Rista'POV..
aku bosan, sangat bosan.
Kenapa?
Pertama, yang aku lakukan dirumah sakit hanya membaca novel.
Nonton acara acara yang bagiku sangat tak penting ditelevisi.
Tiduran, dan lebih bosannya lagi ponselku disita chanyeol untuk beberapa hari kedepan.
Atau lebih tepatnya sampai kondisiku benar benar sudah pulih betul.
Lalu, bagaimana dengan semua akun sosialku!
Aku jengah jika harus tiduran dikasur ini terus, yang dilakukan dokter disini hanya memberikan obat ataupun suntikan.
Aku capek dengan itu semua.
Disini aku diperlakukan layaknya pasien yang memiliki penyakit mematikan.
Oh ayolah! aku hanya sakit biasa.
Demam, itu saja tidak lebih.
Chanyeol yang sifat protektifnya muncul lagi membuatku tambah tak nyaman berada disini.
Setiap hari disuguhkan makanan rumah sakit yang rasanya sangat hambar.
Apakah rumah sakit ini kehabisan stok garam?
Sampai membuat semua makanan disini tak ada rasanya sama sekali.
Lebih baik aku membeli makanan diluar daripada memakan makanan dari rumah sakit ini.
Aku terus merengek pada chanyeol agar aku cepat keluar dari sini.
Atau setidaknya ajaklah aku berkeliling rumah sakit ini atau mengunjungi taman yang ada disini.
Masa dia tega membiarkanku seperti ini, setiap hari dan setiap detik yang aku lihat hanyalah selang infus dan brankar brankar rumah sakit yang tampak kosong itu.
" chanyeol, ayolah aku sangat bosan"rengekku pada chanyeol yang sedang mengupas kulit jeruk.
"Tak ada, kamu harus istirahat"jawabnya.
"Istirahat, aku capek chanyeol tiduran terus disini kamu tega banget"aku menunjukan pupy eyesku padanya.
Dan benar saja seketika wajahnya berubah menjadi mendung dan ditambah dengan kepalanya yang mengangguk.
"Aku ambil kursi roda sebentar"ucapnya.
Aku mengangguk dengan antusias.
Aku sangat hafal dimana letak kelemahan chanyeol itu.
Jika aku sudah memasang wajah melas semelas melasnya dia tak akan menolak itu.
Chanyeol kembali dengan kursi roda yang didorongnya.
Tanpa basa basi aku langsung pindah kekursi roda itu dengan infusan dipangkuanku.
Chanyeol mendorong kursi roda ini menuju taman rumah sakit, aku melewati setiap ruangan yang ada dirumah sakit ini.
Mulai dari kamar jenazah yang saling berhadapan dengan ruang operasi.
UGD yang terletak disamping apotik, dan bangku bangku panjang yang tertata dengan rapi disetiap area rumah sakit ini.
Aku berhenti tepat didepan ruangan bayi, bisa kulihat bayi bayi disini yang sangat mungil dan kulitnya yang masih sangat merah.
Aku tersenyum tipis, begitu juga chanyeol.
Tuhan, aku ingin memiliki seorang bayi dan merasakan proses kehamilan seperti apa begitu juga merasakan sakitnya saat mempertaruhkan nyawa didalam ruang bersalin.
"Kamu ingin cepat cepat hamil ya"chanyeol meletakan dagunya tepat dibahuku.
Aku mengangguk kecil dan mengelus pipi kirinya.
"Aku ingin merasakan bagaiman perjuangan seorang ibu yang mempertaruhkan nyawanya dan juga bayi didalam kandungannya"jawabku
"Kamu yang sabar sayang, aku yakin tuhan akan memberikan kita titipan seperti apa yang kamu inginkan"kata chanyeol.
Entah kenapa mendengar ucapannya barusan membuat perasaanku tak enak.
Aku tau chanyeol pun ingin memiliki seorang anak yang hidup ditengah-tengah keluar kecil ini.
Chanyeol yang sangat sibuk diluar sana sampai tak mempunyai waktu untuk membicarakan hal ini.
"Yeol, sebenernya udah 3 bulan ini aku telat datang bulan"jujurku.
Chanyeol langsung memutar kursi rodaku untuk menghadapnya.
"Serius yang"tanyanya terkejut.
Aku mengangguk.
Setelah chanyeol mendapat jawaban dariku, entah angin apa yang membawanya menuju dokter kandungan.
Iya, chanyeol membawaku ke dokter kandungan dan lebih beruntungnya lagi ruang tunggu disini tidak terlalu antri.
Awalnya aku sedikit terkejut dengan perlakuannya chanyeol, tapi aku berusaha untuk menahan itu semua.
Sekarang giliranku untuk masuk kedalam ruangan itu, jantungku berdebar tak karuan saat dokter bermarga yoon itu mulai memeriksaku.
Sepuluh menit sudah berlalu, dan aku menuju kursi rodaku lagi dan mensejajarkannya dengan chanyeol.
"Gimana dok"tanya chanyeol langsung.
"Semuanya baik-baik aja, dan untuk saat ini mba rista harus lebih ekstra lagi ya dalam urusan diranjang karna sekarang tuhan masih belum mempercayai mba rista seorang anak, bersabarlah mba tinggal sedikit lagi kalian pasti akan menjadi seorang ayah dan ibu"jelas dokter yoon.
Senyumku luntur sesaat dokter yoon menjelaskan keadaanku.
"Untuk urusan saya yang telat datang bulan gimana dok?"tanyaku.
" itu hanya berefek dari aktivitas yang padat, banyaknya fikiran juga mempengaruhi telatnya datang bulan"jawab dokter yoon.
Aku mengangguk dan langsung berterima kasih kepada dokter yoon itu, chanyeol mendorong kursi rodaku menuju kamarku lagi.
Sejak tadi chanyeol hanya diam tak bergeming, untuk menatapku pun enggan.
Aku tau chanyeol kecewa!
Sangat paham dengan kondisi seperti ini!
Chanyeol menggendongku untuk berbaring dikasurku LAGI.
Setelah chanyeol meletakan kursi rodaku ditempatnya, chanyeol hanya memainkan ponselnya tak berniat untuk berbicara padaku.
"Yeol, maafin aku yang belum bisa--"ucapanku langsung terpotong olehnya.
"Sudahlah rista, memang semuanya sudah ditakdirkan mau diapakan lagi.
Mungkin memang belum saatnya kamu subur untuk saat ini"potongnya.Tes.
Airmataku mencelos dari pelupuk mata ini dengan sendirinya.
Apa maksudnya dari kata 'subur' nya itu?
" apa maksudmu, apa kamu fikir aku tak ingin memiliki seorang anak dan kamu fikir aku ini tak subur iya"marahku.
"Asal kamu tau yeol, setiap wanita memiliki impiannya masing masing salah satunya melahirkan seorang anak dari rahimnya sendiri, jangan pernah kamu menganggap seorang wanita dengan sebelah matamu itu karna ibumu sendiripun juga seorang wanita sama sepertiku, dia tak akan terima jika wanita lain dihina atau dilecehkan seperti itu"
"Berbicara tak segampang menyapu debu yang ada dilantai"lanjutku.
Chanyeol tak bergeming ditempatnya.
" jika kamu ingin mencari wanita lain diluar sana, silahkan asalkan kamu bahagia dengan pilihanmu sendiri" ucapku dengan airmata yang masih berlinang.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Exo Marriage Life.
Fanfictionkehidupan member exo yang mulai sibuk dengan kegiatan masing masing, bekerja dikantor bukanlah hal yang menyenangkan waktu untuk keluarga berkurang, dan lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. bekerja bekerja dan bekerja yang selalu mereka lak...