Chapter 30

2.7K 345 60
                                    

Untung saja jantungnya masih berdetak di tempat yang seharusnya. Tidak jatuh ke perut seperti yang ia pikirkan. Oh, lagi pula, mengerikan juga bila itu sampai terjadi.

Eunhee sempat menangkap ekspresi kaget di wajah Seulgi. Awalnya Seulgi berniat akan menyesap pesanannya yang sudah datang, tetapi setelah ia mendengar ucapan Sehun tadi, ia mengesampingkan keinginannya dulu dan memilih fokus pada pembicaraan yang tidak terduga ini.

"Kau ini curang sekali. Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?" Seulgi mendengus jengkel, sementara Eunhee tampak bingung dan harapannya agar lantai yang ada di bawah mejanya untuk roboh semakin membesar.

Sehun tertawa seakan pertanyaan itu adalah pertanyaan paling konyol yang pernah ada. "Yah, sebenarnya aku ingin mengatakannya padamu, tapi kau kelihatan sibuk. Jadi... kupikir tidak ada salahnya jika aku baru bilang sekarang," katanya, menjelaskan dengan santai. Seulgi menatapnya dalam diam dan Sehun melanjutkan, "Hei, tidak ada ucapan selamat atau apa itu untuk kami?"

Bukannya Seulgi tidak ingin, tetapi ia sibuk menyesap americano-nya beberapa kali dan di sisi lain, ia masih merasa jengkel. Lima detik melaju dan Seulgi berkata riang (sama sekali tidak terlihat kalau dia sempat marah pada teman dekatnya itu), "Iya, aku akan mengatakannya setelah masa pendekatanku dengan Park Chanyeol berhasil."

Sontak saja Sehun membelalakkan mata. Eunhee yang duduk di sampingnya sedikit terperanjat melihat sikap aneh kekasihnya itu. "Oh Sehun, kau kenapa?" tanya Eunhee, bingung, bukan karena khawatir.

Sehun dengan sengaja membiarkan pertanyaan gadisnya mengambang di udara, namun Eunhee sama sekali tidak keberatan, karena pada selanjutnya ia mulai mengetahui alasan kekagetan laki-laki itu.

"Sejak kapan kau mengenal temanku?"

"Park Chanyeol?"

"Memangnya siapa yang sedang kita bicarakan?" Sehun mengudarakan nada kesal, dan ia melihat Seulgi tertawa penuh kemenangan.

"Hei, Eunhee, kuharap kau bisa tahan menghadapi tingkah konyol kekasihmu ini," Seulgi beralih berbicara pada Eunhee yang sudah cukup lama tidak ia tatap. Ah, lagi pula, andai Eunhee turut bergabung ke dalam percakapannya dan Sehun, ia tidak mungkin mengabaikannya begitu.

Eunhee mau tidak mau ikut tertawa dan berkata, "Aku sudah cukup kebal untuk menghadapinya." Dia mengabaikan Sehun yang sedang memasang tampang teraneh yang ia miliki.

"Aku tidak―oh, Kang Seulgi, jangan mengalihkan pembicaraan!" Sehun mulai kesal, dan gelagatnya itu mengundang tawa renyah dari kedua gadis di dekatnya. "Jadi, sejak kapan kau mengenal Chanyeol?"

Seulgi mengangkat sebelah bahu. "Kau itu temanku atau bukan, huh? Seharusnya aku juga mengenal Chanyeol sejak dulu, bukan mengenalnya dari hasil pertemuanku di konser jalanan bersama band-nya minggu lalu."

Setelah mendengar penjelasan panjang lebar Seulgi, Sehun baru teringat, Chanyeol pernah bilang padanya bahwa ia akan mengadakan pertunjukkan konser band-nya di jalan Myeongdong seminggu yang lalu. Dan ia tidak menyangka Seulgi ternyata menyaksikan pertunjukkannya sampai akhirnya Seulgi tertarik untuk berkenalan dengan Chanyeol (Chanyeol juga mungkin merasa tertarik), kemudian mereka memutuskan bertukar nomor ponsel dan saling menghubungi hingga saat ini.

Baiklah, sepertinya Sehun harus menghubungi Chanyeol dan bertanya lebih jauh tentang hubungannya dengan Seulgi. Karena mendengar dari satu pihak saja rasanya tidaklah cukup. Apalagi ini Kang Seulgi, gadis yang selalu berbicara dengan kecepatannya yang luar biasa, hingga Sehun tidak bisa menangkap maksud dari ucapannya dalam satu kali ucapan.

"Yah, begitulah. Kuharap kau mau berbesar hati melihatku menjadi kekasih Park Chanyeol suatu saat nanti," Seulgi menutup penjelasannya dengan bibir mengembangkan senyum kelewat lebar sampai-sampai sepasang mata kecilnya tenggelam. Seulgi melirik jam tangannya sepintas dan berkata, "Nah, sekarang aku pamit dulu. Chanyeol memintaku untuk bertemu di tempat perkumpulan band-nya sekarang. Mm... sampai bertemu lagi, Park Eunhee." Setelah berpamitan, Seulgi menyimpan beberapa lembar won di atas meja dan segera beranjak meninggalkan restokafe.

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang