Chapter 26

2.7K 362 17
                                    

"Aku sudah mengambilkan obat untukmu. Jadi, minumlah sekarang."

Sehun menoleh, mendapati Eunhee memasuki kamarnya seraya membawa nampan berisi segelas air putih dan juga beberapa obat-obatan penurun demam, untuk kemudian disimpan di atas nakas. Gadis itu kini menatapnya lurus, menangkap pandangan sayu milik Sehun yang berbaring di tempat tidurnya.

"Kau masih bisa tersenyum di saat demam begini?" tanya Eunhee tak percaya. Ia duduk di tepian tempat tidur, lalu menyentuh kening Sehun yang terasa panas dan basah karena keringat. "Sehun, demammu benar-benar tinggi," kata Eunhee, terkejut.

Seraya memosisikan duduk bersandarnya senyaman mungkin, Sehun merespons, "Aku tidak apa-apa..." Sehun terbatuk selama beberapa detik. Batuknya terdengar kering dan pastinya sangat menyakiti tenggorokannya.

"Ya... ya... kau memang tidak apa-apa," Eunhee mengejek laki-laki itu. "Ini, minumlah dulu." Ia pun menyodorkan gelasnya pada Sehun, dan laki-laki itu meminumnya perlahan. "Sekarang, minumlah obatnya, setelah ini, aku akan mengompresmu."

Obat penurun demam sudah Sehun minum. Tubuhnya yang memang terasa lemah dibandingkan sebelumnya lantas mulai berbaring. Eunhee membantu Sehun dan membetulkan letak bantal yang sebelumnya dijadikan tempat bersandar laki-laki itu.

Eunhee keluar kamar untuk mengambil handuk kecil dan wadah berisi air hangat, lalu kembali lagi ke kamar Sehun dan mulai mengompresnya.

Keheningan mengisi ruangan kamar berukuran besar dan beraroma maskulin yang menguar kuat di sana, tetapi suasana seperti ini tidaklah turut menghadirkan kecanggungan di antara mereka. Eunhee benar-benar merawat Sehun dengan baik, layaknya keluarganya sendiri, sementara Sehun dengan senang hati menerima perlakuan itu dan tak henti menatap ekspresi cemas di wajah sang gadis. Entah mengapa, melihat bagaimana khawatirnya Eunhee padanya, membuatnya tak mampu berkata-kata dan merasa senang bukan main.

Eunhee memeras handuknya, menyingkirkan poni Sehun untuk diletakkan di atas kening. "Kau tidak kehujanan, kemarin dan hari ini juga kau tidak masuk kerja, tetapi kenapa kau bisa terkena demam?" Eunhee bertanya seraya menatap Sehun intens. Yang ditatap meloloskan embusan napas panjang dan tertawa kecil.

"Memangnya aku tidak boleh terkena demam? Aku juga manusia, sama sepertimu," Sehun berusaha mengajaknya bercanda, namun Eunhee terlihat tidak tertarik mengikuti candaannya.

"Kau tentu mengerti maksudku, Oh Sehun." Eunhee mengembuskan napas pelan. "Apa mungkin... kau demam karena kita terlalu lama menghabiskan waktu di luar..."

"Tidak, bukan begitu," Sehun lekas menyelanya. Ia tidak mau mendengar Eunhee menyalahkan dirinya sendiri.

Yah, memang, setelah mereka mengungkapkan isi hati masing-masing di dalam kafe itu, mereka pun akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu, pergi mengunjungi tempat-tempat wisata yang letaknya tidak terlalu jauh dari kafe berada. Dan keinginan ini berasal dari mulut Oh Sehun. Dialah yang meminta Eunhee untuk menemaninya, meski Eunhee pun tidak terlalu menolaknya karena ia juga membutuhkan sedikitnya hiburan, sebelum ia kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa di perusahaan.

Namun sayang, mereka sudah cukup lama menghabiskan waktu sampai tidak menyadari, bahwa bulan dan bintang sudah bergerak dan menghiasi langit yang kelam. Sampai kemudian Eunhee menyadari ada yang salah dengan Sehun. Laki-laki itu tampak pucat, bahkan bersin beberapa kali ketika Sehun hendak mengantarnya pulang.

"Biar aku saja yang mengemudikan mobilmu," kata Eunhee dua jam yang lalu, tatkala mereka baru saja keluar dari gedung bioskop di wilayah Gangnam.

"Kenapa?"

"'Kenapa?'" Eunhe mengulang pertanyaan Sehun dengan nada sarkas yang kentara. "Hei, Sehun, tubuhmu menggigil. Kau demam. Aku tidak mau kita terlibat kecelakaan karena kau mengemudikan mobil dengan kondisi seperti ini," tutur Eunhee, sarat akan kecemasan. Ia lalu meraih kunci mobil dalam genggaman Sehun, kemudian berjalan menuju ke mobilnya tanpa memedulikan protes yang hendak dilontarkan Sehun padanya. "Kita akan pergi ke apartemenmu."

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang