Karena pada akhirnya, bukan kita yang memutuskan semuanya. Tapi Tuhanlah yang membuat kita, mewujudkan semua keinginan kita.
***
"Cantik yah Nad" katanya kemudian.
"Iya emang cantik. Makanya banyak orang yang dateng nyari." jawabku sambil membereskan tempat makanku.
"Hah?!" jawabnya terkejut.
"Siapa yang nyari elu?" sambungnya sambil melihat kearahku.
"Hah?! Siapa emang yang nyari gua?" tanyaku yang benar-benar gagal paham.
"Hahahahahaha, dasar lu Nad. Udah makan tapi tetep aja kaga fokus."
"Siapa? Gua?" tanyaku padanya.
"Hahaha, udah ah! ayo buruan balik lagi kesana."
"Ah iya. Tapi emangnya siapa yang nyari gua?" tanyaku lagi yang memang masih gagal paham.
"Hahaha, gak ada nad. Enggak ada yang nyari elu. Buruan." katanya yang tak lepas dengan iringan tawa.
"Eh! Nanti jam 7 malem lu udah bebas tugaskan?" tanyanya kemudian.
"Hah? Jam 6 juga gua udah kaga nugas. Kenapa?" jawabku.
"Dateng yah kebelakang panggung. Nanti gua tunggu disana." pinta Ilham padaku.
"Ngapain? Enggak mau ah. Banyak orang yang nonton konser kali. Males banget desek-desekannya!" tolakku.
"Astagaa Nadia!, gua nyuruh elu kebelakang panggung. Bukan kedepan panggung." jawab Ilham kemudian.
"Ini di Raditya kayanya terlalu over deh nyuruh elu kerjanya. Jadi lemot gini elu! Hahahah" sambungnya.
"Hahaha, tetep aja males. Kenapa enggak keruang atas aja. Kan adem tuh ada ac, ngapain harus kebawah yang dipenuhi banyak kepala." jawabku sambil bangkit dari duduk.
"Yaudah oke, ruang panitia yah. Gua tunggu lu disana." pinta Ilham lagi kemudian.
"Yaelahh! Lu kaga nyuruh juga gua bakalan kesanalah buat laporan ke Ka Reza. Hahah" jawabku atau lebih tepatnya godaku pada Ilham.
"Iyalah bodo amat! Pokonya gua tunggu disana! TITIK!" kata Ilham yang akhirnya sedikit mulai lelah.
"Iya Ham iya, hahaha" jawabku smabil tertawa puas akhirnya.
Aku senang, karena pada akhirnya kita bisa bertemu lagi satu sama lain. Dengan waktu yang lebih tepat.
Dan kami pun kembali kealam kami masing-masing. Tempat jualanku peenuh sekali dengan anak muda dan para orang tua mahasiswa yang menyempatkan diri untuk datang.
Alhasih pukul setengah delapan malam tempat jualan kelompokku baru selesai. Dan anggota kelompok pun dinyatakan bebas tugas.
Aku dan Raditya selaku Ketua dan Wakil Ketua Kelompok harus menuju ruang panitia, untuk menghitung penghasilan, laba dan donasi yang akan kami berikan.
Di depan ruang panitia aku melihat Ilham seperti setengah tidur diatas kursi yang ia duduki.
Dan aku menyuruh Raditya masuk duluan keruang panitia.
"Ham!" kataku untuk mengejutkan Ilham.
"Astagfirullah!!" serunya sambil sedikit gemetar.
"Hahaha!" tawaku yang otomatis keluar.
"Ngapain?" tanyaku kemudian.
"Wah-wah-wah bener ini mah Nad. Masa lu lupa kata-kata gua yang siang tadi." jawabnya sambil memberikan bangku untuk aku duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Berbeda
RomanceDia yang berbeda dari apa yang selalu orang lihat dan pikirkan. seperti gunung es yang tiba-tiba mencair. Bisa mendatangkan sebuah pemandangan menyejukan dari hijaunya rumput yang mulai tumbuh atau bisa saja mendatangkan sebuah banjir bandang akibat...