BAB 10 ㅡ Pemaksaan Yang Tak Berdasar

21.5K 2.9K 304
                                    

"Dan, lo deket sama Abby?" Tanya Seongwoo heran.

Saat itu Daniel + anaknya, Seongwoo, Daehwi, Minhyun, Jinyoung dan Hyunbin lagi ngumpul di café tempat Seongwoo kerja. Biasalah ngopi-ngopi sambil nongkrong.

Daniel ngelirik anaknya sekilas, "Awalnya sih gue biasa aja, eh tapi kayanya dia wife materials banget. Sammy juga suka sama dia, jadi nggak ada alasan buat gue untuk nolak atau ngejauhin dia," balas Daniel santai.

"Jadi cuma gara-gara Samuel?" Ujar Hyunbin nggak percaya sambil nunjuk Samuel yang lagi asik makan kue.

Daniel menggeleng, "Awalnya iya, semua demi Samuel. Demi dia dapet Bunda, tapi makin kesini ya semuanya ngalir aja. Abby lucu kok, ya walaupun kayanya dia males banget sama gue," balas Daniel lagi.

Minhyun berdecak pelan lalu melipat tangannya di depan dada, "Lagian sih lu ngapain coba pake acara ngadopsi bocah piyik kaya gini?" Cibirnya.

Daniel nyengir aja.

"Lucu."

Pengen rasanya Minhyun ngelempar cangkir keramik yang ada di depannya ke muka Daniel. Alasan apaan coba itu?!! NGGAK BISA DI TERIMA BANGET SIAL!!!

"Nggak heran sih beberapa nilai UTS lu kemaren 20," celetuk Seongwoo.

"Bacot!" Sewot Daniel.

"Terus rencana lu selanjutnya apaan, kak?" Tanya Jinyoung yang dari tadi sibuk nyimak.

"Ya usaha supaya Abby mau jadi jodoh gue. Kalo dia nggak mau ya gue paksa soalnya gue nggak punya kandidat lain dan nggak mau yang lain," balas Daniel sambil tersenyum miring.

Jinyoung berdecih, "Maksa lo, kak," sinisnya.

Daniel mengangguk lalu mengusap rambut anaknya, "Demi kesejahteraan gue sama anak gue. Dan juga yang paling penting itu kesejahteraan burung gue," ujar Daniel lagi.

PLAK!

"JOROK BANGSAT!!!" Sewot Daehwi.

Daehwi emang gitu, dia udah sering nabok kakak tingkatnya. Kalo menurut dia kelakuannya nggak beres pasti langsung kena tabok.

Daehwi tiba-tiba nepok pundaknya Daniel, "Kak Abby baru 20 tahun dan dia baru semester 4, sedangkan lo 23 semester 6. Serius lo mau ngajak dia nikah?" Tanya Daehwi agak ragu.

Daniel mengangguk mantap tapi nggak lama kemudian dia di toyor Hyunbin yang dari tadi diem aja, "Woy nikah bukan kaya jajan cimol bodoh! Nikah butuh persiapan mateng. Mental lo, duit, harus yakin lahir batin, restu. Bukannya asal jabat tangan penghulu terus sah abis itu ena ena. Bukan!" Seru Hyunbin geleng-geleng kepala.

"Kapan lo mau ngomongin soal ini ke dia?" Tanya Minhyun.

"Bentar lagi kayanya," balas Daniel sambil mengerutkan keningnya.

Seketika hening...

Mereka semua ikutan pusing gara-gara niat Daniel yang mau nikah kaya gini. Padahal dia masih muda, perjalanan dia masih panjang.

"Perjalanan lo masih panjang, Dan. Tahun depan lo skripsi terus lulus, harus cari kerja dulu, mapanin diri lo sebelum ngeboyong anak orang, Dan. Kan nggak mungkin lo ngasih anak orang makan cinta tiap hari. Kenyang kagak, mati iya," celetuk Seongwoo.

"Jadi menurut lo semua, gue harus sukses dulu baru balik lagi ke Abby?" Tanya Daniel.

"Iya!"

TRING!

Mata sipitnya refleks melirik ke arah pintu masuk café. Di sana ada Nadia dan Abby yang baru saja masuk sambil tertawa-tawa. Mata Daniel terus mengawasi setiap pergerakan cewek itu.

Terlihat Abby dan Nadia duduk di kursi dekat tembok. Mereka masih asyik bercerita dan nggak sadar kalau lagi di perhatikan Daniel. Bibir tipisnya membentuk lengkungan senyum.

Abby itu cantik dengan caranya sendiri.

Nggak bikin bosen apalagi bikin bete.

Kalo senyum tambah cantik, tapi kalo ketawa makin cantik.

"Jatuh cinta gue sama dia," gumam Daniel.

Daehwi, Jinyoung, Hyunbin, Minhyun dan Seongwoo langsung menoleh kesana-kemari mencari orang yang di maksud Daniel. Dan akhirnya nereka menemukan Abby yang lagi duduk di ujung bareng sama Nadia.

"Itu depannya Kak Abby, Kak Nadia kan?" Tanya Jinyoung setengah berbisik.

Seongwoo mengangguk, "Kenapa?"

Jinyoung nyengir, "Ada ID Line Kak Nadia nggak kak? Pengen gue gebet dari dulu, nggak sempet mulu," jujur Jinyoung.

Seongwo mengangguk lalu menyerahkan ponselnya yang sudah terpampang jelas ID Line Nadia. Dengan semangat Jinyoung menambahkan Nadia sebagai temannya.

"Thanks ya, Kak. Bolehlah sekalian deketin gue sama dia," ujar Jinyoung lagi.

Kali ini Seongwoo menggeleng, "Kalo soal itu gue nggak bisa bro," balas Seongwoo santai.

"Kenapa?" Tanya Jinyoung heran.

"Gue juga suka sama dia. Jadi sekarang kita saingan buat dapetin dia," balas Seongwoo lalu tersenyum miring.

Jinyoung melongo sebentar lalu mengangguk, "Oke. Nggak masalah gue harus saingan sama temen gue sendiri. Kalo di luar soal Kak Nadia kita temen, tapi kalo menyangkut Kak Nadia lo lawan gue," balas Jinyoung.

Seongwoo mengangguk paham.

"Yeh! Lo berdua malah ngomongin saingan-saingan! Apaan yang saingan?!" Seru Daehwi kepo.

"Gue sama Kak Ong saingan buat dapetin Kak Nadia," balas Jinyoung santai.

Daehwi melongo, "Lah? Yang satu lagi mikirin kawin apa nggak, yang satu lagi malah rebutan cewek. Oy! Kak Minhyun, Kak Hyunbin! Nggak niat nyari cewek juga?" Tanya Daehwi.

"Cewek gue di Kanada, jauh," balas Minhyun cuek.

"Cewek gue belom lahir," balas Hyunbin asal.

"Oh gue paham kenapa lo jadi mahasiswa abadi di sini, Bin. Jawaban lo tiap ujian ngarang semua," ledek Daehwi.

"Sialan lo bantet!'

Hening...

"Btw, lusa gue izin ya. Mau aja acara keluarga," ujar Daniel lagi.

"Lah ngapain bilang kita? Isi surat izin lu," balas Seongwoo.

"Oh iya, bener juga. Sorry gue lupa."

Seongwoo mencibir pelan, "gitu aja lupa, gimana sama doi, Dan?"

"Kepikiran terus 24/7," balas Daniel semangat.

"NAJIS!"

***

A/N:

HIYAAAAAAAAA

Single? 📌 Kang Daniel ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang