Chapter 37

2.3K 325 13
                                    

"Semua undangan pernikahan sudah selesai disebarkan," kata Sehun, mengawali perbincangan mereka yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke toko butik langganan Sooyeon, tempat di mana mereka berdua akan mencari beberapa gaun dan jas pengantin untuk dipakai di hari pernikahan mereka nanti.

"Apa Wendy juga sudah menerimanya?" tanya Sehun, Eunhee mengangguk mengiakan pertanyaannya.

Sewaktu Eunhee menyodorkan undangan dengan pita putih tulang yang tersampul membentuk kupu-kupu padanya, Eunhee harus merelakan telinganya menerima pekikan kebahagiaan dari Wendy untuknya. Wendy lantas menarik Eunhee dan memeluknya seerat mungkin sampai menangis sejadi-jadinya di balik bahu sang gadis. Wendy pun tak lelah untuk terus memberinya nasihat kalau ia harus menjadi istri yang baik bagi Oh Sehun.

Di samping Wendy yang merasa bahagia karena pernikahan itu, Eunhee justru tak henti menunjukkan kegugupan serta kecemasan yang terus bercokol di dadanya.

Sampai saat ini.

Selagi Eunhee diam sambil meremas kesepuluh jemarinya guna meredakan kegugupannya, Sehun berbicara lagi, "Aku juga sudah meminta beberapa pendekorasi terbaik di kota Seoul untuk menghiasi gedung tempat pernikahan kita nanti," sambil melebarkan senyuman kepalang lebar, menandakan betapa Sehun benar-benar menantikan hari pernikahannya dengan perasaan senang.

Membelokkan setir mobilnya ke kanan, Sehun menoleh padanya. "Sayang, kau kenapa? Apa kau sakit?"

Eunhee membalas tatapan khawatir kekasihnya lalu mendengus sebal dan menyahut, "Jangan memanggilku seperti itu."

Sehun terkekeh geli. "Kenapa jangan? Kau tidak senang kupanggil sayang?"

Eunhee tak menjawab.

"Yah, kupikir, mulai dari sekarang kau harus terbiasa dengan panggilan itu. Karena sebentar lagi kita akan menikah..."

"Oh, ya ampun! Sehun, aku benar-benar gugup jadi berhentilah banyak bicara atau aku akan menyumpal mulutmu dengan sepatuku!" gerutu Eunhee, tidak tahan mendengar segala macam ocehan yang terlontar dari bibir kekasihnya. Sungguh, Eunhee tidak habis pikir, bagaimana bisa pria semacam Oh Sehun yang mulanya dikenal sebagai laki-laki yang irit bicara di depan para pegawainya, berubah menjadi pria yang banyak bicara ketika sedang bicara dengannya?

Apalagi ketika mereka sedang membicarakan masalah pernikahan. Rasa-rasanya, sehari saja tidak akan cukup untuk Sehun melontarkan segala macam rasa syukur, kebahagiaan serta ketidaksabarannya itu.

Sehun menuruti permintaan kekasihnya. Ia bungkam, tetapi senyuman lebarnya masih saja terulas. Yah, tentu saja Sehun memaklumi perasaan gugup calon istrinya itu. Berhubung tanggal pernikahan mereka hampir dekat, tingkat kecemasan yang dimiliki gadisnya pun semakin tinggi.

"Apa Ibu dan bibi Oh sudah sampai di toko butik?" tanya Eunhee sambil fokus menatap ke jalan di hadapannya yang disorot cahaya matahari. Suasana hatinya mulai kembali normal. Sooyeon dan Hyesung juga ikut menemani mereka berdua ke toko butik untuk membantu mereka mencari gaun dan jas pengantin yang cocok.

Sehun tetap bungkam.

"Kurasa mereka sudah sampai. Benar bukan, Oh Sehun?"

Tetap tidak ada jawaban sama sekali.

Eunhee langsung menunjukkan ekspresi jengkel. "Hei, Oh Sehun, kenapa kau diam saja? Aku sedang berbicara denganmu!"

Mereka hampir sampai di tempat tujuan, jadi Sehun memelankan laju mobilnya sambil menyahuti dengan nada santai, "Bukankah tadi kau menyuruhku untuk diam?"

Oh, bolehkah untuk sekali saja Eunhee menendang bokong Sehun? Sungguh, kekesalannya sudah di puncak ubun-ubun.

---oOo---

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang