Chapter 9

3.8K 512 11
                                    

Kim Jongin tidak pernah menyangka kalau sakit hati rasanya seperti ini. Jantungmu seperti diremas berkali-kali hingga terasa ngilu, paru-parumu seakan tak lagi mendapat pasokan oksigen hingga membuatmu tak bisa bernapas. Begitu sesak, begitu menyakitkan. Dan selanjutnya, Jongin tak pernah menduga kalau pergi ke sebuah kelab malam merupakan daftar pertama kunjungannya yang berhasil mengalahkan keinginannya untuk segera pulang malam ini, tentu setelah ia melihat Sehun dan Eunhee pergi bersama-sama, dengan Eunhee yang memeluk sebuket bunga mawar, juga dengan senyuman manis yang terkembang di bibir Sehun.

Oh, cobaan macam apa ini? Bukankah Sehun tidak pernah memedulikan presensi kaum hawa di matanya? Bukankah Sehun sering menunjukkan ekspresi penuh ketidaktertarikan setiap kali kaum hawa mencoba untuk menggodanya?

Di antara banyaknya perempuan di dunia ini yang mampu mengalihkan dunia laki-laki itu, mengapa harus Eunhee yang terpilih? Mengapa harus gadis itu?

Jongin sudah menghabiskan berbotol-botol minuman beralkohol tanpa berpikir untuk menghentikan hal yang bukan menjadi kebiasaannya itu, seraya mengabaikan beragam macam godaan dari para perempuan berpakaian super seksi di sekelilingnya. Penampilannya kini terlihat begitu berantakan. Rambutnya tak terlihat rapi dan mencuat di sana-sini. Jas kerjanya sudah tak lagi terpakai dengan normal. Dua kancing teratas kemeja putihnya terbuka, menampilkan dada bidangnya yang sungguh menggoda dan terlihat pas untuk dijadikan sandaran. Lima botol minuman sudah tandas, dan Jongin akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana dengan langkah sempoyongan. Sebagian besar kesadarannya menghilang, sepasang matanya dikelilingi oleh kabut hitam sehingga Jongin tak dapat memfokuskan pandangannya.

Namun beruntung, otaknya masih bisa mengingat seseorang yang dapat membuatnya berubah menjadi seperti ini.

Park Eunhee.

Seakan tak ingin membuang waktunya, Jongin lekas menekan pedal gas mobilnya menuju kediaman Eunhee tanpa berhenti merutuki Oh Sehun yang sudah berani merebut Eunhee dari pelukannya.

***

Waktu terasa bergulir teramat cepat. Langit malam kini berganti terang, diiringi suara kicauan burung kenari di luar sana. Jongin ingat, semalam ia mabuk berat dan pada akhirnya ia mengendarai mobil menuju flat gadis yang ia cintai. Samar-samar, ia mendengar bagaimana paniknya suara Eunhee tatkala gadis itu mendapati dirinya berjalan sempoyongan dan nyaris terjerembab ke atas tanah, andai saja gadis itu terlambat untuk menghampirinya.

Jongin tidak berani untuk membuka matanya sekarang setelah ia yakin, ia sedang berbaring di atas sesuatu yang empuk dan nyaman―entah ini tempat tidur atau kursi sofa. Ia takut Eunhee ada di hadapannya dan menatapnya penuh amarah. Ia takut Eunhee benar-benar berpaling pada Sehun setelah gadis itu melihat bagaimana keadaannya saat ini. Ia takut ... Eunhee meninggalkannya. Tidak. Tidak. Jongin tak ingin semua itu terjadi!

"Kim Jongin, bangunlah. Hari ini kau harus menghadiri rapat rutinan perusahaan, bukan?" tetapi yang ia dengar setelah ia sibuk memikirkan kemungkinan buruk tadi, adalah suara lembut dan perhatian yang memang sudah menjadi ciri khas seorang Park Eunhee. Suara gadis itu menggetarkan hatinya. Demi apa pun, sekujur tubuh Jongin terasa nyeri hanya karena ia begitu merindukan suaranya.

"Jongin ... Kim Jongin, aku juga harus―"

Setelah dirasa yakin jika Eunhee tidak akan menatapnya dengan cara yang dibayangkannya tadi, akhirnya ia membuka mata dan memotong perkataan gadis itu. "Mau sampai berapa lama kau mendiamkanku seperti ini?" matanya menatap Eunhee lurus, lalu melihat sekilas pada dinding ruangan tengah sebagai latar belakang keberadaan dirinya. Ah, rupanya ia berbaring di kursi sofa milik gadis itu.

Jongin mendapati gadis itu terpekur sesaat setelah ia berbicara demikian dengan suaranya yang serak. Tersirat tatapan kehampaan yang Eunhee berikan pada detik Jongin menatapnya penuh harap. Harapan yang begitu tinggi. Jongin benar-benar menaruh harapan yang tinggi padanya.

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang