"Jongin? Ada apa kau meneleponku selarut ini?" Sehun berkata, seraya melepas sepatu hitamnya di depan pintu apartemen, dan meletakkannya di rak deretan sepatu dan sandal lainnya dengan satu tangannya yang bebas. Laki-laki itu lantas melonggarkan dasi dan membuka dua kancing teratas kemejanya sebelum menghempaskan tubuh ke sofa panjang.
Malam ini terasa sangat melelahkan. Menghadiri pesta pertunangan Jongin, lalu berlanjut mengikuti acara pesta untuk merayakan keberhasilan proyek yang ia jalani di perusahaan K.J Group membuat energinya terkikis habis. Sehun yakin, andai saja esok hari ia tidak akan masuk kerja seperti biasanya, mungkin menghabiskan waktu seharian penuh di atas tempat tidur bukanlah pilihan buruk.
Dan, awal rencananya untuk istirahat barang sebentar saja terpaksa direnggut kala Kim Jongin meneleponnya.
"Omong-omong, maaf aku tidak bisa mengikuti perayaan itu." Jongin menghela napas, sementara Sehun tengah memijat pelipisnya yang agak berdenyut.
Sehun melukis senyum tipis. "Maaf? Hei, Teman, untuk apa kau meminta maaf? Lagi pula, konyol sekali rasanya jika kau meninggalkan acara pertunanganmu sendiri untuk menghadiri perayaan keberhasilan proyek itu," kata Sehun dengan nada bergurau.
"Apa pestanya sudah selesai?" Jongin bertanya, tak menghiraukan gurauan karibnya.
"Mm-hmm," gumam Sehun membenarkan. "Jongin, aku yakin, alasanmu meneleponku bukan hanya untuk menanyakan tentang pesta perayaan." Nada bicara Sehun terdengar penuh selidik, tetapi Sehun sama sekali tidak berniat untuk menekan Jongin.
Jongin terdiam.
"Jadi, ada apa, Jongin?"
Untuk sesaat, keheningan menyelimuti keduanya. Jongin, di seberang sana, memilih bungkam sejenak, membiarkan Sehun secara tidak sadar berspekulasi sendiri tentang apa yang ingin Jongin katakan kepadanya. Laki-laki berkulit pucat itu pun akhirnya beranjak dari sofa, berjalan ke balkon kamarnya dan menumpukan satu sikunya di atas pagar pembatas.
Dua detik setelahnya, Sehun mengulas senyum jahil. "Apa kau mau bilang kalau..."
"Aku sudah mengatakan semuanya padanya."
Giliran Sehun yang bungkam. Senyuman jahil yang terpatri di bibirnya perlahan sirna. Matanya mengerjap cepat, sedangkan bibirnya bergerak tanpa berniat untuk menutur kata.
Tak perlu dijelaskan lagi. Sehun tahu, siapa –nya yang dimaksud Jongin.
"Kau... bilang apa?"
Sehun dapat mendengar jelas suara embusan napas berat milik Jongin. "Kau pasti mengerti maksudku, Oh Sehun," ujar Jongin.
Rasanya, Sehun seperti lupa bagaimana caranya ia berbicara.
"Eunhee... sudah tahu tentang perasaanmu untuknya."
"...."
"Dengar, Sehun," kata Jongin, tak ingin Sehun menyela ucapannya. "Maafkan aku karena sudah selancang ini untuk mengatakan tentang perasaanmu kepadanya, dan aku tidak bermaksud untuk menjauhkanmu dengan Eunhee setelah ini. Tetapi, Sehun..." Jeda sejenak. "Kau tahu? Setelah aku mengatakannya, aku bisa melihat bagaimana ekspresi Eunhee. Dia... terlihat tidak memercayainya."
"Tentu saja!" ucap Sehun tegas, tanpa sadar mengeluarkan emosi yang bercokol di dadanya. "Tentu saja dia tidak akan percaya, karena selama ini, Eunhee merasa aku tetap menganggapnya sebagai sahabat sampai kapan pun..."
"Tunggu, Sehun. Ini tidak seperti yang kaupikirkan," potong Jongin cepat. "Meskipun aku memang tidak selama kau untuk mengenal Eunhee, tapi aku tahu, bahwa Eunhee juga pasti merasakan perasaan yang sama untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her, Who I Love
Fanfic- b l u e s h e a n o ' s S t o r y - # 13 in Fanfiksi (10/01/18) # 2 in saynotoporn (13/06/18) Nggak perlu follow akun saya dulu buat baca ini. Serius. Nggak ada chapter yang saya privasikan, karena fitur privasi cerita sudah dihilangkan pihak Wat...