Bisakah bahagia?

25 2 3
                                    

Ya mungkin semua terasa berbeda. Semua berbeda dari sebelumnya. Kuharap itu adalah perubahan yang baik, untuk semuanya.

***

Dan pagi pun menyapa, sekarang adalah hari jumat yang di kalender berwarna merah.

"Mah, enggak jalan-jalan? Hari libur juga?"

"Papa mah, mana libur." Jawab Mama sambil menjemur cucian.

"Kalau jalan-jalannya sama Nadia, mau?" Tanyaku yang mengambil cucian dan mulai menjemur untuk membantu Mama.

"Pasti ada maunya. Kamu mau beli baju baru?"

"Yahh, cuci mata ajalah mah seenggaknya. Sumpek. Hehehe" jawabku yang sebenernya pengen beli baju baru.

"Yaudah sana mandi." Kata Mama yang mengiyakan.

"Oke, tapi ini belom beres enggak apa-apa mah?" Tanyaku yang melihat cucian belum di jemur.

"Udah enggak apa-apa, lagian Mama udah mandi. Kamu kan belom." Jawab Mama.

"Oke siap boss!" Jawabku sambil memberikan hormat. Dan langsung menuju kamar untuk bebersih diri.

Karena dalam setiap hubungan itu butuh interaksi bukan? Kalau hanya sekedar memberi kabar lewat telepon, orang selingkuh juga bisa. Hahaha.

Dan aku pun pergi dengan Mama. Memang sudah lama kita tidak memiliki girls time jadi ya, mari kita puas-puasin.

Ditengah waktu berbelanja aku dengan Mama, tiba-tiba ada pesan yang masuk ke handphone ku.

Nad dimana? Gua didepan rumah lu.

What?! Didepan rumah? Ilham didepan rumah gua? Ngapain. Jawabku dalam hati.

Yess, ternyata Ilhamlah yang mengirimi aku pesan.

"Kenapa?" Tanya Mama padaku.

"Ah enggak Mah. Ayo ah lanjut belanja lagi." Jawabku yang menyembunyikan kebenaran.

Dan kira-kira aku selesai belanja dengan Mama pukul 14.00wib.

Ilham udah enggak dirumah kali yah. Ini kan udah 4 jam setelah dia ngirim sms. Pikirku dalam hati. 

Dan ketika mobil melewati taman taman bermain kompleks, Ilham tak terlihat disana pun. Ya, mungkin dia benar-benar sudah. Pulang. Sesampainya dirumah pun, Ilham tidak ada di depan rumah ku. Dia benar-benar sudah pulang. Kataku dalam hati.

Tinggal dua hari lagi Ilham berada disini, sebelum dia pergi Olimpiade. Entah apa yang harus aku lakukan, ebtah apa yang harus aku katakan. Tapi yang aku tau pasti adalah rsa khawatir yang aku rasakan.

Beban dan harapan menjadi bekal dia untuk pergi ke Kalimantan dan menghadapi Olimpiade. Dan entah apa yang akan terjadi disana atau pun disini. Aku tak tau.

Gua kerumah elu sekarang.

Dan satu pesan lagi masuk ke dalam handphone ku. Ternyata itu dari Yusuf.

Ngapain dia mah kesini? Ada apa yah? Apa ada sesuatu yang penting? Pikirku yang kebingungan.

Dan Yusuf pun benar-benar datang ke rumahku.

"Suf?" Tanya Mama yang membukakan pintu.

"Eh, tante apa kabar?" Jawab Yusuf yang otomatis.

"Baik. Ngapain? Mau main sama Nadia? Nadianya ada di kamar."

"Ah, iya tante."

"Oh tunggu bentar kalau begitu. Tante panggil Nadia dulu, kanu duduk aja di ruang tengah."

Dia BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang