Chapter 27

2.8K 360 35
                                    

Bagian yang ini cukup panjang dibandingkan sebelumnya x)

---------

Seusai mengurusi segala kebutuhan Sehun yang masih dikategorikan ringan, Eunhee akhirnya memutuskan untuk segera pulang ke flatnya dan bersiap untuk pergi bekerja. Sehun sempat menawarinya tumpangan, tetapi Eunhee menolak dengan alasan Sehun harus mendapatkan istirahat yang lebih cukup lagi sebelum ia kembali menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan di perusahaan. Tambahkan juga fakta kalau Eunhee masih merasa malu sekaligus sebal kala ia mengingat bagaimana lembutnya bibir Sehun kala mencium singkat bibirnya.

Bagaimana tidak? Sehun sudah mencuri ciumannya begitu saja ketika Eunhee masih berbicara padanya. Maka, tak salah apabila Eunhee memukuli lengan Sehun sepuasnya sampai laki-laki itu meringis kencang kemudian meminta maaf pada Eunhee, yang tidak digubris dengan mudah oleh sang gadis.

Begitu selesai dengan urusannya di flat, seperti membersihkan sebagian kecil ruangan yang kiranya cukup berantakan, dilanjutkan membersihkan dan menyiapkan diri, Eunhee melangkah keluar menuju halte bus untuk pergi ke perusahaan.

Ponsel gadis itu memang tidak diam saja. Ada beberapa panggilan masuk dan juga pesan obrolan di berbagai aplikasi media sosialnya. Sebagian besar tentu berasal dari sosok laki-laki yang sampai sekarang masih membuatnya kesal setengah hidup. Eunhee belum mau menerima panggilan darinya satu pun. Tidak, sampai rasa kesalnya mereda. Yah, sepertinya begitu.

---oOo---

Ekspresi Eunhee bisa dikatakan aneh dan agak menyeramkan, dilihat dari kerutan yang tercetak di keningnya, juga dengan bibir mengerucut di sepanjang perjalanan menuju ke ruangannya. Gadis itu tidak berjalan sendiri. Ada Wendy yang baru saja tiba dari luar perusahaan untuk mengikuti beberapa perjalanan menuju cabang perusahaan lain bersama rekannya. Eunhee melihat Wendy yang keluar dari mobil khusus karyawan, dan mereka langsung berjalan bersama.

Wendy mencetuskan pertanyaan dengan nada keheranan yang tidak bisa ia tutupi. "Kau tidak kesiangan datang kemari, kondisi jalan raya juga tidak ramai seperti biasanya. Jadi, apa yang menyebabkanmu memasang tampang super menyeramkan ini?" Wendy lantas diam. Bukan jenis diam yang ingin mendengarkan jawaban dari lawan bicara, namun karena ia berpikir sebentar sebelum kembali berkata, "Apa jangan-jangan... kau dan Sehun sedang ada masalah? Oh, hei! Bukankah kalian ini baik-baik saja kemarin? Kenapa sekarang..."

"Wendy Son." Eunhee membuang napas panjang dan terus melangkah―kali ini lebih cepat, disusul Wendy―lalu tiba di depan pintu lift dan menekan tombol untuk turun. Mereka tinggal menunggu lift turun dari lantai paling atas sebelum terbuka di tempat mereka berada dan memasukinya. Eunhee mengambil kesempatan ini untuk berbicara pada Wendy. "Aku sedang tidak ingin membahas Sehun."

Rasa penasaran Wendy bertambah. Gadis itu bahkan menyerempet sisi tubuh Eunhee, dan mendesaknya agar mau berbicara lebih jelas lagi. "Kau tidak lupa bahwa aku ini sahabatmu, bukan?" rajuknya, tatkala Eunhee tak menunjukkan tanda-tanda ingin berbicara lebih jauh.

"Kalau kau memang sahabatku, kau pasti mengerti kenapa aku tidak ingin menjelaskan lebih jauh," tandas Eunhee, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

Di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua―iya, tadinya begitu, sekarang berempat karena ada pegawai lain yang masuk, satu lantai di atas mereka sebelumnya, membuat Wendy urung bertanya lagi pada Eunhee dan memilih menggigiti bibir bawahnya tidak sabaran, karena ia ingin segera sampai di tempat tujuan dan akan berusaha memaksa Eunhee agar gadis itu membuka suara.

Satu menit kurang, mereka sudah sampai di lantai tempat Eunhee bekerja.

"Aku punya waktu luang sebelum kembali ke ruanganku," kata Wendy saat mereka kembali melangkah menyusuri koridor ramai pegawai. "Jadi, jelaskan sekarang, atau aku terpaksa bertanya pada Oh Sehun-mu!"

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang