17. Sehun: Tamparan.

734 50 0
                                    

Sika'POV..

aku merasa suhu tubuhku berbeda kali ini, rasa dingin dan panas bercampur menjadi satu.

Entahlah aku tak tau harus bagaimana mengungkapkannya.

Rasanya berbeda.

Seluruh tubuhku rasanya sakit sakit, semua tulang tulang yang ada didalam nya berasa hilang entah kemana.

Aku sungguh lemas kali ini, belum pernah sebelumnya aku sampai seperti ini.

Ini untuk yang pertama kalinya.

Aku berusaha menjangkau ponselku yang terletak lumayan jauh dari posisiku sekarang, mataku rasanya sangat berat untuk dibuka.

Aku benar benar tersiksa dengan kondisiku seperti ini.

"Akkh, yatuhan tolong aku" gumamku yang sudah sangat tak kuat dengan situasi ini.

Pintu kamarku terbuka, dan itu menampilkan sesosok suamiku yang tinggi itu.

Sehun berlari kearahku dan menangkup kedua pipiku dengan tangannya.

" kamu kenapa?"tanyanya.

Aku tak bisa berbicara saat ini, tenggorokanku rasanya sangat kering.

"Hun"hanya itulah yang mampu aku ucapkan.

Wajahnya memerah, bukan menahan malu tapi menahan emosi yang sudah meluap.

Nafasnya yang sudah sangat memburu, cengkramannya semakin menguat dan itu membuat tanganku terasa perih dan berdenyut.

"Sakit"aku berusaha melepaskan cengkramannya.

"Ini yang kamu bilang sakit, lalu bagaimana dengan hatiku hm? Apakah aku tidak merasakannya seperti apa yang kamu rasakan, aku merasakannya sangat merasakannya!
Sakit,perih,dan kecewa bercampur disini" sehun menunjuk dadanya sendiri.

" Sudah berulang kali aku ingatkan padamu sika, jangan pernah membantah ucapanku dan sekarang lihatlah apa yang terjadi?, kondisimu sangat menurun denyut nadimu bahkan sangat lemah, berkali kali aku bilang padamu untuk tidak bekerja lagi dan fokus pada tugasmu itu menjadi seorang istri, kamu sangat keras kepala"

" bahkan kamu tidak mendengarkan ucapan suamimu ini, terimalah akibatnya sendiri"

Hatiku mencelos saat mendengar ucapannya yang sangat melukai hati ini, disaat saat seperti ini dia masih bisa memarahiku.

Kesalahanku apa?

Aku hanya menjalankan tugasku menjadi perawat, aku pun bisa membagi waktuku untuk menjadi seorang istri dirumah.

Dokter hino yang terlalu mengekang semua aktivitasku dirumah dan penyebabku seperti ini adalah dia.

" Kamu memarahiku, salahku terletak dimana? Aku berusaha mengatur jadwalku dirumah sakit agar bisa lebih banyak menghabiskan waktuku dirumah, tapi apa yang kudapat? Sebuah ocehan tak penting darimu yang selalu mencari cari letak kesalahanku itu"

"Aku yang selalu menuruti apa maumu, menuruti semua laranganmu, aku seperti hidup didalam penjara melakukan ini tak boleh melakukan itupun tak boleh, aku harus apa? Mengurung diri disebuah ruangan senyap yang bahkan udara segar pun jarang ku hirup"

Plakk..

Aku merasakan sebuah tangan yang menampar pipi kananku, iya itu sehun.

Apakah dia menamparku, katakanlah jika aku hanya bermimpi?

Suamiku tidak pernah bermain tangan seperti ini, suamiku adalah orang yang lembut bahkan dia bisa mengendalikan emosinya apapun kondisinya.

Tapi sekarang dia berani melukaiku!

Sangat sakit!

Airmataku menetes begitu saja, aku masih setia memegangi pipiku yang terasa sangat panas ini.

