyakiti perempuan manapun bahkan saat dia sedang marah sekalipun. Dan Zidane tidak pernah mengingkari janjinya sampai detik ini.

Zidane menghela nafasnya. "Buat apa minta maaf? Minta maaf dan penyesalan lo ga bakal ngerubah apapun."

"Aku bakal bantu kamu buat perbaiki semuanya."

"Gaada yang bisa diperbaiki. Ini udah dua tahun dan banyak yang udah berubah. Bahkan, perasaan seseorang bisa berubah dengan sangat cepat."

"Tapi aku yakin, Angel ga kayak gitu. Angel sayang sama kamu, seperti kamu sayang sama dia."

"Gaperlu berharap pada sesuatu yang tidak pasti. Akan sangat sakit nantinya bila berharap terlalu tinggi."

"Tapi, aku berjanji akan memperbaiki semuanya."

"Jangan berjanji kalau lo gabisa tepatin janji lo. Janji itu bukan cuma kata yang diucapkan dari mulut, tapi itu hutang."

"Iya, aku berhutang padamu untuk memperbaiki semuanya."

"Tidak perlu repot-repot. Gue bisa berusaha sendiri." Entah kenapa tiba-tiba Veena langsung memeluk Zidane saat Zidane beranjak. Kali ini pelukan sebatas teman, tidak lebih.

"Maaf untuk semuanya. Selamat berjuang, Zidane," bisik Veena.

"Terimakasih atas kejujuranmu, gue hargai," balas Zidane.

"Bagus! Di saat Angel galau-galau karena lo, lo di sini malah asik ketemu bahkan pelukan sama cewek yang udah hancurin hubungan lo." Zidane refleks melepas pelukan mereka.

Zidane melihat Tania dan  Alexi bergantian. Tanpa sempat mengucapkan apapun, Tania mengajak Alexi pergi dari sana.

Melihat kepergian keduanya, Zidane tentu segera menyusul mereka. Meninggalkan Veena yang menatap sendu kepergian Zidane. Kali ini, Veena melepas Zidane. Karena dia sadar dia tidak akan pernah bisa menggantikan seorang Angel di kehidupan Zidane.

Maaf untuk semua hal yang sudah terjadi. Ini adalah pertemuan terakhir kita, aku pastikan kita tidak akan bertemu. Berbahagialah, Zidane. Selamat tinggal, batin Veena.

Tanpa sadar air matanya mengalir membasahi wajahnya. Tapi, Veena dengan cepat menghapusnya. Veena memutuskan untuk meninggalkan Zidane, dia tidak lagi ingin menganggu Zidane. Zidane perlu bahagia dan bahagia Zidane bukan bersamanya.

Kita tidak boleh memaksakan sesuatu, bukan? Apalagi jika itu sudah menyangkut perasaaan. Lagipula jika itu memang yang sudah takdir tentukan, segigih apapun kita berusaha untuk melawannya, itu tidak akan berhasil.

***

My Coldest Boy #2 : Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang