Special Guanlin's Points of view
Sedih amat hidup gue. Udah seminggu ini cici ada di Jakarta. Dan seminggu ini juga gue galau karena ditinggalin dia. Haduh, gila aja, gue baru beberapa tahun ini bisa serumah bareng lagi sama cici.
Dulu waktu gue masih kelas 2 SMA, itu pertama kalinya gue balik lagi ke Bandung dan bisa satu rumah lagi sama cici. Waktu umur tujuh tahun, kalo nggak salah itu gue kelas 2 SD, gue pernah bikin masalah di sekolahan gue yang ada di Bandung.
Seingat gue, dulu gue pernah jorokin temen gue sampai dia masuk rumah sakit dengan cidera di kepala dan harus mendapat lima belas jahitan. Parah. Saat itu juga gue langsung dipindahin sama mamah untuk ikut nenek ke Medan. Beruntung gue bisa punya temen banyak disana, jadi gue nggak terlalu ngerasa kesepian banget waktu jadi anak baru di sekolah.
Ngomongin anak baru, gue baru aja ngeliat ada anak baru masuk di fakultas gue. Cewek, dan kelihatannya dia asli anak Bandung. Dia pakai kacamata bunder, tapi masih kelihatan cantik kalo dia yang makai.
Ngomong-ngomong, gue sekarang lagi ada di kantin fakultas gue. Waktu gue nggak sengaja ngeliat lagi ke arah dia yang lagi mesen kopi, dengan santainya dia malah bawa cup kopinya ke arah meja yang gue tempatin. Dia bawa dua cup kopi yang dingin-kelihatan dari cup-nya yang mengembun-dan dengan santainya langsung ngedudukin bangku kosong yang ada di samping gue.
"Hai, aku boleh duduk sini?" tanyanya lembut ke gue. Gila, suaranya lemah lembut banget. Mungkin ini kelihatan kebetulan karena pertama kali gue ketemu Lalisa juga karena dia yang nggak sengaja duduk di bangku meja samping gue, tapi kali ini cewek asli Bandung inilah yang sengaja duduk di dekat bangku gue tanpa ragu.
"Boleh, boleh. Silakan." Gue menjawab dengan tampang yang mungkin kelihatan oon sekarang.
"Makasih. Oh, mau kopi?"
Dia duduk dan nawarin kopi ke gue dengan tangan kanannya. Entah gue masih bingung karena masih ngerasa dejavu, jadi gue cuman bisa ngangguk dan nerima pemberian kopi dari cewek itu. "Makasih."
"Sama-sama." God! Senyumnya manis banget. Sampai meleleh gue ngelihatnya. Tapi, gue nggak segampang itu untuk ngegantiin posisi Lalisa dengan cewek lain hanya karena senyuman, ya. Lalisa masih tetap di hati kok. Ya, walaupun hatinya malah ada di cowok lain. Tapi nggakpapa, pasti perlahan gue bisa lupain perasaan ini dan move on ke cewek lain, kok. Meskipun nggak mudah.
"Kamu anak FSRD juga ya?"
Tiba-tiba aja cewek itu membuka pembicaraan dengan nanya gue anak fakultas ini atau bukan. Sempet kaget sih, tapi sebisa mungkin gue kontrol ekspresi muka gue biar nggak kelihatan kaget-kaget banget.
"Iya. Lo juga?" pertanyaan retorik yang seharusnya nggak gue tanyain. Ayolah, Lin! Tadi itu dia udah pakai kata 'juga' di akhir kalimatnya. Jadi, secara nggak langsung dia bilang kalau dia itu juga anak FSRD-lah. Hadeuh, gue kenapa?
"Iya."
"Ehm. Kita belum sempet kenalan. Aku Sena, seharusnya aku udah masuk disini dua semester, tapi karena ada sesuatu hal, jadi aku baru bisa masuk sekarang." Cewek itu menjulurkan tangannya, tanda ingin salaman sama gue. Dengan senang hati gue menjabat tangannya dan ngenalin nama gue ke dia.
"Guanlin. Udah semester dua." Ucap gue dengan nyengir. Dia hanya membalas dengan tersenyum ramah. Cantik, batin gue lagi tanpa sadar. Tapi masih cantikan Lalisa.
-by your side-
Siapa itu Sena? Kasih saran visual Sena yuk! 😉
btw, happy 1k views!!!Makasih yang udah mau bertahan sampai sejauh ini. Tanpa kalian para readers aku nggak akan bisa sejauh ini bertahan di wp yang makin hari makin penuh kontroversi ini. MAKASIH, SERIBU MAKASIH AKU UCAPIN BUAT KALIAN.
-khismiu, thalon ithtri math thehun
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side
General Fiction[Completed] Mencintainya, aku ingin selalu. Namun bersamanya selalu, aku tak pernah tahu. Dicintainya, merupakan aku. Mencintainya, adalah diriku. Terus berada di sampingnya, itulah mimpiku. Dan kewajibanku adalah berusaha untuk mewujudkan itu. Jik...