6; lalisa, do you miss me?

770 93 9
                                    

I miss you when I can't sleep
Or right after coffee
Or right when I can't eat
I miss you in my front seat
Still got sand in my sweaters
From nights we don't remember
Do you miss me like I miss you?
Fucked around and got attached to you
Friends can break your heart too, and
I'm always tired but never of you

Gnash feat. olivia o'brien - i hate you i love you

----

Warna langit berubah menjadi ke merahan bercampur oranye. Seorang gadis duduk menyila di balkon kamarnya, ditemani secangkir coklat panas dan sebuah novel yang bertengger manis di tangannya. Sudah lama rupanya ia duduk disitu, cangkir yang tadi berisikan coklat panas dan masih terisi penuh, kini sudah dingin dan menyisakan setengahnya.

Gadis berambut ponytail itu bangkit bersama sebuah novel di tangan kirinya, sedang tangan kanannya mengambil secangkir coklatnya tadi, kemudian menyesapnya sampai habis.

Ia berjalan kedalam dan menutup pintu balkon kamarnya, meletakkan novel di nakas samping tempat tidurnya, lalu beranjak menuju dapur untuk menaruh cangkirnya yang sekarang kosong.

"Lis, kok si Dharmaga itu gak main kesini lagi? Waktu itu dia bilang mau main lagi kesini sambil bawa martabak telor. Kalian berantem ya?" sebuah suara menginterupsinya untuk berhenti melangkah, kemudian ia menoleh mendapati mamahnya yang sedang tiduran di sofa ruang keluarga bersama televisi yang menyala, dan jangan lupakan dengan wajah mamahnya yang penuh dengan cairan berwarna coklat. Beliau sedang memakai masker coklat rupanya.

"Nggak kok, Mah. Lalisa sama Dharmaga baik-baik aja, kok," jawab Lalisa kemudian melangkah lagi menuju dapur.

"Kalo baik-baik aja, kenapa dia gak main kesini lagi? Padahal kan dia bilang mau main kesini lagi sama Mamah kemaren." Mamahnya kembali bertanya saat mendengar suara langkah kaki mengarah menuju ruang keluarga.

"Mungkin... dia lagi sibuk," jawabnya ragu sembari mendudukkan dirinya di sofa empuk berwarna coklat.

"Kok mungkin?" tanya mamahnya lagi.

"Kamu gak saling ngasih kabar emang?"

"Ya emang dia siapa Lalisa mah?" Lalisa bergumam pelan. Namun rupanya, mamahnya masih bisa mendangar gumanan anak semata wayangnya itu. Tante Melina terseyum tipis. Rupanya anakku ini sedang galau, batinnya.

Dan, sepertinya si tante tidak takut maskernya pecah.

Sudah seminggu sejak Dharmaga mengantarnya pulang, mereka tidak pernah bertemu lagi. Dharmaga juga tidak sama sekali mengiriminya pesan untuk mengajak bertemu dan memberikannya 'ospek kedua' lagi. Padahal malam itu, Dharmaga bilang ingin jalan bersama lagi dengannya. Tunggu, mengapa ia jadi merasa seolah-olah menginginkan Dharmaga terus berada di sisinya?

by your side


Suara deru motor yang tadinya terdengar kini tiba-tiba menghilang. Seorang pria berpawakan tinggi baru saja mematikan mesin motornya. Ia mencabut kunci motornya kemudian berjalan memasuki rumahnya.

"Assalamualaikum... Dharmaga pulang...," teriak pria yang genap berusia dua puluh tahun itu.

"Waalaikumsalam. Mamah di dapur, Nak."

Dharmaga berjalan menuju dapur, menemukan mamahnya yang bersiap-siap untuk makan malam nanti. Ia menyalami mamahnya kemudian mengambil air mineral dingin di kulkas.

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang