Sika'POV..
Hari ini jadwalku sangat padat, jujur saja selama dua hari ini aku tidak pulang kerumah sama sekali bahkan untuk membalas pesan dari suamiku pun aku sangat jarang.
Suamiku seorang dokter tapi aku lah yang paling sibuk diantara perawat-perawat yang lainnya.
Mau tau kenapa?
Tiga hari yang lalu datang dokter baru dan dia seorang lelaki yang bagiku sangat menyebalkan, aku dipilih menjadi sekretarisnya dan itu adalah mimpi terburukku.
Baru saja aku istirahat beberapa menit yang lalu dia menyuruhku ini dan itu tanpa batas, bagiku ini sudah berlebihan.
Dia tidak tau jika aku adalah anak pemilik rumah sakit ini.
Aku sungguh lelah, aku pun membutuhkan asupan gizi untuk menambah energiku yang dikurasnya itu.
Selama dua hari ini aku hanya makan dua kali, itupun tidak seutuhnya ya seperti yang ku bilang tadi dia selalu mengusik waktu istirahatku.
Perutku sangat sakit mengingat hari ini aku belum makan apa-apa, aku muak dengan sifatnya yang semena-mena itu.
Aku yakin! Jika suamiku tau aku diperlakukan seperti ini, jangan salahkan aku jika besok atau lusa dia tak bisa berdiri dirumah sakit ini lagi.
"Sika, kamu ini kerjaannya dari tadi duduk duduk terus ya saya disini sibuk nanganin pasien yang begitu banyaknya" kata dokter hino, iya namanya park hino tapi terkadang aku memanggilnya dokter nano.
Tadi dia bilang apa?
Duduk duduk?
Hell, dia fikir aku ini tidak lelah setiap saat selalu membantunya ini itu tanpa berhenti, tidak ada seorang perawat yang sanggup diperlakukan layaknya seorang budak.
Aku pun menuruti apa maunya, memanggil satu persatu pasien sampai akhirnya semua pasien telah selesai diperiksa oleh dokter sombong itu.
Iya sombong! Bayangkan saja, disini itu dokternya dia atau aku?
Setiap pasien yang kelihatannya kurang mampu selalu aku yang disuruh memeriksa gejalanya, bukannya aku tak mau atau memilih milih dalam menangani pasien bukan, tapi disini yang terpenting adalah posisinya.
Buat apa dia bersekolah tinggi-tinggi dan bahkan sampai menjadi dokter seperti ini jika dia tidak menangani pasien dengan baik?
dia hanyalah mencatat resep obat, melirik pasien jika aku panggil, dan hanya membalas penjelasanku dengan deheman.
Apakah dia pantas disebut sebagai dokter?
Aku menghempaskan tubuhku disofa ruangannya, sungguh! Badanku benar benar lemas,energiku benar benar habis tanpa sisa.
Perutku sangat perih dan mataku yang berkunang-kunang.
" dok, saya istirahat sebentar ya"ucapku lirih.
" tidak, habis ini kamu ambil berkas berkas diruangan dokter niya"tegasnya.
Yatuhan!
Aku benar benar tidak sanggup.
Brakk.
Tiba tiba saja pintu ruangan ini terbuka dengan sangat kasarnya, dan itu membuat tatapanku terahli kearah suara.
Hah?
Aku benar-benar terkejut saat mendapati sehun yang berdiri diambang pintu dengan tatapan marahnya, aku tau pasti sahabatku itu memberitau sehun tentang ini.
Aku tidak sanggup untuk berdiri, bahkan untuk berbicara pun rasanya sangat susah.
"Sayang, kamu kenapa ko pucet gini"sehun duduk disampingku, aku langsung bersandar didada bidangnya.
" aku lemes banget, aku berasa tidak mempunyai tulang"jawab ku lemah.
" pasti gara gara dokter itu kan yang setiap saat menyuruhmu ini dan itu?"tanyanya.
Aku mengangguk kecil, biarlah dokter itu mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan.
Begitu sehun ingin menghampiri dokter hino, aku langsung mengeratkan pelukannya dan menggeleng seakan memberi aba aba untuk tidak bertengkar disini.
Ini rumah sakit bukan kawasan untuk berkelahi!
" jangan, diomongin baik baik aja, aku mohon bawa aku pulang"pintaku.
" huft, baiklah kita pulang sekarang ya sayang" dengan gerakan cepat sehun menggendongku tanpa memperdulikan tatapan dokter hino.
Perlahan aku menutup mataku sampai akhirnya aku menuju alam mimpi.
••
Sehun'POV..
sialan!
Kaparat!
Dokter tak punya hati!
Iya itu umpatan umpatan yang siap meluncur dari bibirku untuk dokter hino itu, berani sekali dia memperlakukan istriku seperti pembantunya.
Aku tak terima dia berbuat seenaknya seperti ini, tunggu saja surat pemberentian kontrak kerjamu sebagai dokter disini.
Kali ini aku tak main-main, siapapun yang berani berbuat semaunya dengan istriku akan ku balas dengan sebuah kesengsaraan.
Kalian tidak tau seberapa cintanya aku dengan sika?
Melebihi tingginya menara eifel di perancis.
Aku melirik kesamping kiriku dimana sika yang tertidur dengan pulasnya, dia terlihat lebih kurus dari yang biasanya apakah dokter itu kali ini sudah sangat berlebihan?
Aku rasa iya!
Baiklah, aku terima semua permainannya.
Aku memasukan mobilku kedalam garasi, dan membuka pintu mobil sebelah kiri lalu menggendong sika menuju kamar kami.
Aku menyelimutinya, mengecup keningnya dengan lembut.
" aku akan membalas pria itu yang sangat berani bermacam-macam denganmu" gumamku dengan mengelus rambut panjangnya.
Aku menyambar kunci mobilku lagi untuk menuju rumah mertuaku, ya! Ayah mertuaku sudah tau kejadian ini, dan aku pun tau masalah ini darinya.
Aku melajukannya dengan kencang, lalu mobil ini berhenti didepan rumah mewah yang sangat aku hafal adalah rumah mertuaku.
Tanpa basa basi lagi aku langsung memencet bel rumahnya, dan galama dari itu pintu rumah terbuka yang memperlihatkan ibu mertuaku.
" eh sehun, ada apa nak" aku mencium tangannya.
" iya bu, ayah ada?"
" ada ko nak di ruang tamu lagi baca koran aja, yuk masuk" ibu mempersilahkan ku untuk masuk.
Aku mengangguk dan berjalan kearah ruang tamu.
" ayah" aku menyapa ayah mertuaku yang sudah melipat koran ditangannya.
" iya nak sini duduk" ayah menepuk sofa disampingnya.
Aku duduk disampingnya, dan mulai menjelaskan kondisi sika.
" eum baiklah ayah akan urus semuanya, kalo bisa malam ini ayah akan membuat surat pembatalan kontrak kerjanya" kata ayah, aku tersenyum puas.
Bukan aku senang berada diatas penderitaan orang lain?
Pasti jika kalian berada diposisiku kalian akan paham apa arti sebuah pengorbanan?
••
KAMU SEDANG MEMBACA
Exo Marriage Life.
Fanfickehidupan member exo yang mulai sibuk dengan kegiatan masing masing, bekerja dikantor bukanlah hal yang menyenangkan waktu untuk keluarga berkurang, dan lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. bekerja bekerja dan bekerja yang selalu mereka lak...