1 tahun kemudian..
"ZIDANE SAKIT! CEPAT ZIDANE!" Mendengar teriakan Angel, Zidane bergegas menggedong Angel. Zidane tak peduli rasa sakit saat Angel terus menjambaknya.
Zidane mengebut pergi ke rumah sakit bersalin terdekat. Karena Zidane sudah tak sanggup mendengar teriakan Angel, Zidane tentu sangat mengasihani Angel. Akhirnya mereka sampai.
Awalnya Zidane dilarang masuk, tapi karena permintaan Angel sendiri, akhirnya Zidane diijinkan untuk masuk. Zidane menemani Angel dari awal sampai akhir persalinan mereka.
Zidane bahkan tak peduli rambutnya dijambak, dia dipukuli, dicubit, dan lainnya, karena saat mendengar tangisan anaknya untuk yang pertama kali, Zidane merasa sangat senang.
"Tuan, putrimu lahir dengan sehat. Selamat atas kelahiran bayimu," kata dokter itu. Lalu dokter itu meminta susternya untuk membersihkan bayinya.
Angel juga sudah dipindahkan ke ruangan VVIP. Selagi Angel dipindahkan ke ruangan VVIP, Zidane sudah menghubungi keluarganya untuk segera datang. Tentu saja mereka harus datang, ini kan cucu mereka yang sangat mereka tunggu-tunggu.
Zidane menyusul Angel ke ruangan tempat Angel dipindahkan. Tidak lama kemudian sang suster datang dengan bayi mungil yang cantik, dan menyerahkan bayi itu kepada Zidane.
"Tuan, putrimu sangat cantik. Wajahnya mirip denganmu." Begitu kata suster itu dan setelah itu dia berlalu pergi.
Angel melihat wajah putrinya, lalu bergantian menatap wajah Zidane. "Bagaimana bisa dia benar-benar mirip sepertimu?"
"Tentu saja. Dia putriku!"
"Ini gaadil, Zidane. Aku yang membawanya kemana-mana selama 9 bulan ini, tapi tidak ada satu pun yang mirip denganku, semuanya mirip denganmu," protes Angel.
"Ada. Ada yang mirip."
"Apa?" Angel terlihat bersemangat saat Zidane mengatakan ada yang mirip dengannya.
"Warna matanya sama sepertimu."
"YANG BENAR SAJA HANYA ITU ZIDANE?!"
"Yah memang begitu kenyataannya, apalagi yang bisa aku lakukan? Haruskan aku ubah bentuk wajahnya agar mirip sepertimu?"
"Terserah kepadamu, Zidane. Aku lelah menghadapimu."
"Terimakasih kembali, Angel. Aku juga mencintaimu."
"ZIDANE!"
"Ya, simpan saja dulu amarahmu itu. Lanjutkan nanti setelah kembali ke rumah."
Sepertinya sedaridulu, Zidane benar-benar tidak berubah. Masih saja menyebalkan sama seperti dulu.
"Hei, Angel."
"Apalagi?"
"Kenangan terbaik menurutmu apa?" tanya Zidane setelah menidurkan putrinya di ranjang khusus tempat bayi.
"Saat kamu melamar dan menikahiku. Dan kehadiran putriku tentu saja," jawab Angel. Angel benar-benar tidak bisa melupakan saat-saat itu.
Angel ingat sekali kata-kata yang Zidane ucapkan di hadapan semua orang. Begini katanya: "I wanted to tell you that wherever I am, whatever happens, I'll always think of you, and the time we spent together, as my happiest time. And no matter what has happened, I will always love you. I swear it. And now I want to ask you something, can you stay with me through happiness and sadness, will you marry me?"
"Oh iya, Zidane."
"Apa?" tanya Zidane penasaran.
"Nama untuk putri kita tentu saja! Kamu gamau dia punya nama? Terus kamu mau panggil apa? 'Hey, no name' gitu?" sarkas Angel.
"Galak banget." Angel tertawa.
"Namanya Kezia Mavisha Ezekiel."
"Nice choice," puji Zidane. Angel tersenyum mendengarnya.
Beberapa hari kemudian, Angel sudah diperbolehkan kembali ke rumah. Banyak sekali yang datang ke rumahnya untuk mengucapkan selamat dan memberikan hadiah. Mereka benar-benar merasa sangat bahagia dengan semuanya.
Apalagi kehadiran Kezia di tengah-tengah mereka, membuat mereka merasa lebih semang. Mereka bahkan menerima ucapan selamat dan hadiah dari Veena, entah bagaimana Veena bisa tau. Selain Veena, mereka juga mendapat permintaan maaf dari James, sepertinya James sudah bertobat. Sekarang, semuanya kembali sebagaimana mestinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boy #2 : Stay With Me
Teen Fiction"Gimana caranya gue bisa bahagia sedangkan lo ga sama gue? Padahal bahagianya gue itu ada sama lo." My Coldest Boy Series: Stay With Me ps. [c o m p l e t e d]