Saling percaya

38 0 0
                                    

Sangat hangat. Senyumnya, suhu tubuhnya atau pun tutur katanya. Aku suka. Aku suka dia.

***


"Ahh, kamu pasti liat bunga itu yah? Iya.. Tadi Yusuf dateng kesini, bawain bunga sama cemilan itu. Tadi dia cukup lama disini sampe Mama harus ngusir dia beberapa kali, soalnya dia udah telat sekolah." Jelas Mama padaku tentang siapa yang menjengukku.

"Ohh Yusuf." jawabku sambil mengambil suapan pertama.

"Iya, kenapa? Kamu kecewa kalau itu bukan dari Ilham?" ejek Mama.

"Ah engga Mah, bukannya gitu. Aku mah malah ngiranya kalau itu dari Savira. Hehehe" elakku.

"Masa sih? Mama juga dulu pernah muda loh Nad. Kalau menurut Mama jangan buat orang yang kamu sayang kecewa. Soalnya kepercayaan itu susah Nad buat didapet. Percaya deh sama Mama." kata Mama.

"Orang sakit malah ditambah sakit." jawabku yang hanya mendengar sekilas dari nasehat Mama.

"Hahah yaudah cepetan makannya, abis itu minum obat dan langsung istirahat lagi. Besok kamu gaada alesan buat enggak sekolah."

"Siap boss" jawabku, dan Mama pun turun ke bawah.

Setelah selesai makan, lalu aku chatting dengan Savira sebentar. Hanya sekedar menanyakan kabar, dan tugas. Savira sama sekali tidak membahas tentang Ilham, Savira hanya bilang kalau Yusuf dapet hukuman karena datang terlambat.

Dunia pendidikan ini sangat kejam. Disaat kamu memiliki koneksi, kamu akan mempunyai posisi. begitulah kurang lebih.

Semua orang menghawatirkan Ilham, karena semua orang disekolahku tahu kalau kita tidak punya koneksi untuk mendapatkan posisi juara. Yang kita tahu adalah kalau kita hanya bisa berjuang dan berdoa.

<< 1 TAHUN SEBELUMNYA
Di tanggal yang sama Ko Yossi mewakili sekolah untuk melakukan Olimpiade tingkat Provinsi. Ya, Ia terpilih setelah menjuarai Olimpiade tingkat Kota.

Sumatera. Lebih tepatnya di Sumatera Barat Ko Yossi di karantina sebelum melakukan Olimpiade. Saat masa karantina Ko Yossi melihat keganjilan di antara peserta yang lain.

Dimana hanya dialah yang tidak diberikan buku paket kuning. Semua peserta memiliki buku paket kuning, yang dimana isinya adalah soal-soal yang akan di Olimpiade kan.

Di situlah, Ko Yossi mulai mencari keadilan dengan cara melaporkannya ke panitia Olimpiade.

Tapi apa yang dia dapat? Hanya tawa dari panitia dan pertanyaan "kamu siapa? Dari sekolah mana? Kayanya kamu ga punya kekuatan(koneksi)"

Ko Yossi pun akhirnya di diskualifikasi, dengan alasan bahwa dia berlaku kasar kepada sesama peserta selama masa karantina.

Ko Yossi yang tidak terima melaporkan semua kejahatan ini kepada media massa. Lebih tepatnya dia mencari tempat perlindungan.

Tapi apa? Mereka semua yang memiliki Uang  bisa membungkam semuanya.

Media massa malah memberitakan dirinya yang berlaku curang selama masa karantina. Dan pihak pendidikan pun tidak memperbolehkan Ko Yossi untuk ikut Olimpiade lagi, karena takutnya malah mengulangi kesalahan yang tidak Ia buat.

Kejam, Tapi itulah Uang. Kuat? Ya itulah yang dinamakan koneksi.

>> SEKARANG

Aku berada dikamarku sekarang. Pukul 16.54wib, yang menandakan kelas tambahan di sekolahku sudah selesai dan artinya sekolah pun sudah selesai.

Savira menelponku kalau anak-anak kelas mau menjenguk, tapi aku bilang enggak usah. Karena besok pun aku sudah mulai sekolah.

"Nadia.." kata Mama sambil berjalan menuju kamarku.

Dia BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang