Risau

25 1 0
                                    

Banyak hal yang seharusnya aku lakukan dengannya, tapi semua hal itu mungkin akan aku lakukan dengan seseorang yang disebut sebagai pengganti.

Semoga seseorang itu hanya memiliki peran sebagai pengganti saja. Karena aku tak keberatan bila mengulang semua hal yang telah aku lakukan dengan kamu yang bukan seorang pengganti.

***


Hari keenam dimana aku berangkat sekolah sendiri.

"Mama enggak bisa anter nengg. Kamu berangkat sendiri yah? Jangan lupa bawa bekalnya." kata Mama dari ruang kerjanya.

"Iyaa Mah, lagian aku juga udah besar. Aku berangkat yah Mah." pamitku yang diiringi langkah kaki menuju pintu.

"Iya sayang, hati-hati." jawab Mama sebagai backsound langkah kakiku menuju pagar depan rumah.

Sambil jalan menuju depan gang kompleks, banyak hal yang terlintas diotakku.

Tentang jurusan kuliah yang akan aku pilih, tentang tempat les tambahan yang akan aku mulai cari dan tentang Ilham.

Ah pusing!, kataku dalam hati. Banyak hal sebenarnya yang membuat aku pusing, sampai tadi pagi setelah aku mandi dan bersiap-siap untuk kesekolah aku mengecek berat badanku yang turun 3kg.

Lumayan sih, soalnya kalau sengaja diet engga mungkin juga kan. Tapi batin memang engga bisa di bohongin kan?.

Aku sampai disekolah setelah menaiki angkot didepan jalan kompleks.

"Nad, Nad, Nad!" kata Savira padaku.

"Apa?" jawabku yang kurang bersemangat.

"Pulang sekolah maen yuk?" ajaknya padaku.

"Engga tau Sav, soalnya takut Yusuf..." jawabku yang tak aku lanjutkan.

"Ah iya, iya. Maaf gua lupa Nad. Hehehe, kapan-kapan aja." jawabnya kemudian.

Aku memang jadi jarang jalan bareng dengan Savira, karena banyak alasan yang memang bukan sekedar alasan.

Aku juga jadi jarang kumpul dengan anggota basket yang lain karena banyak alasan, Dan begitu pun dengan jarang kumpulnya aku dengan anggota OSIS.

Bukan karena aku yang terkekang, tapi karena mereka memahamiku. Memahami bahwa aku sedang merasakan beban.

Tidak, aku tidak ingin menyebutnya sebagai beban. Mungkin lebih tepatnya adalah pilihan.

"Nad, gua mau ngomong." kata Ko Yossi padaku, setelah dia mendatangiku kekelas.

"Ti, dia ada urusan OSIS dulu yah." izin Ko Yossi pada ketua kelasku.

"Iya Ko." jawab Tiara.

Aku mengikuti langkah kaki Ko Yossi sampai ke ruang OSIS. Disana sudah banyak anggota inti yang lain.

Dan aku lupa kalau hari ini ternyata ada rapat OSIS untuk membahas acara amal.

Kami pun rapat sampai bel pulang sekolah. Setelah membuat susunan acara, mencari sponsor, meminta izin, dan sebagainya.

"Nad." kata Ko Yossi padaku.

"Ah, iya Ko?" jawabku.

"Udah dapet kabar dari Ilham?" tanyanya.

"Hahaha, belum. Diakan engga pegang handphone." jawabku yang diselimuti kekhawatiran.

"Hari keenam biasanya udah bisa." jelas Ko Yossi padaku.

"Entahlah Ko. Mungkin nanti sore. Yaudah aku duluan yah Ko." pamitku.

"Iya Nad. Jangan lesu gitulah. Aneh ngeliat elu kayak gitu." jawabanya. Dan aku hanya tertawa kecil lalu berlalu pulang menuju rumah.

Dia BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang