Jika beberapa minggu lalu Lalisa dan Dharmaga pergi ke salah satu pusat perbelanjaan ternama di Bandung, kini mereka sedang berada di sebuah taman bermain anak-anak dengan tujuan melakukan 'ospek kedua' untuk Lalisa.
"Ngapain kita kesini?" Tanya Lalisa yang baru saja turun dari motor ninja berwarna merah milik Dharmaga.
"Udah ngikut aja."
Ramai. Jika mendeskripsikan tempat ini hanya dengan satu kata. Mereka kini sedang duduk di bangku taman, menyaksikan anak-anak kecil yang berlari-larian kesana kemari.
"Ngapain kita disini sih? Masa cuman diem aja kayak gini?" tanya Lalisa lagi.
"Maunya ngapain?" tanya Dharmaga balik sambil menyenderkan kepalanya di bangku taman.
"Isshh." Decak Lalisa sebal.
"Nggak. Gue cuman mau lo belajar aja." Ucap Dharmaga.
"Belajar ngapain?" tanya Lalisa dengan dahi mengerut. Ia bingung, memangnya belajar apa yang dilakukan di taman bermain anak-anak?
"Belajar ngurus anak, biar jadi ibu yang baik buat anak-anak kita kelak. Eakkk...." Jawab Dharmaga sambil cekikikan di akhir kalimatnya.
"Ampas." Dengus Lalisa pelan.
"Gue denger ya." Balas Dharmaga kemudian. Lalisa hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Gue haus nih, lo nggak ada niatan gitu buat beliin gue minum?"
"Beli aja sendiri. Masa cowok nyuruh beliin cewek sih. Apa banget deh." Tanpa aba-aba, Dharmaga langsung berdiri dari bangku taman, kemudian pergi meninggalkan Lalisa.
"Lhah? Gue ditinggal gitu? Eh, tadikan gue yang nyuruh dia beli sendiri ya? Terserah deh." Tanya Lalisa pada dirinya sendiri. Saat ini ia sedang asyik memainkan ponsel pintarnya. Lalisa memilih untuk membuka galeri, meng-scroll beberapa foto dan tidak sengaja menemukan foto Miao miao—adik Guanlin—yang dikirimkan kepadanya minggu lalu.
"Eh, kok gue familiar sama tubuh cewek yang disamping Guanlin itu ya. Kalo mamahnya Guanlin nggak mungkin, itu keliatan body-body mahasiswa gitu. Apa pacar? Eh, Guanlin kan bilang dia gak punya pacar. Terus siapa, dong? Sepupu kali ya." Pikiran Lalisa menerka-nerka tentang siapa perempuan yang berada disisi Guanlin dalam foto tersebut.
Sudah sepuluh menit sejak Dharmaga langsung pergi membeli minuman, tetapi batang hidungnya belum terlihat juga oleh mata Lalisa.
"Duh, ini kak Dharmaga kemana sih? Kok lama banget. Apa gue susul aja ya?" Kemudian dengan gerakan cepat, Lalisa menyambar tas salempang miliknya dan berjalan menuju tempat penjual minuman terdekat.
"Kok nggak ada?" Gumannya saat tidak menemukan Dharmaga disitu.
Ia berjalan ke arah taman bermain anak-anak, ia memilih untuk kembali menunggu Dharmaga di bangku yang ia duduki tadi.Di perjalanan menuju bangkunya, mata Lalisa menangkap sosok tinggi yang sedang bersama seorang gadis kecil disampingya. Saat sosok tinggi itu menoleh kesamping, terlihat jelas bahwa itu adalah Dharmaga, orang yang sedang dicari-cari oleh Lalisa. Kemudian ia berjalan mendekati mereka.
"Kak Dharmaga?" Tanyanya memastikan.
"Eh, Lis. Lo nunggunya kelamaan ya, maaf banget ya. Tadi gue gak sengaja ketemu sama anak ini, dia bilang mamahnya ilang." Ujar Dharmaga dengan segenap rasa bersalahnya.
"Iya. Ngaakpapa." Jawab Lalisa. Kemudian matanya beralih menatap gadis kecil yang masih sesenggukan, sepertinya tangisan gadis itu baru saja mereda.
"Adek manis, kamu namanya siapa?" Tanya Lalisa lembut.
"Ky-kyla kak." Jawab gadis kecil itu masih dengan gaya sesenggukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side
General Fiction[Completed] Mencintainya, aku ingin selalu. Namun bersamanya selalu, aku tak pernah tahu. Dicintainya, merupakan aku. Mencintainya, adalah diriku. Terus berada di sampingnya, itulah mimpiku. Dan kewajibanku adalah berusaha untuk mewujudkan itu. Jik...