"O--oh sika, aku tak sengaja"ucapnya yang terdengar penuh dengan penyesalan.

" apa, sudah puas! Lakukanlah sesuka hatimu jika itu memang yang terbaik untuk dirimu sendiri"

••
Sehun'POV..

aku kehilangan kendaliku.

Apa yang baru saja aku lakukan!

Aku menampar istriku sendiri yang selama ini selalu aku jaga!

Oh tuhan, aku ini suami macam apa?

Aku tak pantas disebut sebagai seorang pria sekarang.

"Sika, kumohon! Aku tak sengaja"aku meraih kedua tangannya dan ku elus
Dengan lembut.

" tak apa, aku memakhlumi itu semua, apakah sekarang kamu sudah lega meluapkan semua amarahmu padaku"ucapnya sangat lirih.

Bahkan suaranya terdengar berbisik, seperkian detik tiba tiba tubuhnya ambruk begitu saja.

Aku langsung menahan tubuhnya yang hendak terjatuh dari atas kasur.

"Sika, jangan seperti ini gurauanmu tak lucu" aku menepuk kedua pipinya.

Tak ada pergerakan sama sekali dari tubuhnya.

Aku panik, semua alat kesehatan yang sering kubawa saat ini tak ada dirumah, alat kesehatan itu tertinggal diruanganku.

Aku harus apa?

Aku tak biasa memeriksa seseorang disaat saat seperti ini.

Aku meraih ponselku yang tergeletak disamping kasur, ku pencet berbagai angka dan setelahnya aku menghubungi ayah mertuaku.

" ada apa nak"

" ayah, tolong aku! Sika pingsan, aku tak biasa memeriksa seseorang disaat sedang panik seperti ini"

" tunggu ayah, ayah langsung kesana"

Tut.

Sambungan terputus begitu saja.

Aku menggenggam tangannya dengan airmata yang mulai bercucuran.

"Maafin aku, aku mohon buka matamu jangan membuatku menjadi lelaki paling brengsek didunia ini"ucapku yang sudah pasti sangat percuma jika orang yang ku ajak bicara tidak membuka matanya.

Aku melihat kemerahan dipipi kanannya, dan jelas saja itu adalah ulahku.

" Aku janji, kalau kamu membuka matamu aku akan menuruti semua permintaanmu, hanya satu yang tak bisa ku turuti"

"meninggalkanmu"lanjutku.

Aku mendengar pintu kamar ini yang diketuk, dan ternyata itu adalah ayah mertuaku.

" yah, aku takut" ucapku padanya yang hanya dibalas senyuman.

Lumayan lama aku menunggu ayah untuk memeriksa kondisi sika, selesai itu ayah menghampiriku dan duduk disampingku.

"Istrimu sangat tertekan, suhu tubuhnya sangat diatas kenormalan, beberapa otot sarafnya menegang dan itu membuat kondisinya semakin menurun"jelas ayah yang membuat tubuhku terduduk dilantai dengan lemasnya.

"Ayah ingin bertanya?" Jeda ayah.

"Apakah kamu menampar istrimu sendiri"lanjutnya.

Deg!

Aku harus apa?

Aku berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

" maaf yah, aku tak sengaja melakukannya.  Aku kehilangan kendali" jelasku yang tak berani menatap kearahnya.

" jika terjadi sesuatu, katakanlah baik baik tidak seharusnya kamu melakukan itu pada istrimu sendiri sehun, jangan mengambil tindakan sendiri sebelum menanyakan apa yang sebenarnya dan apa alasannya baiklah ayah pamit dulu, ingat! Bicarakan baik baik" lagi dan lagi aku hanya mengangguk.

Setelah ayah pergi dari sini, aku merebahkan tubuhku disamping sika yang masih terbaring dengan lemasnya itu.

" I love you" bisikku tepat ditelinganya.

•••

Exo Marriage Life.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang