Chapter 19

3K 390 15
                                    

Eunhee kini menemani Sehun pergi berjalan-jalan, seperti yang diinginkan laki-laki itu. Eunhee pikir, Sehun akan mengajaknya ke suatu tempat yang letaknya cukup jauh dari flatnya, dan menggunakan mobil untuk sampai ke sana. Tetapi ternyata, Sehun malah memilih sebuah taman yang cukup luas, terletak tak jauh dari flatnya berada.

Awalnya, Eunhee tampak bingung. Tetapi, ketika ia teringat akan sesuatu, senyuman mengenang terukir di bibirnya.

Berada di taman seperti ini, tentu mengingatkannya pada kenangan kecil yang pernah ia alami bersama dengan Oh Sehun, kala mereka masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Di mana Sehun masih memiliki tubuh yang gempal, pipi yang penuh, serta perasaan rendah diri yang selalu membayanginya. Serta Eunhee yang kala itu masih berpenampilan layaknya anak laki-laki, bersikap kasar, namun setia kawan. Mereka berdua sering sekali menghabiskan waktu bersama di taman ketika jam sekolah berakhir, hingga matahari hampir tenggelam.

"Apa kau ingat, Eunhee?" Sehun memulai, seraya menoleh menatap Eunhee yang duduk di sampingnya pada bangku taman. "Hari itu... kau menemukanku menangis di taman, di saat aku baru saja mengalami penindasan oleh anak-anak," katanya, tersenyum kecil.

Eunhee diam mendengarkan.

"Kau memarahiku habis-habisan, karena aku dianggap sebagai laki-laki lemah yang tidak mampu melawan. Dan pada akhirnya, kaulah yang maju untuk menghadapi mereka yang menindasku tanpa rasa takut sedikit pun." Sehun terkekeh pelan di akhir kata. "Omong-omong, aku juga masih ingat bagaimana penampilanmu kala itu. Rambutmu yang pendek, pakaianmu yang sangat terkesan laki-laki sekali, dan... perilakumu yang kasar, sama sekali tidak mencerminkan seorang perempuan feminin pada umumnya."

Mendengarnya, Eunhee ikut tertawa. "Tentu saja aku ingat," katanya. "Semua hal yang pernah terjadi kala itu tidak akan pernah hilang dalam benakku. Termasuk... pipimu yang penuh itu."

Sehun membelalakkan matanya. "Apa? Pi-pipiku?"

"Mm-hmm." Eunhee mengangguk membenarkan. "Alasan mengapa dulu aku senang sekali mencubit besar pipimu itu karena... aku menyukai pipimu yang sangat empuk, dan pas untuk kucubit. Tapi sekarang?" sebelah tangannya terulur dan mencubit pipi tirus laki-laki itu dan mendengus kecil. "Sekarang tidak ada lagi pipi empuk yang kusukai. Ke mana perginya pipi penuhmu ini, huh?" tanpa asa, Eunhee mencubit kedua pipi Sehun gemas, sementara Sehun tertawa ringan karenanya.

"Kau ini aneh sekali." Sehun menatapnya lurus, selagi Eunhee masih mencubit pipinya. "Kebanyakan perempuan mengagumi wajah dan tubuhku ini. Tapi kau? Kau kelihatannya tidak tertarik. Kau hanya tertarik pada pipiku yang penuh," komentar Sehun, panjang lebar.

"Memangnya kenapa kalau begitu?" Eunhee menghentikan cubitannya dan melipat tangan di depan dada. "Melihat penampilanmu yang sekarang benar-benar membuatku tidak percaya. Aku telah kehilangan pipi penuhmu, dan aku tidak suka itu," ucapnya setengah kesal.

Tanpa diduga, Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Eunhee. Membuat gadis itu refleks memundurkan wajahnya dengan mata membelalak lebar, dan jantungnya berdebar kencang.

Keheningan tercipta selama beberapa saat, sampai akhirnya Sehun berbicara, "Kau yakin... benar-benar tidak menyukai penampilanku yang sekarang?" nada bicara Sehun terdengar sangat menggoda, hingga Eunhee tidak tahan ingin menggigit hidung mancung laki-laki itu lalu menekan-nekan kedua pipinya dengan telapak tangan.

Tapi tentu saja, Eunhee menahan keinginan itu.

Disertai rona merah yang menjalar di wajahnya, Eunhee berujar gugup. "H-hei, k-kau tidak perlu berbicara sedekat ini!"

Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa, memang?"

"Ka-karena aku... karena tentu saja aku tidak menyukaimu!"

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang