Chapter 6

4.8K 587 16
                                    

----------

"Ini, minumlah." Sehun menyodorkan sekaleng kopi karamel dingin yang ia beli dari mesin kopi yang kebetulan ia temukan di tepi jalan. Belum ada respons yang berarti dari gadis itu. Eunhee hanya menatap Sehun dan kopinya bergantian, sebelum akhirnya dia menerimanya dengan gerakan ragu-ragu.

"Terima kasih," ucap Eunhee, lantas menarik senyuman kecil. Setidaknya, dalam kondisi hatinya yang berantakan, ia harus tetap menjaga sopan santunnya terhadap seorang presdir seperti laki-laki di sampingnya ini.

Sehun mengangguk dua kali. Bukan apa-apa, melihat bagaimana penampilan serta ekspresi apa pun yang seakan hilang dari wajah gadis itu membuatnya merasa tak enak. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa agar suasana hati gadis yang duduk di sampingnya kembali normal, atau setidaknya, Sehun bisa melihat kegugupan dari sorot matanya setiap kali mereka bertemu. Karena jujur saja, Sehun lebih menyukai Eunhee yang seperti itu.

Lampu merah kini menyala. Sehun memelankan laju mobilnya dan berhenti tepat di depan mobil boks pengantar barang. Sehun memanfaatkan waktu yang ada untuk menoleh menatap Eunhee dan bertanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Eunhee menggenggam erat kaleng kopi di tangannya yang isinya hampir habis, kemudian membalas tatapan yang dilayangkan Sehun dan kembali mengulas senyum kecil. "I'm ... fine," katanya, setengah tak yakin. "Mm, terima kasih. Tapi ... seharusnya saya―"

"Oh, tidak, tidak." buru-buru Sehun memotong perkataan Eunhee. "Aku benar-benar serius ketika aku mengatakan untuk mengantarmu pulang," ujarnya kemudian, mengerti ke mana arah pembicaraan gadis itu.

Eunhee menggigit bibir bawahnya, resah. Sementara Sehun berbicara lagi. "Aku tidak bermaksud untuk menjelekkan Jongin di depanmu, tapi ... seperti yang kaulihat bagaimana kondisi keluarganya sekarang setelah pertemuanmu dengan mereka. Jongin harus mengatasi semua ini sampai tuntas." Sehun tak tahu harus bagaimana ia mencari alasan yang tepat, tetapi pernyataan itu terlontar begitu saja dari bibirnya, tanpa beban sama sekali. Seakan dirinya tidak peduli pada respons yang akan ditunjukkan Eunhee setelahnya.

"Ya ... sepertinya, apa yang Anda katakan ... benar." Eunhee mengembuskan napas panjang. Mobil yang mereka tumpangi melaju perlahan, seiring dengan pergantian lampu hijau yang menyala. "Saya memang tidak pantas berada di sana, di lingkungan orang-orang terpandang seperti presdir Kim, ketua Kim dan istrinya," gumamnya, dengan nada yang sarat akan kesedihan mendalam.

"Dan, apakah kau berpikir bahwa keberadaanmu di sisiku sekarang adalah sebuah kesalahan juga?" tanya Sehun langsung. Mungkin Sehun mengatakan hal itu dalam konteks bercanda, namun ia tidak tahu jika Eunhee menanggapinya dengan serius. Mata gadis itu membelalak lebar, dan mulai terlihat salah tingkah.

"Y-ya. Maka dari itu, lebih baik saya pulang menggunakan taksi―"

"Kau tentu tahu kalau aku hanya bercanda, kan?" Sehun jadi gemas sendiri melihat tingkah laku sang gadis. Andai saja dia tidak sedang berada di belakang kemudi, sudah pasti ia beranjak untuk mencubit kedua pipi tirus gadis itu tanpa asa dan mengatakan padanya bahwa tingkah lakunya sungguh menggemaskan.

Eh, apa yang dikatakan benaknya barusan?

Keadaan di dalam mobil kini dilingkupi keheningan yang cukup membuat Eunhee merasa canggung. Pada situasi seperti ini, Eunhee tentu tidak menduga pertanyaan itu hanyalah candaan konyol yang keluar dari mulut Oh Sehun. Karena di satu sisi, Eunhee sadar bahwa Oh Sehun adalah seorang presdir di cabang perusahaan di Kanada, sekaligus anti berdekatan dengan perempuan manapun yang mencoba mendekatinya sampai titik darah penghabisan. Dan di sisi lain, Eunhee tidak menyangka Sehun memiliki niat untuk mengantarnya pulang, bahkan sampai repot-repot mengajaknya untuk bercanda secara langsung. Mungkin saja, perempuan manapun yang bernasib sama sepertinya sekarang tentu akan menganggap hal ini sebagai sebuah keajaiban yang tidak boleh disia-siakan begitu saja.

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang