-8.1 : Jump

1K 165 30
                                    

Setelah selesai memberi materi, Seongsaengnim mengizinkan siswa kelas dua dan tiga—kelasmu dan kelas Yoongi tepatnya, untuk bubar bahkan tiga puluh menit sebelum bel istirahat berbunyi.

Sehingga kalian semua punya waktu untuk berganti baju atau bermain di lapang sepak bola sesuka hati, seperti yang kalian lakukan saat ini, Kamu dan teman sekelasmu duduk di pinggir lapangan sambil menonton siswa dari kelasmu melawan siswa kelas Yoongi bermain sepak bola.

Tentu saja Yoongi juga ikut berpartisipasi, Teman-teman di kelasmu tidak henti-hentinya membicarakan bagaimana tampannya Yoongi berdiri di tengah lapang sebagai wasit, di sisi kanannya kapten dari kelasmu dan sisi kirinya kapten dari kelas Yoongi sendiri.

Ia dengan cakap menjelaskan peraturan permainan yang dibalas respon anggukan dari kedua pihak, kemudian ia mengeluarkan sebuah koin, melemparnya keatas, dan menyembunyikannya di telapak tangannya, untuk memutuskan siapa yang akan memakai rompi khusus untuk membedakan mana pemain kelas tiga dan dua, karena seragam olahraga kalian sama dan tidak dapat di bedakan.

Tim dari kelas Yoongi berakhir memakai rompi, kini permainan akan segera dimulai, sinar matahari menyorot tepat kearah Yoongi yang berada tengah lapang itu, ia menginjak bola yang ada di antara kedua kapten, mengambil peluit yang tergantung di lehernya, lalu meniupnya sebagai tanda permainan telah di mulai.

Yoongi mundur ke pinggir lapang di seberangmu,  dan mulai fokus pada permainan.

Anehnya, bukannya menyemangati para pemain, supporter dari kelasmu dan kelas Yoongi justru menyemangati wasitnya.

“Yoongi oppa, semangat!”

“Yoongi oppa kalau capek bilang nanti aku yang payungin!”

“Jangan oppa dia pendek mana bisa mayungin, aku aja oppa!”

“Yoongi oppa kenapa lo ganteng banget anjir gue tuntut ke pengadilan lo!”

“Iya gue laporin polisi lo”

“Min Yoongi jjangjjangmanbbongbong!”

Sumpah, berisik amat anjir, ini Aya mana lagi beli minum aja lima tahun, dia balik presiden udah ganti keknya. Pikirmu sambil menutup kedua telingamu frustasi,

“Eh, Yoongi oppa homo kali ya?”

Sontak kamu menolehkan kepalamu kepada teman sekelas yang duduk di sebelahmu, itu adalah Jung Somin, wakil ketua kelas di kelasmu.

“Ngarang.” Sanggahmu kesal, Nara dan Jinsil yang saat itu juga ada di dekatmu menyetujui sanggahanmu.

Oh, bahkan Jinsil yang tomboy itu menelengkan kepala Somin dari belakang karna pernyataannya yang sembrono.

“Abisan gak pernah liat dia respon kalau di deketin cewek si,”

“Ya bukan homo juga kali.” Elak Nara.

“Coba aku tanya, kamu pernah liat dia sama cewek gak?”

“Pernah, kak Vania. Tuh orangnya lagi nyamperin Yoongi oppa.” Jinsil menunjuk arah seberang lapangan dengan dagunya, kalian bertiga langsung memandang kearah yang di tunjukan.

Vania membawa plastic kecil dan memberikannya pada Yoongi yang sedang fokus memperhatikan permainan, ia terlihat tersenyum tipis dan mengangguk saat menerima kantong plastic yang ternyata air mineral itu, setelah melaksanakan tugasnya, Vania kembali bergabung duduk bersama teman-temannya.

Wah, indah sekali pemandangannya.

“Sumpah, dia satu-satunya cewek beruntung yang bisa deket sama Yoongi oppa. Jebal, siapapun, gantiin posisiku sama kak Vania.” Damba Somin.

First love. -sgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang